empat

23.7K 1.7K 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elisa berjalan di lorong sekolah yang mulai sepi, ia tadi harus ke ruang guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Elisa berjalan di lorong sekolah yang mulai sepi, ia tadi harus ke ruang guru. Mengurus administrasi dan syukurlah ia sudah bisa mendapat buku paket dan lks hari ini juga.

Ia memeluk sebagian buku yang didapat, jika ditaruh didalam tas semua. Punggungnya akan terasa pegal karna keberatan beban.

Saat berbelok di koridor ia melihat Arsalan yang berdiri seorang diri disana. Ia bingung apakah harus tetap lanjut jalan atau berbelok kelain arah, akhirnya ia memutuskan tetap berjalan lurus, ia takut menyasar jika memutar arah. Elisa mencoba berpura-pura tak melihat.

Lengan Elisa dicekal oleh Arsalan, gadis itu didorong hingga menyentuh dinding. Arsalan memblokade jalan untuk Elisa lolos.

"Ar...sa...." Ucap Elisa gagap.

"Masih ingat?" Arsalan tersenyum miring, ia menatap dengan intens Elisa. Ada yang berbeda dari tatapan gadis yang ada didepannya kini. Ia merasa sangat asing bahkan tak mengenali tatapan Elisa sekarang.

"Gue harus pulang," balas Elisa tak ingin terlalu lama bersama dengan Arsalan. Meski hatinya menjerit bahagia bisa dekat dengan Arsalan, namun otaknya masih harus waras saat ini Arsalan terlampau membencinya. Elisa berusaha pergi namun lagi-lagi Arslan mencegahnya.

"Ngapain lo balik kesini?! Mau ngehancurin hidup gue lagi?! Mau ganggu kehidupan gue lagi," cerca Arsalan.

Tangan Arsalan mencengkram bahu Elisa dengan erat. Bahkan kini Elisa sudah meringis, merasakan bahunya yang mulai nyeri akibat tangan Arsalan.

Tanpa bisa dicegah ingatan tentang masa lalu kelamnya berputar, kekerasan dan bentakan yang selalu didapat kini silih berganti mengisi kepalanya.

"Maaf.... Arsa.... Gue janji gak akan ganggu lo lagi.... Gue minta maaf...." ucap Elisa dengan terbata-bata.

Trauma, jiwanya yang sering mengalami kehidupan yang keras tak serta merta membuat dirinya menjadi pribadi yang kuat. Elisa tak sekuat itu, yang ada hanya ia yang memiliki rasa takut besar akan bentakan dan tindakan kasar

"Lo pikir dengan minta maaf semua akan selesai?!" Nada suara Arsalan dingin, bahkan tatapan penuh bara api mengunci mata Elisa.

Tangan Elisa semakin mencengkram buku dalam dekapannya. Matanya mulai berembun, sebisa mungkin Elisa menahan tetesan air yang mencoba menerobos keluar. Keringat dingin kini bercucuran di dahinya. Buku dalam cengkeramannya luruh mencium lantai.

Fall in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang