BAB 7

128 10 0
                                    

"F*ck! Berani-beraninya mereka membuat hal yang tidak baik ke adikku, jika terjadi apa-apa dengan Jeni, aku tidak segan-segan menutup semua akses donatur untuk sekolah ini! Lihat saja." tegasnya.

Suho agak berdegik ngeri mendengar nada ancaman dari Yefta. Ia sedikit banyak tahu bagaimana kejamnya Yefta terhadap orang-orang yang berani mengusuk ketenangan keluarganya, termasuk perihal adik kesayangnya. Sudah cukup kematian Ana membawa dampak yang tidak baik bagi Yefta, kali ini ia tidak mau sesuatu terjadi dengan Jelo, satu-satunya adik yang tersisa dan yang paling disayanginya.

Setelah itu mereka berpencar mencari kesegala penjuruh sekolah. Sampai saat Suho bertemu dengan adik tingkat yang datang menemui Jelo pagi tadi. Adik tingkat itu menceritakan semua perihal yang terjadi dan juga mengenai dimana keberadaan Jelo sekarang yang membuat Suho geram dan mengepalkan tangannya.

Ia kemudian berlari menuju ke arah laboratorium lama dan tidak lupa memberi kabar ke Yefta, dan memintanya untuk segera menyusulnya menuju lab. Disisi lain Dimas tidak sengaja mendengar pembicaraan Anas dan ketiga temannya mengenai apa yang baru saja mereka lakukan dan juga tentang si gadis anti sosial yang mereka tinggalkan, yang tak lain dan tak bukan adalah Jelo.

Dimas yang merasa geram dengan ketiga gadis yang selalu bikin onar itu mendadak berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah tempat duduk Anas. Dengan tatapan tajam Dimas meraih kerah baju Anas dan memberinya ucapan yang cukup mengguncang mental gadis itu, "Kalau sehelai saja rambutnya jatuh akibat ulah kalian, Tanggung sendiri akibatnya " sergah Dimas yang membuat wajah Anas dan kedua temannya menjadi pucat.

Pemuda itu kemudian berlari dengan sekuat tenaga menuju laboratorium. Sesampainya disana, ia mendapati Suho dan juga lelaki yang dilihatnya bersama dengan Jelo pagi tadi, baru saja tiba tepat di depan pintu lab. Tidak tanggung-tanggung mereka bertiga masuk ke laboratorium secara bersamaan dan mendapati Jelo yang pingsan dengan mulut yang masih tertutup lakban dan dan juga luka memar di sekitaran pelipis dan ujung bibir.

"Sh*t!" umpat Yefta melihat adiknya terkapar tidak sadarkan diri. Emosinya melunjak naik, ia menggendong adiknya dengan segera dan berlari keluar meninggalkan ruangan pengap nan gelap itu. Yefta berlari ke arah mobilnya disusul Dimas dan Suho.

Untung saja sewaktu mereka sampai di depan lab, bell masuk berbunyi dan membuat suasana sekolah kembali menjadi sepi dan menyisahkan satu-dua orang yang masih lalu lalang di lapangan dan juga koridor sekolah. Suho melepas almamaternya dan menggunakannya untuk menutupi rok dan kaki Jelo.

Dimas hanya bisa melihat Jelo yang terkulai lemas dari dekat. Hal itu membuatnya begitu marah dan berpikir dengan segera ingin membuat perhitungan pada trio gila yang menjadi teman kelasnya.

"Lo tahu siapa dalang kejadian ini?" tanya Suho membuyarkan pikiran Dimas.

Lelaki itu hanya menganguk dengan tatapan marahnya, "Anas dan teman-temannya." Jelas Dimas yang membuat Suho tiba-tiba terpikir dengan tiga orang yang tempo lalu melabrak Jelo.

"D*mn! Mereka?" Suho yang baru saja ingin beranjak memberi pelajaran ketiga anak berandalan tersebut, namun dengan segera dicegat oleh Dimas dan juga Yefta.

Yefta tidak ingin Suho dan Dimas terjebak dalam masalah ini dan membuat penyamaran Jelo terbongkar.

"Saya yang akan menyelesaikan hal ini. Sebentar lagi polisi akan datang, stay disini dan jadi saksi untuk Jeni. Saya akan membawanya ke rumah sakit. Dan kau.." seraya menunjuk ke arah Dimas, "siapa namamu?" tanya Yefta dengan ramah membuat Dimas menjadi sedikit sungkan.

"Di-dimas!"

"Thank you Dimas, saya minta tolong untuk kamu melaporkan hal ini kepada kepala sekolah secara terang-terangan. Sisanya biar menjadi urusan saya. And, Suho, thank you. Aku akan menemuimu lain waktu, thank you untuk kalian berdua." ucap Yefta.

Suho membungkuk memberi homat mengantar kepergian Yefta, begitupun dengan Dimas. Mereka tersenyum simpul sebelum akhirnya meninggalkan halaman parkir sekolah. Tidak lama berselang, polisi akhirnya datang, mereka berdua bersedia menjadi saksi dan Dimas melaporkan pula hal ini pada kepala sekolah untuk di tindak lanjuti.

Sementara itu di dalam kelas, para siswa/siswi terlihat heboh dengan kabar mengenai polisi yang datang akibat adanya pembullyan dan kekerasan fisik yang terjadi di sekolah mereka. Dan mengenai kabar yang beredar, hal ini diketahui dan dilaporkan langsung oleh donatur utama sekolah.

"Gimana nih, Nas? Gue takut banget." ucap Isa panik dengan cerita yang baru saja di dengarnya.

Eka yang tidak tahu menahu akan apa yang baru saja dilakukan teman-temannya, mulai nampak menaruh curiga. Ia terus menerus memandangi sahabat-sahabatnya itu yang sudah terlihat pucat dengan gelagat-gelagat mereka yang aneh.

"Hei, hei, Guys? what's going on?" tanya Eka yang memutuskan mendekat dan bertanya mengenai perihal yang terjadi pada mereka.

"Tolongin kita, Ka! Gue takut banget. Ini semua ulah Anas, dia yang nyuruh dan ajakin kita buat nyelakain Jenifer. Ini semua idenya dia." ucap Fitra dengan nada bergetar dan takut.

Mata Eka membelalak, ia terkejut tak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia tidak bisa berkutik dan tidak menyangka, jika teman-temannya mampu berlaku sejahat itu pada Jelo.

Suasana kelas menjadi hening, ketika kepala sekolah beserta beberapa anggota polisi diikuti Dimas dan Suho memasuki kelas mereka secara tiba-tiba. Eka yang melihat kedatangan para polisi, refleks dengan segera menjauh dan kembali ke bangkunya.

"Selamat siang, kami dari pihak kepolisian ingin menjemput sodari atas nama Anastasia, Fitra dan Isa untuk ikut kami ke kantor polisi. Orang tua kalian sudah menunggu disana."

Eka begitu shock dengan apa yang didengar dan dilihatnya. Ketiga teman-temannya menangis memandangi dirinya meminta bantuan, tetapi disaat bersamaan ia tidak mampu melakukan apapun. Mereka harus menerima ganjaran untuk setiap tindakan asusila yang mereka lakukan yang tentu saja berdampak buruk bahkan mencelakakan orang lain.

Dimas yang melihat ekspresi shock Eka dengan kejadian barusan, berusaha menenangkan dan juga memberikan semangat pada gsdis itu, "It's okey. Itu bukan hal yang perlu lo tanggung, syukur lo gak terlibat. Mereka harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang mereka perbuat." tegasnya.

Eka hanya menatap pria itu dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ini kali pertama bagi Eka, Dimas memberikan perhatian untuknya walaupun bertaut pada perasaan iba.

"Enggak pa-pa, enggak pa-pa bahkan ketika perhatian lo hanya sebatas kasian sama gue. Sikap lo yang seperti ini saja, sudah lebih dari cukup untuk gue bersyukur. Thanks Angga, karena lo gue bisa lebih tenang." batin Eka.

SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)Where stories live. Discover now