sembilan

23.1K 1.7K 21
                                    

Elisa keluar dari rumah, Mamanya tak bisa mengantar karna pagi-pagi sekali wanita itu harus menemani bosnya untuk pergi dinas ke luar kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Elisa keluar dari rumah, Mamanya tak bisa mengantar karna pagi-pagi sekali wanita itu harus menemani bosnya untuk pergi dinas ke luar kota. Ia tak masalah lagipula masih ada transportasi umum yang bisa mengantarnya pergi.

Melangkah dengan riang, Elisa membuka pintu pagar rumahnya. Ia terhenyak saat Arsalan sudah bersandar pada badan mobilnya. Dengan seragam yang melekat pada tubuh pemuda tersebut.

"Lo ngapain?" Tanya Elisa. Pagi-pagi buta pemuda itu sudah nangkring didepan rumahnya. Bagaimana jika tadi Elisa sudah berangkat, Apa Arsalan akan telat dengan menunggu seperti orang bodoh didepan rumahnya yang kosong.

"Jemput lo, buruan masuk," balas Arsalan membukakan pintu penumpang.

"Emang gue mau ikut lo," ucap Elisa.

Arsalan meraih tangan Elisa lalu menariknya agar segera masuk dan duduk pada kursi penumpang, tak lupa memasangkan sabuk pengaman. Arsalan terhenti setelah memasang sabuk pengaman pada Elisa. Jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa senti.

"Ini bukan penawaran buat lo, maka jadilah gadis yang penurut," balas Arsalan, ia mengusap kepala Elisa kemudian menutup pintu penumpang. Pemuda itu melangkah memasuki kursi kemudi miliknya.

Elisa menatap dengan kosong, ia bisa mendengar detak jantungnya yang tak beraturan. Arsalan sangat pandai membuat hati seseorang menjadi lemah. Pesona pria itu tak bisa dianggap remeh untuk kesehatan jantungnya.

Mobil mulai melaju meninggalkan lingkungan rumah Elisa. Pagi ini lalu lintas tergolong ramai lancar. Mereka tak butuh waktu lama untuk tiba di sekolah. Mobil Arsalan terparkir dengan jajaran mobil siswa lain.

Elisa segera keluar sebelum Arsalan bertindak yang aneh-aneh lagi. Ia menunggu Arsalan keluar, setidaknya dirinya tak lupa untuk mengucapkan terima kasih pada pemuda itu.

Arsalan berdiri disebelah Elisaz sambil merapikan sedikit tatanan rambutnya.

"Ayo masuk, nungguin apa?" Tanya Arsalan.

"Gak ada, makasih udah ngasih tumpangan," jawab Elisa. Kemudian berjalan mendahului Arsalan.

Arsalan yang melihat tingkah Elisa tak bisa untuk tak tersenyum tipis. Pemuda itu kemudian ikut menyusul langkah Elisa menuju kelas.

Koridor masih ramai dengan murid yang berlalu lalang menuju kelas masing-masing. Elisa melihat Julie yang juga baru tiba, kemudian melambaikan tangannya.

"Julie," panggil Elisa.

"Yo, El. Baru datang lo?" Balas Julie.

"Iya, yuk bareng ke kelas," ajak Elisa menggandeng lengan Julie. Keduanya melangkah bersama memasuki kelas.

Saat didalam kelas mata Elisa langsung menemukan keberadaan Haura. Ia masih saja kesal karna kerja kelompok kemarin, hilang sudah rasa respek Elisa pada Haura. Entah kenapa Haurs seolah memusuhinya, padahal mereka jugs baru menjadi teman sekelas. Dasar gadis aneh, ia menyesal pernah memuji Haura cantik dalam hatinya.

Fall in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang