CHAPTER 22 | HARI PERANG

7.9K 1.6K 142
                                    

Absen dulu sini

Siapa nama kalian?

Sekarang kesibukannya ngapain?

Baca ini jam berapa dan lagi ngapain?

Are you ready?

Selamat membaca 💓

---000---

"Buka mulutnya, aaa~" Pinta Maratungga lembut pada Aya.

Aya membuka mulutnya kemudian Maratungga menyuapkan makanan ke mulut gadis itu.

"Akoe bisua moekan sendili."

"Makanannya ditelan dulu sayang... baru ngomong."

Uhug uhug!

Aya terbatuk-batuk karena tersedak.

"Emh, emh, kesedak beneran kan? Udah dibilang kalau lagi makan tuh jangan ngomong. Udah aku suapin enak-enak kamu tinggal buka mulut masih nakal." Maratungga mengomeli Aya galak.

Meskipun mengomel Maratungga menyodorkan botol air mineral dan tetap membantu Aya minum. Sedangkan satu tangannya mengusap-usap lembut punggung gadis itu untuk meredakan batuk.

Maratungga yang biasanya irit omong hanya akan menjadi cerewet kepada Aya Saraswati. Bukannya merasa takut karena diomeli, Aya justru gemas pada Maratungga.

Kalau ditelisik lebih lanjut omelan Maratungga mirip dengan omelan Cakrawala. Maratungga hanya copy paste kata-kata sang adik yang selalu ditujukan padanya. Padahal ketika Cakrawala mengomel, ia akan mengatai Cakrawala, 'banyak bacod lo!'

Sekarang justru Maratungga sendiri menggunakan omelan yang sama ke Aya.

"Mara udaaaah... kenyang." Aya mengusap-usap perutnya yang masih rata.

"Apanya yang kenyang? Baru makan dua suap kenyang. Lambung kamu itu bukan lambung bayi, Ay."

"Aku bisa makan sendiri." Aya meminta piring nasi yang dibawa oleh Maratungga.

"Enggak, aku suapin."

"Maraaaa...." Aya berteriak kesal.

"Ayaaaaa~" Maratungga menirukan teriakan Aya dengan nada dibuat-buat.

Aya tertawa dan memukul pelan pundak Maratungga.

Plak

"Mau aku banting?" Ancam Aya.

"Tega ngebanting pacar sendiri? Hem?"

Aya menggeleng. "Nanti kalau kamu sakit, aku yang sedih."

Maratungga terkekeh gemas.

"Buka mulut lagi, aaa~"

Aya bangkit lalu melangkah pergi.

"Ay, mau kemana? Makan dulu sini, makanannya belum habis."

Aya menggeleng, ia tidak ingin makan banyak karena merasa sudah kenyang. Maratungga galak seperti emak-emak.

"Kamu kan bentar lagi mau lomba, perutnya harus diisi, Aya."

"Aku udah makan, aku mau lomba taekwondo kalau kekenyangan nanti sakit perut."

"Tapi kamu baru makan dua suap, Ay."

Maratungga bangkit mengejar Aya dengan membawa piring di tangan kanannya. Aya melangkah semakin cepat untuk menghindari Maratungga yang masih kekeh menyuapinya makan.

1. ABOUT ME ✔️Where stories live. Discover now