BAB 16

74 9 0
                                    

"Lo bilang apa barusan?" sanggah Jelo datar nan dingin, membuat mereka semua terdiam seketika.

Jelo berjalan mendekat ke arah murid yang berani menyinggungnya dengan kata sarkas. Dengan tatapan intimidasi, ia sukses membuat siswa-siswi disekitar mereka menjadi takut dan berhamburan pergi meninggalkan Jelo, Artha dan dua siswi yang mengejeknya tadi.

Tingkah Jelo benar-benar bisa membuat para murid yang berkata sarkas berubah menjadi diam. Wajah mereka terlihat pucat pasif seperti kucing basah yang habis tercebur diair kolam. Tatapan dan hawa intimidasinya bukan hal yang main-main untuk mereka. 

"Gu-gue cuma d-dengar dari Nia, kok, katanya lu s-sugar babynya donatur utama se-sekolah kita." ucap salah seorang murid yang mengejeknya dengan gugup.

Artha yang juga berada ditengah-tengah antara Jelo dan murid itu pun merasakan tercekat dengan ekspresi yang gadis itu keluarkan. Meski terlihat datar, hal itu justru membuat suasana menjadi tegang dan juga mendatangkan rasa takut secara bersamaan. Tidak ada ekspresi kaget dari Jelo sedikitpun mendengar ucapan lawannya, hanya tetap pada muka datar dengan tatapan intimidasinya yang mematikan.

Artha pun turut berpikir, dari sudut pandangannya, Jelo bukanlah tipikal seperti apa yang baru saja ia dengar. Walaupun baru beberapa menit mengenal Jelo, namun Artha merasa tuduhan atas Jelo tidak bisa ia benarkan. Artha memutuskan untuk menjadi penengah dan menenangkan gadis itu agar tidak larut dalam emosinya dan juga sedikit memberi ganjaran untuk siswi-siswi sarkas di hadapannya.

"Lo tuh, ya, kalau ada otak, mulut di jaga! Jangan nyerocos sana-sini bikin orang emosi. Kan, lo, enggak ada bukti dan enggak nemuin fakta tentang dia-" tunjuknya pada Jelo, "Sugar baby, apa bukan. Jadi jangan ngasal!" sambungnya. "Udah sana, lo cabut. Awas gue dengar lo ngegosip yang enggak-enggak lagi, gue pites mulut lo." sergah Artha, yang langsung dijawab anggukan dengan segera sebelum murid itu berlalu dari hadapannya dan Jelo.

Jelo akhirnya berbalik dan meneruskan perjalanan menuju aula, tidak ada pembelaan diri ataupun klarifikasi darinya yang membuat Artha merasa kagum dengan sikap Jelo yang selama ini ia abaikan. Gadis itu berjalan di depan dan Artha mengikuti dari arah belakang tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

***

Sesampainya mereka di aula, banyak siswa-siswi yang rame membahas tentang audisi. Jelo dan Artha yang mendengar bahwa audisi akan di tayangkan menggunakan layar LCD besar di tengah lapangan festival membuat mereka bersemangat. Keputusan itu dibuat, dikarenakan tidak semua murid dari SMA Rajawali ataupun pendatang dari SMA lain yang berkunjung ke festival tahunan sekolah mereka dapat dengan leluasa melihat secara langsung tahap audisi nanti.

Note : Festival sekolah dibuka secara umum ataupun untuk murid-murid dari sekolah lain.

"Wow, gila! Bakal banyak yang nonton dong yak." ucap Artha yang terdengar heboh.

Jelo tetap terdiam, meski dalam hati dirinya cukup terkejut dengan pengumuman yang didengar. Bagaimana jika ada orang yang mengenalinya dan merekam penampilannya. Dan bagaimana jika ayahnya tahu tentang audisi nya saat ini, pikiran Jelo menjalar kemana-mana, membuat dia diam mematung.

"Jen.." panggil Artha.

"Jen.. hey.. lo, kok, bengong?" tanya Artha,

Jelo tersadar dari lamunannya dengan segera. Ia hanya menggeleng kecil lalu mengarah ke meja panitia diikuti oleh Artha yang terheran melihat tingkah gadis itu. Jelo membiarkan Artha terlebih dahulu mengambil nomor urut peserta kemudian disusul olehnya.

Betapa terkejutnya Artha ketika tahu jika Jelo ikut dalam audisi, karena sepengetahu dirinya, ketika menyodorkan formulir pendaftaran, Jelo bahkan tidak terlihat maju. 

"Jen, lo, ikut juga?" tanya Artha, "HAH! Wait, wait! Jangan bilang, lo-" sambungnya sedikit terpotong, ketika Jelo memberikan aba-aba padanya agar diam dan tidak melanjutkan perkataannya lagi.

"Hanya lo yang tau, oke?" perkataan Jelo sukses membuat gadis itu sedikit merasa tersanjung dan kembali kagum dalam satu waktu. Ia tidak menyangka, murid yang direkomendasikan sekolah adalah Jenifer alias Jelo, gadis yang kini berada di hadapannya. Selama ini, yang Artha ketahui, Jelo adalah gadis anti sosial, dan siapa pun tidak akan bisa membayangkan jika Jelo akan ikut diajang seperti ini.

Jelo menunjukan nomor urut khusus untuknya kepada Artha "Ini nomor urut yang diberi khusus untuk gua, nomor terakhir, mau tukar?" Artha dengan cepat menggeleng dan menolak permintaan Jelo, membuatnya sedikit tersenyum lugu menatap tingkah lucu Artha.

"Baru kali ini gue lihat lo tersenyum, hehe." kekeh Artha, yang benar-benar membut Jelo tersadar dan merasa sudah keluar dari batasan terlalu jauh. Bagaimana bisa ia membangun percakapan dan mulai merobohkan tembok pertahanannya sendiri secara perlahan.

Di samping itu dari jarak yang cukup jauh, sepasang mata tengah memperhatikan Jelo yang sedang berdiri bersama Artha.

 
"I got you, Jenifer Olivia Mahendra."

***

Disisi lain, Yefta sangat senang, Jelo sudah mulai menerobos batasan pergaulannya dengan orang lain. Dan tanpa adiknya sadari, Yefta pun memperhatikan Jelo dan Artha ketika melintasi meja panitia. Hari ini, pria tampan itu akan menjadi salah satu juri untuk audisi YG Entertainment bersama Suho dan juga utusan dari YG sendiri. Dan ia berharap Jelo bisa melakukan persiapannya dengan maksimal. Tak luput juga Yefta selalu memantau tentang informasi mengenai mata-mata dari ayahnya dan memastikan semua aman terkendali dalam pengawasannya. Meski demikian, tanpa Yefta sadari, seseorang telah menerobos perhatiannya. Sepertinya pria itu terlalu fokus hanya pada satu arah dan lengah untuk tahu, jika ada orang lain yang sedang mengincar adiknya sejak lama.

📞...

"Halo bos, target sudah ketemu." ucap seorang pria yang tengah terlihat berbicara melalai ponsel genggamnya.

"Bagus, perhatikan dia dengan seksama, dia adalah jackpot besar untuk kita." terdengar sahutan lelaki dari balik telpon.

"Baik bos, aksanakan."

SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)Where stories live. Discover now