CHAPTER 15 | ILER TUYUL

10.4K 2.1K 327
                                    

Absen dulu sini

Nama kalian siapa?

Kelas berapa?

Askot mana?

Baca ini jam berapa dan lagi ngapain?

Selamat membaca 💓💓

---000---

Selepas berbagi cerita di pinggir danau, Maratungga ditemani Aya ke tokonya Pak Mamat yang merupakan toko langganan Maratungga untuk membeli perlengkapan melukis. Maratungga membeli satu kanvas ukuran 40x60 cm, kuas berbagai ukuran, pensil 2H dengan ketebalan tipis yang biasanya ia gunakan untuk membuat detail gambar dan yang paling utama adalah satu set cat air.

Maratungga membeli cat air jenis royal talens van gogh yang akan menjadikan lukisannya terlihat menonjol dari segi lightfastness, transparansi hingga intensitas dan saturasi warnanya.

Aya mengikuti Maratungga di belakang seperti seekor anak ayam yang mengikuti induknya.

Maratungga berhenti melangkah dan Aya...

Duk!

Ia tidak sengaja menabrak punggung Maratungga.

"Eh! Maaf hehe." Aya nyengir.

"Lo mau beli sesuatu, Ay?"

Aya menggeleng. "Enggak, hehe."

"Yaudah pulang, ya?"

"Itu belanjaannya di bayar ke Pak Mamat dulu, Mar. Kalau nggak dibayar ntar lo dikira maling."

"Iyah, ayo." Maratungga menggenggam telapak tangan Aya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menggenggam keranjang berisi barang belanjaan.

Ia mengajak Aya menuju kasir untuk membayar.

Di kasir Pak Mamat menghitung semuanya lalu menaruh ke dalam plastik kresek hitam dan untuk kanvas ia kasih tali supaya lebih mudah di bawa Maratungga. Biasanya Maratungga membawa kanvas itu dengan menyampirkannya di pundak seperti sedang membawa gitar.

Aya mengambil kresek hitam belanjaan Maratungga.

"Nggak usah, taruh."

"Tapi Mar, gue kan mau bantu bawain biar lo nggak kerepotan."

"Nggak usah, Ay, gue bisa sendiri."

Aya tidak peduli, ia tetap nekat membawa kresek hitam itu.

"Aya, bawa sini kreseknya, berat."

"Berat apaan? Cuma pensil sama cat air doang berat. Bayi aja bisa bawa."

"Bayinya super banget."

"Iya, yah." Aya menatap wajah Maratungga, laki-laki yang biasanya galak itu sedang mencoba melawak meskipun garing.

"Biasanya bawa empeng ini bawa pensil sama cat air," ucap Aya.

"Bayi supernya gemes nggak, Mar?"

"Bayi super yang mana?"

"Yang ini. Yang ada di samping lo." Aya memasang wajah imut dengan senyum mengembang.

"Cute." Maratungga tersenyum. Ia kemudian berbisik di telinga Aya. "May i have a cuddle?"

"Mara!" Pipi Aya mendadak bersemu diiringi dengan detak jantung yang berpacu cepat.

Maratungga tertawa. Ia mengambil tangan kanan Aya lalu menggenggam tangan itu erat seolah takut kehilangan. Aya tidak menolak, ia selalu suka dengan kehangatan sentuhan Maratungga.

1. ABOUT ME ✔️Where stories live. Discover now