3

54 17 1
                                    

Jadi dia ikut ekskul musik? Deva? Seriusan? Woah, pernyataan seperti ini bahkan tidak pernah terlintas di benakku. Aku bahkan langsung menduga, jika semua teman temannya di ekskul musik, pasti akan merasa risih dengan kehadirannya. Penampilannya masih terlihat seperti sosok berandal tak karuan seperti tadi. Bajunya semakin terlihat kusut. Aku masih ternganga tidak percaya bertemu dengannya lagi. Seharusnya, aku tidak mengambil bagian registrasi di ekskul musik, jika tau aku akan menemui cowok berandalan ini. Bukan hanya penampilannya saja yang menjengkelkan, tingkahnya juga. Sesuai lah dengan tampangnya.

Aku mengalihkan pandangan ku darinya. Kembali fokus kepada anggota ekskul musik yang lain. Berusaha menganggap Deva tak ada disana. Anggap saja ia patung makhluk halus. Yaah, selain tidak dianggap, dia juga tidak terlihat.

"Permisi sebelumnya, jadi tentang acara HUT sekolah, dari ekskul musik siapa aja yang bisa ikut berpartisipasi?" Ujarku.

"Lo anak OSIS?" Tanya seorang laki laki. Aku tidak tahu dia siapa. Tapi kelihatannya dia kakak kelas. Aku mengangguk.

"Kenalin, gue ketum musik. Radit. Lo mau nge-data disini atau di dalem?" Ujarnya setelah menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan. "Disini aja kak." Jawabku sontak. Tidak sengaja ku lihat, Deva tengah berbisik sambil tertawa dengan Kak Radit. Sang ketum musik yang baru saja berkenalan denganku.

"ACHA!!!" Panggil seseorang dari posisi yang nyaris selurus denganku. Kak Radit. Aku mengangkat kepalaku sedikit, sebagai tanda menyahut panggilannya.

"Lo calon pacarnya dia?" Ujarnya sambil tertawa kecil. Sontak saja semua orang di ruangan itu menghentikan aktivitas dan menoleh ke Kak Radit, juga menoleh kepadaku. Aku sendiri bahkan tidak sepenuhnya mengerti apa yang Kak Radit bicarakan. Dia? Dia siapa? Ets, jangan jangan maksudnya adalah... Deva? NO NO NO!!!

"Hah?" Aku masih tidak yakin siapa yang Kak Radit maksud sebelum ia memberitahuku dengan sendirinya.

"Deva! Katanya lo bakalan jadi ceweknya. Hahaha." Apa apaan? Ku lihat Deva tertawa dan disusul dengan tawaran semua orang. Beberapa juga menyoraki ku dengan kata 'cie cie'. Maksudnya dia ingin mempermalukan ku atau gimana? Rasanya aku ingin cepat cepat kabur dari ruang musik. Aku sungguh malu. Ku yakin wajahku pasti memerah. Bukan merah merona, melainkan merah padam.

Aku berusaha mengalihkan perhatian semuanya dengan berpura pura sibuk dengan registrasi lagi. "Em, kak. Lanjut ya registrasi nya. Soalnya bentar lagi masuk."

Please please please. Rasanya waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Aku benar benar tidak tau harus bagaimana, selain menunggu anak anak musik yang tengah registrasi. Namun, ada yang lebih parah dari itu semua. Di sini, juga ada Elvan. Teman sekelas ku. Ku yakin, nanti pasti dia akan menyebarkan rumor tidak masuk akal ini di kelas. Sama seperti beberapa bulan yang lalu.

Masa iya dia bilang kalau menyukai Kak Andra? Seniorku di OSIS. Itu adalah detik detik sebelum terjadinya perang batin anatara aku dan Kak Clara -yang banyak orang bilang, dia suka Kak Andra-.

"Ini langsung nulis nama sama tanda tangan doang dek?" Ucapan salah satu kakak kelas yang juga merupakan anggota ekskul musik itu membuyarkan lamunanku. Aku sedikit terkejut. Namun mengangguk kemudian. Satu demi satu anggota musik telah selesai registrasi. Hingga tibalah giliran sosok manusia namun tidak seperti manusia pada umumnya karena benar benar menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan orang yang baru saja digojloki denganku.

"Gimana nih?" Tanyanya.

"Ya lo isi lah." Jawabku yang memang sudah kesal dari awal.

"Nama gue?"

"Nggak, nama jin."

"Ooh, Acha berarti nih?" Lagi lagi aku mengerutkan keningku.

"Please deh, lo bisa langsung ngisi ga sih? Gausah nanya nanya mulu kek. Emang lo tadi ga liat apa, gimana temen temen lo pas nge-registrasi? Makanya mata tu dipake jangan di taroh." Cerocosanku hanya ditanggapi dengan tawaan kecil oleh Deva.

"Terus ini yang tanda tangan siapa?" Sumpah demi apapun, aku sangat kesal dengan setiap pertanyaan dan perkataannya.

"Bokap lo!"

"Ooo berarti gue bawa pulang dulu nih." Aku hanya bisa menatapnya kesal sambil mendengus keras. Anak musik yang lain tengah sibuk latihan di ruang belakang. Jadi ada ruangan lagi di ruang musik. Khusus latihan. Bisa disimpulkan, hanya ada aku dan Deva di ruang utama.

"Mau lo apaan sih Dev? Lo mau ikutan berpartisipasi, atau mau ganggu gue? Sumpah ya, lo tuh..." Aku bahkan sampai kehabisan kata kata untuk mendefinisikan tingkahnya ini.

"Emm..." Kali ini ia bertingkah seolah tengah memikirkan hal yang paling membingungkan di dunia.

"Dua duanya." Ujarnya sambil tersenyum. Seolah senyumnya semanis Chanyeol EXO, seolah tampangnya seganteng Sehun EXO, dan seolah seimut Baekhyun EXO.

"Gini ya, ini tuh buat kebaikan lo dan kebaikan sekolah ini. Mending lo ga usah drama drama lagi di depan gue. Apalagi nanya nanya hal yang ga penting sama sekali. Sebelum gue bikin lo nyesel nantinya." Ancamku seolah aku memiliki kekuatan super yang bisa meruntuhkan dunia dan seluruh isinya.

"Bikin gue nyesel?"

"Iya bikin lo nyesel. Bahkan gue bisa bikin lo nangis." Ujarku dengan nada agak sok-sokan.

"Caranya?"

Aku memutar otakku. Berusaha mencari alasan yang masuk akal dan bisa menakutinya.

"Emm... Aah, ga perlu tau deh lo. Yang penting nih ya, lo cepetan registrasi, terus jangan gangguin hidup gue lagi, aman deh lo."

Deva tertawa. Dia pikir aku tengah mempersembahkan lelucon apa?

"Sumpah ya lo persis anak TK tau nggak? Haha. Parah lo." Ujarnya sambil terus terusan menertawai ku.

"Hah? Anak TK? Ooh, iya gue tau muka gue imut imut gitu. Udahlah ga usah muji juga kali, prajurit."

"Prajurit?" Tanya Deva.

Aku mengangguk. "Iya kan lo prajurit, gue tuan putri. Heh." Ujarku sambil mengibaskan rambutku dengan tangan. Merasa percaya diri. Lawan bicaraku hanya tersenyum.

Drrt drrt. Ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk dari Keyla. Aku membacanya. Cha, gue sama Nara nungguin lo di kantin ya. Jadi lo langsung nyusul aja. Soalnya gue nyari nyari lo di ruang OSIS, lo nya gak ada. Begitu katanya. Bagaimana ia akan menemukanku, kalau aku bukan ada di ruang OSIS. Tapi di ruang musik, tengah meladeni cowok tengil di depanku ini.

"Cepetan dong. Gue buru buru ini!!!" Aku mulai lelah dengan semua kelakuan Deva. Sudah sekitar lima belas menitan, aku hanya mendata Deva. Jadi sudah sekitar tiga puluh menitan aku di ruang musik.

"Apaan sih lo? Lo kebelet BAB?"

Aku menggeleng. "Lebih dari itu. Gue laper. Mau makan sama temen temen."

"Oh yaudah bentar bentar." Deva langsung menyelesaikan kolom kolom yang perlu diisi. Hah? Jika tau seperti ini, aku harusnya dari tadi beralasan lapar dan ingin pergi makan.

"Nih." AKHIRNYA!!! Tugas negara Ke-OSIS-an selesai. Aku langsung mengambil berkas dokumen dari tangannya. Bergegas menuju kantin.

"Eh, lo mau ke kantin kan?"

Aku mengangguk.

"Bareng gue." Ujarnya. Langsung sebuah tanda tanya besar terpampang di dekat kepalaku.

.
.
.
.
.
Yuhuuu part 3 selesai juga akhirnya. Yaampyun:v dipersilahkan untuk kalian, vote di pojok kiri. Comment juga boleh guys. Stay waiting for next chapter guys. Annyeong:*

DevandraWhere stories live. Discover now