BAB 28

64 7 0
                                    

Hujan turun deras membasahi tanah, mengurungkan niat Jelo untuk melakukan aktivitas akhir pekannya. Ia hanya duduk di atas sofa dengan secangkir cokelat panas ☕, memandang ke luar memperhatikan hujan yang turun lebat memenuhi langit yang mendung.

🎵 "Instagram - cover by Indahkus ft. Zhavanya Meidi" menjadi pilihan lagu yang ia putar sambil menikmati akhir pekannya.
Dering telponnya berbunyi, terukir nama Yefta (Koko Ry) memenuhi layar panggilannya.

📞"Hallo" ucap yefta girang dibalik telpon.

Jelo tersenyum menyambut suara kokonya. "Hallo ko, ada apa?" timbalnya lembut. 

"Hey, i'm in your apartemen, can you open the door, please :)" ucap Yefta dibalik telponnya.

Jelo segera beranjak dari sofa ketika mendengar kokonya datang bertamu ke tempatnya. Ia dengan cepat meraih gagang pintu dan menariknya mendapati Yefta berdiri tengah berdiri tegap dengan senyum ramah dibalik pintu.

"Koko" ucap Jelo girang dan senang kemudian memeluk Yefta dengan erat. 

Yefta membalas pelukan adiknya dengan sedikit sapuan dipucuk kepala, "Oke, sepertinya udah cukup acara pelukan ini, koko sulit bernafas sekarang" pungkasnya dengan sumringah.

Jelo segera melepas pelukannya dan tersenyum lebar ke arah Yefta, "Hehe sorry ya, I'm so happy to see you now." 

Yefta mencelingkan mata menyelidik untuk perkataan yang Jelo utarakan, "Why? Tidak seperti biasanya. Is there a good thing?" sanggah Yefta mencoba menela'a hal baik yang membuat mood adiknya sangat luar biasa good hari ini.

Ini pertama kalinya lagi setelah dua tahun, Jelo terlihat begitu bersemangat, walaupun tadinya ia sempat kehilangan mood untuk melakukan apapun dikarena cuaca yang tidak mendukung tentunya. 

"Nothing to do, Ko. Just happy to see you, there is no other reason" Nada Jelo sedikit meninggi, ketika mendapati kokonya yang banyak bertanya mengenai sikapnya. 

"Ahaha! Oke, oke, i see, don't get upset about this, I'm give up" ucap Yefta sembari mengangkat kedua tangannya dengan sikap menyerah, tidak ingin genjatan senjata terjadi antara ia dan adiknya.

"Koko hungry! Kamu ada makanan apa?" Tanyanya Sembari berjalan masuk ke apartemen Jelo dan lanjut mengarah ke arah dapur untuk menelusuri kulkas dan persediaan makanan adiknya. 

"Wow, Lengkap juga, makan apa ya?" Timpalnya sedikit terkejut dengan persediaan makanan Jelo yang terbilang lengkap. Ia tahu betul adiknya ini tidak begitu suka jika harus keluar untuk belanja dikerumunan banyak orang. Jadi Jelo memutuskan untuk tidak pernah membiarkan kulkasnya kosong.

"What you want to eat?" Tanya Jelo pada kakaknya, ia berniat membuatkan makanan untuk kakak semata wayangnya itu. 

"Karena hujan! Cuaca juga sedikit tidak mendukung, koko mau sesuatu yang berkuah dan sedikit pedas. Ehmm, memikirkannya saja buat koko ngiler" Jelo sejenak berpikir untuk sebuah menu yang cocok dengan yang kokonya inginkan.

"How about spicy meatball noodles?" Tanyanya.

"Nice!" Ucap Yefta menyetujui usul Jelo.

Ia kemudian menyiapkan bahan dan mulai memasak spicy meatball noodles untuk dirinya dan juga Yefta. Sembari memasak, Yefta menemani Jelo dengan sedikit mengajaknya berbincang-bincang bahkan turut membantu Jelo dalam kegiatan masak memasak. Pembicaraan mereka mulai dari hal ringan hingga berat. Terlalu banyak yang mereka bahas dan membuat obrolan diantara mereka terasa asik.

Sudah lama Jelo tidak menikmati waktu seperti ini. Biasanya ia hanya akan menikmati waktu senggangnya dalam diam, tidak seperti saat ini. 

"Koko gak ada kerjaan di akhir pekan?" Pungkas Jelo pura-pura bertanya, walaupun ia tahu jika ada hal yang ingin kokonya bicarakan, hingga ia merelakan waktu lowong untuk mengunjungi Jelo. 

Ia begitu kenal dengan kebiasaan kakaknya yang sulit untuk to the point saat memulai pembicaraan. Bukan juga tipikal yang berbelit-belit, namun Yefta hanya lebih memikirkan perasaan lawan bicaranya, dan tentu saja berlaku untuk kalangan orang yang ia sayangi dan hargai.

Tiba saatnya mereka menikmati santapan yang sudah disiapkan Jelo untuk mereka berdua, "You know apa tujuan koko datang berkunjung hari ini?" Jelo menatap kokonya dengan begitu lekat.

"Pentingkah?" Sanggahnya.

"Bisa dibilang seperti itu, bahkan mungkin sangat penting" timpal Yefta mulai mengubah gaya bicaranya dengan serius. 

Menatap Jelo dengan tatapan yang sulit di artikan. Tersirat dari wajahnya jika ini akan menjadi berita yang membawa dampak bagi Jelo secara pribadi.

"Sepertinya kamu harus mengakhiri pelarianmu" tutur Yefta datar sembari menikmati makanannya.

Deg!

Jantung Jelo berdegup cepat, tangannya mulai bergetar gugup, tidak menyangka jika perkataan yang keluar dari mulut kokonya adalah tamparan keras baginya.

"Why?" Ucapnya pelan dengan nada santai, namun tersirat keluh dan kekecewaan dalam tatapan dan sorot mata Jelo yang dapat disaksikan langsung oleh Yefta. 

"Why, why I've to do that?" Ucap Jelo dengan nada yang mulai bergetar, matanya mulai berkaca-kaca membendung air mata yang hampir saja menetes keluar.

"Ini saatnya kamu tahu kebenaran yang terjadi, tidak seharusnya kamu terjebak sendiri dalam kesalahpahaman yang ada selama ini. Tentang keluarga kita dan juga perusahaan, kamu harus tahu semuanya" timpal Yefta.

Seakan dipaksa untuk keluar dari persembunyian, ia pun juga harus menerima kenyataan pahit tentang hal yang selama ini berusaha untuk ia tangani dengan sendirinya. Jelo benar-benar merasa kesulitan untuk mencerna kejadian hari ini. Entah makanan atau bahkan perkataan kokonya, semuanya terasa berat.

Seperti halnya hujan yang tetap saja turun dengan derasnya, seakan tidak peduli.

SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)Where stories live. Discover now