delapan

23K 1.9K 21
                                    

Setelah makan, mereka mulai membagi tugas masing-masing. Hauta, Elisa mendapat bagian mencari materi. Sabumi, Julie mereka membuat ppt nantinya. Arsalan menyusun makalah nantinya, sekaligus merevisi tugas Haura dan Elisa yang mencari materi tersebut.

Elisa dengan serius mencari materi di tab miliknya, ia juga mencatat bagian mana saja yang akan ia masukkan kedalam makalah. Beberapa lembar sudah berisi coretan materi dari Elisa. Sementara Haura juga menulis materi yang akan mereka masukkan.

Hingga ponsel Elisa berbunyi, ia melihat layar ponsel tersebut terdapat nama Mamanya. Elisa menggeser tombol hijau.

"Halo Mah," ucap Elisa.

"Sayang, Mama bisa minta tolong lihatin berkas di ruang kerja Mama. Ada map warna hijau disana, kalo ada nanti Mama pulang buat ambil berkasnya."

Elisa membalas dengan dehaman, ia melangkah menuju ruang kerja Mamanya. Setelah melihat bahwa benda yang dicari Mamanya ada.

"Ada Mah," balas Elisa.

"Syukurlah, ya udah. Makasih Sayang."

Panggilan terputus, Elisa keluar dari ruang kerja Mamanya. Saat ia memasuki ruang tamu kembali untuk mengerjakan tugas, terdengar pekikan dari Julie.

"Haura!"

Elisa segera menghampiri keributan tersebut. Disana meja yang semua terisi kertas kini bercampur dengan cola yang tumpah. Haura terlihat mencoba menyelamatkan barang lainnya.

"Lo bisa hati-hati!" Ucap Arsalan, pemuda itu mengambil kertas tugas Elisa yang kini sudah bercampur dengan cola. Minuman yang sejak tadi Haura minum.

"Elisa, lihat Haura tumpahin cola ke tugas lo," adu Julie yang terlihat kesal.

"Gue gak sengaja, gue minta maaf, Elisa." Haura terlihat mencoba meminta maaf pada Elisa. Ia juga mengambil tisu untuk melap meja yang basah.

"Lain kali hati-hati, lo jadi nyusahin yang lainnya," timpal Sabumi.

Elisa mengepalkan tangan, ia sangat ingin marah. Tapi lebih condong dirinya yang ingin menangis. Bagaimana tidak menangis, jika hasil kerja kerasmu dirusak dengan sekejap.

"Elisa, gue minta maaf udah rusak tugas lo. Lo bisa buat lagi, kan?" Mulut Haura dengan enteng mengatakan hal tersebut.

"Kenapa gak lo aja yang tanggung jawab dengan buat materi gue? Kenapa gue yang harus tanggung jawab sama kerusakan yang lo buat?" Balas Elisa. Matanya terlihat berkaca-kaca, meratapi tugasnya yang sudah tak layak.

"Gue kan udah minta maaf, lagipula itu tugas lo, kalo rusak kamu bisa salin lagi materinya, gue kan gak tau isi materi lo," jawab Haura.

"Udah gak tau diri masih nyusahin lagi yang lain lagi!" Potong Julie yang terlihat ikut emosi.

"Lagian tinggal tulis lagi doang, kalo gue yang cari materi nanti lo gak kerja," balas Haura yang terlihat tak mau kalah.

Elisa dengan kesal meraih lembaran kertas baru dan membawanya kebagian tepi, ia membuka lagi tabnya yang terisi materi yang ia pilih.

Arsalan menatap tajam Haura, ia menghampiri Elisa lalu duduk disebelahnya. Merebut kertas baru yang akan Elisa pakai. Pemuda itu membuka laptop miliknya, lalu mulai mengetik tugas yang Elisa buat meski sudah tak berupa dan bercampur cola.

"Arsa?!"

"Gak usah buat materi baru," ucap Arsalan.

Pemuda itu diam, sesekali melirik kertas Elisa yang tak berbentuk, mencoba membaca isinya meski terkadang kesulitan karna beberapa tinta luntur.

Fall in YouWhere stories live. Discover now