CHAPTER 28 | TERROR

7K 1.5K 179
                                    

Absen dulu sini

Siapa nama kalian?

Askot mana nih?

Baca ini jam berapa dan lagi ngapain?

Chapter ini panjang. Harusnya bisa dijadiin dua chapter tapi aku jadiin satu chapter. Jangan lupa vote dan komen ya

Note. Jangan percaya siapapun di cerita ini

Happy reading

---000---

"Orang yang dari luarnya keliatan baik belum tentu dia baik," bisik Malbi di telinga Maratungga.

Maratungga meneguk saliva. Jantungnya berdetak kencang dan kedua telapak tangannya mengepal. Malbi menatap Maratungga dengan tatapan tajam seraya tersenyum sinis. Aya turut menatap intens Maratungga dan mengamati setiap guratan ekspresi pada wajah cowok itu. Suasana di dalam gudang minim penerangan, sempit serta dikelilingi benda usang itu mendadak tegang.

"Hahahaha..." Suara tawa Malbi memenuhi ruangan berukuran tidak terlalu luas itu.

"Serius amat muka lo Mar," lanjutnya seraya menepuk pundak Maratungga beberapa kali.

Maratungga berdecih kemudian membuang muka tanpa sedikitpun tersenyum. Malbi memaklumi ekspresi Maratungga yang cenderung terlihat kesal itu karena ia paham dari dulu cowok itu memang jarang tersenyum. Sepertinya seumur hidup Maratungga hanya akan mudah tersenyum pada Aya Saraswati.

Melupakan tentang ekspresi Maratungga itu, Malbi kembali fokus dengan hal apa yang akan ia sampaikan.

"Lets strategize to find out what really happened to Ile," ajak Malbi.

"Ck! Nggak bisa Bahasa Inggris," kesal Maratungga.

"Tau, udah tau Mara sama gue sama-sama bego," imbuh Aya.

"Dari SD udah ada pelajaran Bahasa Inggris tapi tetep aja nggak bisa-bisa, heran gue sama lo pada," sindir Malbi.

"Ya emang nyatanya nggak bisa," sahut Aya yang memang benar begitu adanya.

"Gue tadi bilang, ayo kita susun strategi buat cari tahu apa yang sebenarnya terjadi sama Ile," jelas Malbi pada akhirnya.

"Pinter kan Bahasa Inggris gue?" Malbi menaik turunkan kedua alisnya.

Ia bangga karena merasa dia lah yang paling pintar diantara mereka bertiga. Maratungga dan Aya kompak memutar bola mata malas. Mulai deh sok pinternya.

"Inpo ngantemi Malbi," ucap Aya.

Maratungga memukul pelan kepala Malbi.

Plak

"Haish! Sialan," seru Malbi kesal.

Aya tertawa melihat wajah kesal Malbi, sedangkan Maratungga hanya tersenyum tipis.

Mengakhiri bercandaan mereka bertiga kemudian menyusun strategi secara bersama. Malbi mencoret-coret strateginya dalam memulai penyelidikan di papan tulis dengan membuat garis hubung yang menghubungkan kaitan Ile terhadap orang yang ia curigai sebagai tersangka.

Selama Malbi menjelaskan Maratungga dan Aya mendengarkan argument dan hipotesis dari cowok itu. Beberapa kali Aya menyanggah ucapan Malbi ketika ada analisis cowok itu yang menurutnya tidak masuk akal dan cenderung sulit untuk dilakukan.

1. ABOUT ME ✔️Where stories live. Discover now