BAB 10

122 13 0
                                    

Nada dering ponsel genggam Jelo berbunyi, panggilan masuk dengan nomor yang tidak ia ketahui, membuatnya mengurungkan niat untuk menjawab telpon tersebut.

Tidak butuh waktu lama, pesan text dengan nomor yang tidak dikenalnya kini bersarang di ponselnya dengan pesan yang sedikit membuat gadis itu terkejut.

+62 821...  save ya.. Suho!

"suho? darimana dia dapat nomor gue?" batin Jelo.

Ia dengan segera membalas pesan sahabat kecilnya itu dan memberitahu jika nomor lelaki itu akan masuk dalam list penyimpanan di ponselnya.

Setelah menyimpan nomor suho dikontaknya, nada dering Jelo kembali berbunyi.

📞Suho's Calling..

Jelo terdiam sejenak sebelum jarinya menggeser layar untuk menerima panggilan telpon, "Halo.." sahut gadis itu.

"Hm, lagi apa?" ujar Suho.

"Just.." Timpal Jelo, singkat.

"Kau ada waktu?"

"why?"

"Aku ingin mengunjungimu, bisakah?"

Jelo terdiam dan berpikir sejenak sebelum mengiyakan keinginan sahabatnya.

"Hm, s-sure!" Ucapnya sedikit ragu.

"Thank you, sejam lagi aku sudah disana, sampai ketemu." timpal Suho, dengan suara yang terdengar antusias.

***

Perasaan senang sedang bergeliat di hati Suho, ia benar-benar bahagia ketika Jelo mengijinkan dirinya berkunjung ke apartemen milik gadis itu. Ia memutuskan untuk berbelanja beberapa makanan siap saji dan juga snack kesukaan Jelo, yang pikirnya akan mereka nikmati bersama.

Sesampainya di minimarket depan apartemen, Suho melihat Dimas dan juga seorang gadis perempuan remaja yang sedang memilih beberapa makanan kecil dan memasukan ke keranjang belanjaan yang mereka pegang. Tidak ingin bersinggungan, Suho mempercepat kegiatan perbelanjaannya dan bergegas menuju ke tempat Jelo. Suho sebenarnya sudah sedari tadi menyadari jika ia sedang diawasi oleh suruhan ayah Jelo.

Tapi tidak semudah itu, untuk Suho membiarkan dirinya menjadi bahan pancingan dan membuat persembunyiaan Jelo terbongkar. Jelo juga memiliki lebih banyak CCTV, ketimbang satu mata-mata yang di miliki ayahnya. Disetiap sudut jalan tempat tinggalnya, terdapat CCTV legal yang bisa memantau gerak-gerik setiap orang yang mencurigakan baginya. Jangan tanya darimana ia memperoleh CCTV legal itu. Yang jelas mereka sudah terpasang diberbagai sudut jalan.

Kali ini, Jelo menyadari jika kedatangan Suho pastilah akan menimbulkan kecurigaan, namun ia tetap tidak kehabisan akal. Ia meminta pemuda itu terlebih dulu mengelilingi gedung apartemen yang bersebelahan dengan apartemen miliknya, lalu masuk melalui pintu belakang menuju basement, setelah memastikan benar-benar tidak ada orang yang mengikuti, barulah Suho yang memahami maksud Jelo dan menggunakan Dimas sebagai alibi.

Setelah Dimas dan San berbelanja. Suho mengikuti mereka dari belakang. Sesuai dengan apa yang dipikirkannya, hal itu sedikit mengecoh, lalu ketika mata-mata yang dikirim ayah Jelo mulai kehilangan jejak, barulah ia bergegas masuk ke gedung apartemen, yang tentu saja tidak diketahui oleh Dimas dan juga adiknya.

Bell apartemen Jelo berbunyi, menampilkan Suho yang tengah berdiri dengan wajahnya yang berseri-seri dan senyum sumringah yang terpampang jelas menggambarkan suasana hatinya saat ini. Jelo berjalan menuju pintu dan dengan segera mendapati sahabat kecilnya itu penuh dengan barang belanjaan sembari tersenyum ke arahnya.

"Hai, sudah tiba?" ucapnya, membalas senyuman Suho dan mempersilahkannya masuk.

Mata Suho menjelajah memperhatikan sekeliling ruang apartemen milik Jelo, "benar-benar seleramu, ya? Sangat nyaman." pujinya, setelah selesai menilai interior design hunian milik Jelo.

Suho bergegas meletakkan semua barang bawaannya dan mulai meletakkan satu persatu makanan ke dalam lemari pendingin milik Jelo yang nampak kosong. 

"Wah, lihat ini, beneran kosong?! Kau jarang masak, ya?" timpalnya, sedikit terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Hem.." jawaban singkat dari Jelo, mengiyakan pertanyaan tamu spesialnya hari ini.

Suho memutuskan untuk memasak makanan kesukaan Jelo yang selalu membuat gadis itu lahap dan ingin tambah, pria itu juga selalu mendapat pujian, saat Jelo menyantap makanan tersebut. Salah satu momen berharga yang masuk dalam ingat Suho mengenai dirinya dan sahabatnya itu.

Beberapa menit kemudian, sepiring besar pasta tuna menghiasi menaja makan milik Jelo. "This is for you.." ucap Suho sambil meletakan perintilan alat makan untuk Jelo dan juga dirinya.

Jelo terlihat senang dan menikmati masakan Suho, benar-benar mengingatkannya pada masa kecil bersama pria di hadapannya itu, bagaimana suho memperlakukan dia dan juga bagaimana perilaku manjanya pada sahabatnya.

Setelah makan, Jelo membantu merapikan meja dan membawa semua piring kotor ke wastafel. Setelah itu, mereka mencicipi dessert yang dibeli pria itu, yang tentunya adalah kesukaan Jelo juga. Semua yang dilakukan Suho cukup mengesankan untuknya, Suho sama sekali tidak berubah, pikir gadis itu, ia menyadari yang berubah banyak adalah dirinya.

"Jeni.." panggil Suho membuyarkan lamunan Jelo. 

"Ya?" jawabnya yang  segera disambut tawa kecil dari sahabat itu. 

"Hehe, apa yang kau pikirkan?" sembari meletakkan piring dessert miliknya dengan posisi siap mendengarkan apa yang akan Jelo ceritakan. 

"Nothing" elak gadis itu. "Thank you untuk makanannya." timpalnya sembari tersenyum.

Suho hanya membalas dengan senyum simpul menatap Jelo lekat dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Mianhe (maaf)." ucap Suho sendu membuat Jelo terpaku menatapnya.

"I'm so sorry, tidak selalu bisa hadir saat kamu butuh. Aku mencarimu kemana-mana, membuatku sedikit frustasi. A-aku, aku.." Suho seperti tidak bisa lagi menyembunyikan isi hatinya. Matanya terasa memanas, pemuda itu mulai menundukkan kepalanya dengan sesekali terisak.

Jelo merasa jika Suho benar-benar berada diambang batas perasaannya. Ia tahu betul lelaki seperti apa sahabatnya itu, dan juga ia tidak menyangka Suho akan benar-benar serius dengan mengatakan akan mencarinya. Seketika Jelo merasa turut ambil andil dengan keadaan suho sekarang ini. Ia mendekat dan mulai merangkul pemuda itu, menenangkannya dalam dekapannya. Gadis itu turut merasakan apa yang di rasakan sahabat kecilnya sembari sesekali mengusap air matanya.

Setelah merasa cukup tenang, Jelo melepas rangkulannya dan balik tertawa melihat wajah berantakan sahabatnya. Sambil membantu merapikan rambut suho yang acak-acakan, sesekali Jelo tersenyum dengan perasaan iba. Ia tahu betul kalau Suho menaruh perasaan lebih padanya. Ia pernah diposisi yang sama, namun untuk saat ini, dirinya merasa, bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu.

Sembari mereka menikmati kebersamaan berdua, sembari juga mereka mengenang masa-masa dulu dengan canda dan tawa. Namun, momen itu sedikit terusik dengan kebisingan bunyi bell apartemen Jelo yang membuat keduanya sedikit heran.

"Siapa?" Tanya Suho.

"Sebentar, gue cek dulu." ucap gadis itu, sembari berlalu dari tempatnya yang semula.

Seketika ia membuka pintu, tampak seseorang pria tersenyum manis ke arahnya.

"Hai... " sapanya pemuda itu, membuat Jelo terdiam sesaat.

SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)Kde žijí příběhy. Začni objevovat