sepuluh

22.5K 1.7K 23
                                    

Arsalan memukul kepalanya pada stir setelah mengantar Elisa pulang ke rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Arsalan memukul kepalanya pada stir setelah mengantar Elisa pulang ke rumah. Masih saja ia merutuki kebodohannya tadi siang. Harusnya ia mengatakan untuk mengajak Elisa balikan dan bukannya mengajak gadis itu menjadi teman baiknya saja.

Pemuda itu turun dari mobil, ia memasuki sebuah bangunan yang menjadi tempat berkumpul teman-temannya. Rumah siapa lagi jika bukan rumah Elkairo. Pemuda itu sangat loyal dengan teman-temannya. Lagipula rumah Elkairo banyak berisi makanan, para sahabatnya yang rakus sangat menyukai itu.

"Kenapa lo, Arsalan. Kusut amat muka lo?" Tanya Sabumi.

Semua ikut teralih menatap Arsalan yang mendudukkan dirinya disebelah Elkairo, bukannya menjawab pemuda itu malah meraih minuman kaleng didepannya lalu meminumnya hingga tandas.

"Gak tau," balas Arsalan.

"Elisa?" Tebak Elkairo.

Arsalan mengangguk, ia juga bingung harus bagaimana. Elisa terlalu memenuhi kepalanya, apalagi perkataan konyolnya tadi siang. Sungguh Arsalan malu saat ini.

"Emang Elisa kenapa?" Tanya Matteo.

"Gak mau lo ajak balikan?" Timpal Narendra.

"Sudah jelas pake tanya lagi, tenang biar gue yang ngajak Elisa pacaran," potong Janu.

"Mau digeprek sama Arslana lo," balas  Sabumi, memukul mesra bahu Janu.

Arsalan menatap tak suka pada Janu, dari kemarin awal Elisa datang, Janu selalu berusaha menggaet hati Elisa. Terlalu terang-terangan ketika didepannya.

"Jangan, mulai. Kayak gak ada cewek lain aja," timpal Matteo.

"Namanya juga usaha," gumam Janu.

"Usaha ngerusak pertemanan kita, lo gak lihat Arsalan kayak cowok yang gak bisa move on?" Celetuk Sabumi.

"Sadar diri dikit, Elisa mana mau sama bentukan kayak lo," ucap Elkairo, kata-kata nylekitnya terlalu menusuk hati mungiel Janu.

"Sakit hati mungiel Dedek, Mas," balas Janu. Memegang dadanya yang berdenyut.

"Berani lo ganggu Elisa, tanding by one sama gue," peringat Arsalan yang tak tahan dengan tingkah Janu.

Janu mengangkat tangannya, seolah menyerah.

"Ampun, Arsalan udah keluar taring."

Elkairo menggeleng, beralih kembali menatap Arsalan. Ia bisa melihat kilatan Arsalan yang serius. Seolah Elisa kembali menjadi pusat dunia pemuda itu.

Narendra menepuk bahu Arsalan, memberi dukungan.

"Gue bilang apa, lo pasti nelan ludah sendiri," gumam Narendra. Ia juga tak apa, terserah Arsalan mau kembali pada Elisa atau mencari yang baru.

"Gue gak bisa lepas dia gitu aja, disaat gue tau hal-hal yang melemahkan hati gue," balas Arsalan yang hanya mereka berdua dengar.

"I know, Elisa banyak menyembunyikan hal-hal yang gak terduga."

Fall in YouWhere stories live. Discover now