CHAPTER 1 | BUNDA UNTUK MARA

53.2K 7.9K 4.9K
                                    

[Play mulmet di atas]

🍁 Bunda—Melly Goeslow 🍁

—BUNDA UNTUK MARA—

——

Semua murid berseragam SD lengkap dengan dasi yang menggantung rapi, berdiri di atas panggung dengan sebuket bunga di tangan masing-masing. Diantara anak-anak itu, ada Maratungga. Ia berdiri di bagian pojok kanan, paling depan.  Hari ini tanggal 22 Desember, hari ibu, dan sekolah menyiapkan acara khusus.

Di tempat duduk yang sudah di siapkan, para ibu duduk menonton anak-anak kebanggaan mereka.

Anak-anak menyanyikan lagu berjudul Bunda milik Melly Goeslaw.

Kata... Mereka diriku selalu dimanja...
Kata... Mereka diriku selalu ditimang...

Pandangan mereka tertuju pada ibu mereka masing-masing, sementara Maratungga, anak itu hanya diam membisu dengan pandangan entah kemana.

Oh... Bunda...
Ada dan tiada dirimu kan...
Selalu ada di dalam hatiku...

Maratungga menunduk, menatap bunga yang ia genggam. Ia tidak tahu harus ia serahkan kepada siapa bunga ditangannya ini. Diantara teman-teman sekelasnya, hanya ia yang tidak punya ibu.

Lagu yang mereka nyayikan telah selesai. Satu persatu anak turun dari atas panggung.

"Bundaaa....!!!"

"Mama....!!!"

Mereka menghampiri ibu masing-masing, menyerahkan bunga, kemudian mendapatkan pelukan erat dan kecupan kasih sayang. Sementara Maratungga, anak itu masih berdiri di atas panggung seorang diri. Ia meremas kuat bunga di tangannya.

Maratungga turun dari panggung, ia pergi dari ruangan itu kemudian membuang bunganya begitu saja. Ia tidak peduli jika bunganya itu akan rusak karena diinjak-injak orang lain.

Maratungga duduk sendirian di bawah pohon yang ada di taman sekolahnya.

Bagaimana rasanya punya seorang bunda?

Maratungga ingin tau rasanya dipeluk sama Bunda. Ia ingin tau rasanya diusap kepalanya sama Bunda. Ia juga ingin tau rasanya makan masakan Bunda. Kata teman-teman masakan semua Bunda di dunia itu lezat. Maratungga juga ingin mencobanya.

Seorang gadis kecil menunduk, memungut bunga yang dibuang oleh Maratungga.

"Mara, bunga kamu jatuh."

Maratungga mendongak, di hadapannya ada seorang gadis mungil bersurai hitam digerai dengan bando berwarna biru menyodorkan sebuket bunga untuknya. Gadis itu adalah Ile.

"Buang aja. Buat kamu juga boleh."

"Nggak mau. Aku udah punya bunga sendiri."

"Yaudah kalo gitu buang aja!" Seru Maratungga, nada bicaranya nyolot.

"Kok kamu marah sih? Aku kan cuma mau ngembaliin bunga kamu."

"Aku nggak minta!" Sentak Maratungga.

Ia meninggalkan Ile begitu saja. Anak itu sangat menyebalkan! Bilang saja sebenarnya ia hanya ingin mendekati Maratungga. Ile selalu mengikuti Maratungga kemana pun Maratungga pergi. Dasar pengganggu! Apa tidak malu? Maratungga anaknya sensian. Ia tidak suka diusik.

1. ABOUT ME ✔️Where stories live. Discover now