15

20 4 0
                                    

Aku kembali ke rumah. Dengan rasa senang tak seperti biasanya. Rasa kesal yang sebelumnya mendominasi mood ku, berubah jadi bahagia. Entah apa yang kurasakan kali ini. Yang jelas, aku menyukainya. Aku senang, Deva bela belain datang ke rumah, hanya untuk memberi penjelasan tentang kejadian tadi di sekolah. Tapi, aku juga merasa sedikit bersalah, karena dia harus meninggalkan adiknya sendirian demi untuk menemuiku.

Ku yakin, kepribadian Deva benar benar berbanding terbalik dengan first impression ku tentangnya sebelumnya. Penampilannya memang sedikit kacau, tapi jiwanya, sangat berbeda. Aku memejamkan mataku. Pikiranku melayang. Sambil terbang ke alam mimpi dengan tenang.

***

Yesss!!! Senang sekali rasanya!!! Akhirnya untuk pertama kalinya selama kurang lebih aku hidup di dunia, aku menjadi yang pertama mandi di kamar mandi. Lebih dahulu daripada Kak Revan. Yeay! Aku bahkan masih sempat menyanyi di dalam kamar mandi. Rasanya dunia hari ini lebih indah dan menyenangkan dari biasanya. Tapi, aku bangun sepagi ini, itu karena Keyla salah pencet nomor, sehingga menelpon ku. Tapi tak apa, berkat Keyla, aku bisa pamer karena mandi duluan pada Kak Revan.

Dorr dorr dorr!!!

"Buruan Cha! Gue kasih kelonggaran, karena kasian sama lo, gak pernah mandi duluan." Ujar Kak Revan dari luar kamar mandi. Aku keluar dari kamar mandi. Senyam senyum seolah tengah memenangkan tiket lotre.

"Hai. Seger banget ya udah mandi. Apalagi mandi duluan. Hmmm...enakkk." Ujarku.

"Dih, orang masih baru pertama kali keduluan elo."

"Biarin. Syirik wlee!"

"Btw, bentar lagi, gue masih mau beli bulpoint sama tipe x di toko depan gang kompleks. Gak papa ya, lamaan dikit."

"Hm, gue kayaknya gak bareng Kak Revan deh."

"Kenapa? Lo mau naek angkot? Jangan jangan lo udah pacaran sama abang angkotnya???"

"Seenaknya aja lo ngomong. Gak lah. Gue...bentar lagi di jemput."

"Sama? Abang angkot? Atau Abang kernet?"

"Ihhh. Bukannn. Sama Deva. Gue bentar lagi di jemput Deva."

"Kan. Gue udah ngira kalian bakalan jadian."

"Jadian jadian apaan sih? Ngaco!!!"

***

Tin tin. Suara motor milik Deva. Terparkir di depan rumah.

"Buk, Acha berangkat ya. Udah di jemput Deva. Assalamualaikum. Titip assalamualaikum juga buat ayah, nenek, kakek, tante, Ali, sama Kak Revan."

"Iya iya waalaikumsalam."

Aku keluar untuk menemuinya.

"Yuk." Ajak ku.

"Buuuk. Jalan dulu ya buk. Assalamualaikum." Ucap Deva yang badannya hanya setengah masuk dan berada di dekat pintu.

"Iyaa, waalaikumsalam."

Aku naik ke atas motor. Menikmati udara pagi yang segar. Suasana jalan yang masih tidak begitu ramai. Cakrawala yang masih tidak terlalu terik. Butiran embun yang masih menempel di daun daun pohon. Ini pertama kalinya, aku merasa senang di bonceng Deva. Padahal sebelumnya, kami cukup sering bertengkar diatas motor. Entahlah mengapa.

"Ntar abis sekolah, masih ada acara OSIS?" Tanya Deva sesaat ketika sudah memarkirkan motornya.

Aku mengangguk. "Tapi kayaknya cuma ngeprint data siapa aja yang ikut acara HUT sekolah."

"Ohh."

"Kenapa? Lo buru buru? Kalo mau balik duluan gak papa. Gue ntar gampang."

"Nggak lah. Rencananya, gue mau ngajakin lo ketemu nyokap."

DevandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang