BAB 32

61 8 0
                                    

📞 Artha's Calling..

"Halo, Tha, gw butuh bantuan lo. Jika lo berkenan, gw titip beberapa materi pelajaran, ya? Gw bakalan gak masuk untuk seminggu kedepan, so I hope u can help me." ucap Jelo dengan nada memohon.

Artha dibuat sedikit terkejut dengan pengakuan sahabatnya itu melalui telepon, "wait... Okey! Tapi, lo mau kemana pakai izin segala?" tanya Artha.

Jelo tersenyum dibalik telepon setelah mendengar nada penasraan yang di ajukan Artha, "Hm, ada deh! Nanti lo juga bakalan tahu. Btw, thanks tha, kalau urusan gw selesai, gw bakalan ajak lo dinner bareng koko Ry. I promise, bye!" Jelo menutup telponnya segera sebelum Artha menjalarkan banyak pertanyaan padanya.

Namun, tanpa ia ketahui, janji yang diucapkannya sebelum menutup telepon berhasil membuat Artha, yang kini menjadi sahabatnya, terdiam sejenak dan beberaoa saat kemudian berteriak seperti baru saja memenangkan lotre dengan jumlah yang banyak.

Jelo kemudian beralih menelepon Leo memastikan segala sesuatunya berjalan lancar sebelum kemunculannya dipublik.
"Aku sedang dalam perjalanan, sebelum jam satu pastikan wartawan dan pihak-pihak dari media yang akan meliput sudah hadir. Aku akan disana sebelum jam satu." tuturnya sebelum mengakhiri perbincangannya.

Setelah itu, Jelo bergegas menuju salon. Ia ingin memodifikasi penampilan sebelum comebacknya di depan media. Ia sadar betul bagaimana harus tampil dengan kesan baik dan menarik agar tidak mempermalukan nama baik keluarga.

Awalnya, Jelo disambut dengan ekspresi yang tergolong biasa saja oleh para pegawai salon, jelas saja ia tidak diperlakuan baik dikarenakan datang menggunakan seragam sekolah ke salah satu salon ternama di Jakarta. Meski demikian, setelah bertemu dengan pemilik salon tanpa sengaja saat berpapasan di lobi, membuat keadaan dengan segera berbalik. Pemilik salon dibuat terkejut dengan kedatangan Jelo dan dengan segera membungkukan badan seraya memberi sapaan dan hormat.

"Anda kembali, Nona." masih dengan sikap membungkuk dan pandangan yang mengarah ke bawah, "maaf atas kelancangan pegawai saya." Ucapnya lagi.

Pegawai salon yang bersikap tidak senonoh terhadap Jelo dan beberapa pekerja lainnya sedikit terkejut dengan tingkah bos mereka. Tanpa diminta dengan segera mereka refleks ikut membungkuk, tunduk di hadapan Jelo sembari memberi hormat. Beberapa pengunjung salon melihat dengan heran ke arah gadis itu, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

"Onty bangunlah, aku tidak masalah. Wajar saja jika mereka memperlakukan aku yang berseragam dengan tingkah seperti itu." ucapnya dengan santai, walaupun dipandang orang lain sedikit banyak tidak mengenakkan baginya.

Pemilik salon kemudian mengembalikan posisi badannya lurus menatap Jelo dengan tatapan hangat, namun tidak dengan karyawan masih saja tunduk tidak berani bergerak, menengok, bahkan terdengar menarik nafaspun, tidak.

Jelo membalas senyuman pemilik salon yang di sapanya dengan sebutan onty, kemudian beralih menatap karyawan yang masih saja tunduk dihadapannya. Seakan sadar dengan kemauan Jelo, pemilik salon memberikan arahan untuk karyawannya kembali bekerja dengan semestinya.

"Onty apa kabar?" Ucap Jelo ramah sambil berjalan ke arah tatanan baju yang tergantung. Jelo memilah-milah beberapa baju yang dilihatnya menarik. " Saya baik-baik saja, Nona. sudah sangat lama rasanya tidak melihat Nona bahkan Nyonya besar mampir ke salon ini. Setelah saya mendengar bahwa Nona memilih untuk tinggal sendiri, Nyonya besar juga terlihat lebih mengurung diri dari biasanya.

Mendengar penjelasan pemilik salon, ada sedikit perasaan bersalah menghampiri Jelo namun tidak mengubah ekspresi wajahnya yang terlihat tenang dan santai sambil jemarinya menyelam, merabah pakaian-pakaian bermerk yang tergantung rapih ditempatnya.

"Syukurlah kalo begitu, Onty." tuturnya sambil tersenyum manis.

"Bisakah aku mencoba ini?" sembari menunjuk ke salah saru dress hitam mini dengan lengan dan kera panjang menutupi leher. "Tentu Nona. Selera anda tidak pernah meleset." puji pemilik salon atas pilihan yang Jelo ajukan. Ia kemudian dengan segera berganti pakaian dibantu dengan salah seorang pegawai salon.

Setelah dicoba, mini dress hitam yang dipilihnya, sangat cocok untuk ia kenakan. Ditambah dengan badan yang proposional dan juga wajah yang sangat cantik walau tanpa riasan, membuat dress yang dikenakannya terlihat berkali-kali lipat menawan dan mahal. Aura puteri bungsu keluarga Mahendra memang tidak main-main.

Ia bahkan bisa membuat apa saja yang dikenakannya menjadi sesuatu yang cantik dan sangat indah dipandang. Bak berlian yang sangat Indah menghiasi jemari tangan manapun, akan sangat terlihat mempesona.

"Ah, aku lupa." ucapnya tersentak melihat ke arah kakinya yang masih menggunakan sepatu sekolah.

"Apakah onty juga menyediakan sepasang high-heels yang bisa ku kenakan?" tanyanya sembari menatap ke arah pemilik salon yang mengangguk patuh, berjalan meninggalkan Jelo diruang ganti sembari berlari kecil mengambilkan heels yang cocok untuk Jelo.

"Ini Nona, jika saya tidak salah ingat, ini cocok dengan ukuran sepatu anda." sembari meletakkan sepasang high-heels hitam  berukuran 5 cm dihadapan Jelo.

"Sangat cantik! Terima kasih onty." pemilik salon hanya tersenyum ramah ke arah gadis itu, kemudian Jelo beranjak ke ruangan make up VVIP yang di sediakan hanya untuk orang-orang terpandang di negara ini. Bahkan artis-artis tidak semuanya bisa menggunakan ruangan ini.

"Silahkan masuk, Nona. Sembari membukakan pintu, Jelo berjalan memasuki ruangan kecil yang ditata indah dan nyaman dengan tampilan aesthetic menambah penilaian dalam ruangan itu. Seseorang menggeserkan kursi mempersilahkan Jelo duduk.

"Lama tidak berjumpa, Nona muda " ucap salah satu make up artis yang sangat terkenal di Indonesia.

"Halo, lama tidak berjumpa." ucap Jelo tersenyum lalu duduk memandangi kaca yang memantulkan cerminan dirinya.
"Anda sama sekali tidak berubah, Nona.. tetap menawan dan sangat mempesona."

Jelo meminta wajahnya untuk dipoles dengan sangat tipis, ia terlalu risih dengan make up tebal disamping ia sudah lama tidak menggunakan makeup untuk acara penting. Bahkan lipstikpun tidak lagi ia gunakan selama hampir dua tahun ini.

"Perfect!" Ucap pemilik salon yang disambut senyuman bangga oleh make up artis yang menghias wajah Jelo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Perfect!" Ucap pemilik salon yang disambut senyuman bangga oleh make up artis yang menghias wajah Jelo. Pantulan wajahnya dicermin membuat Jelo tidak dapat berkata apa-apa dengan mulutnya. Ia hanya tersenyum simpul mendengar pujian dari pemilik salon dan orang yang baru saja me-makeover wajahnya.

"Ini saatnya Jenifer Olivia Mahendra." ucap Jelo membatin..

Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya pergi meninggalkan salon ke tempat dimana ia akan memunculkan dirinya dan dilihat oleh satu Indonesia bahkan sampai luar Negeri sekalipun.

SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)Where stories live. Discover now