dua puluh satu

17.4K 1.4K 37
                                    

Elisa tengah membawa buku paket dari perpustakaan, ia yang tadi baru keluar dari toilet tanpa sengaja bertemu dengan Bu Iren, wanita itu yang akan mengajar kelas Elisa meminta tolong pada dirinya untuk mengambil buku meminjam buku paket di perpustakaan.

Baru keluar dari perpustakaan, buku tersebut berpindah tangan hampir separuh lebih. Ia menatap pemuda yang kini dengan enteng membawa buku tersebut.

"Kenapa gak panggil yang lain atau gue buat bantu bawa," ucap Arsalan.

"Gue gak lihat kalian. Daripada kelamaan gue bawa sendiri aja," balas Elisa.

"Gunanya ponsel lo apa Kara?"

Elisa memamerkan giginya, "Gue lupa."

"Lain kali jangan diulang. Buku paket satu kelas itu berat. Lo bisa kecapean kalo bawa sendiri sampai kelas." Peringat Arsalan. Mewanti-wanti Elisa untuk tak mengulangi hal yang bisa membuat Elisa kelelahan

"Iya Arsa bawel," balas Elisa dengan menatap Arsalan.

"Dilakuin jangan iya-iya aja." Arsalan seolah tau jika nanti Elisa akan mengulangi hal demikian.

"Iya, sayang. Ya ampun, kamu perhatian banget sih, jadi makin suka." Karna terlampau kesal. Elisa membalas Arsalan dengan nada genit. Ia melangkah disisi pemuda itu, tak lupa memberi senyuman mautnya.

Arsalan yang mendengar kata sayang dari bibir Elisa, tak bisa menahan telinganya untuk tak memerah.

"Hmm," deham Arsalan.

Keduanya memasuki kelas, Elisa meletakkan buku paket tersebut diikuti oleh Arsalan. Lalu mereka duduk ke kursi masing-masing. Pelajaran pun dimulai.

Lonceng sekolah berbunyi, pertanda istirahat jam kedua dimulai.

Elisa sejak tadi merasa tak nyaman dengan perutnya. Mungkin ia sedang menuju masa menstruasinya.

"El, kantin gak?"

"Ayo kantin," balas Elisa. Ia menggandeng lengan Julie.

Istirahat kedua memang lebih lenggang dari jam pertama. Kini mereka memasuki kantin, Julie dan Elisa berpencar menuju stand penjual yang mereka mau.

Setelah mendapat makanan masing-masing. Elisa menatap sekitar mencari kursi kosong. Hingga lambaian tangan dari saudaranya meminta ia bergabung dengan meja tersebut.

"Tuh, diajak Elka buat gabung mejanya," tunjuk Julie.

"Kesana aja, ya, daripada bingung cari," ajak Elisa.

Julie mengangguk, keduanya melangkah menghampiri meja Elkairo. Disana terdapat Arsalan, Narendra dan Sabumi.

"Gabung, ya, guys," ucap Julie meminta izin.

"Gabung aja, lo juga boleh kalo mau ikut gabung di hati gue," balas Sabumi.

Julie memutar netranya malas, mendengar gombalan Sabumi.

"Gak minat."

"Selera Julie gak kayak lo, minimal lo ganteng," ejek Elkairo.

"Emang gue jelek? Ganteng gini," balas Sabumi. Menatap wajahnya pada layar ponsel.

"Tuh denger!"

"Emang selera lo yang kek gimana? Jadi kepo gue," tanya Sabumi.

"Kayak gue," ucap suara pemuda yang duduk disebelah Arsalan. Narendra menatap Julie tepat pada matanya. Senyum tipis pemuda itu bahkan tersemat di wajahnya.

Sementara Julie membalas dengan pelototan seolah mengatakan untuk Narendra tetap diam.

"Ya, minimal, lah," ucap Julie seolah tak peduli.

Fall in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang