✿✿ Sebuah Rahasia ✿✿

2.2K 229 22
                                    

Yuk votenya 🤩

✿✿✿

Pak Evan tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Saya akan memberitahu kamu sesuatu, Lauren."

"Kenapa bisik-bisik, Pak?" tanya Lauren kebingungan, padahal di tempat itu hanya ada dirinya dan Pak Evan saja.

Pak Evan melirik ke kanan dan ke kiri, berharap di koridor itu memang tidak ada siapapun kecuali dirinya dan gadis itu. Pak Evan sebenarnya sangat takut jika ada murid lain yang akan mendengarkan percakapan antara Lauren dan dirinya. Apalagi jika ada guru yang mengetahui bahwa dirinyalah yang membongkar rahasia Caka ini pada orang lain. Namun hal itu ia lakukan semata-mata demi kebaikan yayasan sekolah.

"Ini rahasia besar. Kamu harus berjanji tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun, termasuk orang tua kamu. Karena mungkin ini bisa membahayakan karir saya di sekolah ini," pinta Pak Evan. Lauren yang sangat penasaran dengan rahasia itupun langsung mengangguk setuju.

"Sebenarnya, Caka itu siswa yang sangat cerdas. Selama dua tahun ini, dia yang selalu mendapat peringkat pertama pararel. Dia juga yang selama ini memenangkan olimpiade antar sekolah. Tapi, Caka tidak mau prestasinya itu diketahui oleh siapapun. Hanya guru-guru saja yang mengetahui soal hal itu. Oleh karena itu di papan pengumuman bukan nama Caka yang tercantum di sana melainkan nama Nicko, anak dari pemilik yayasan sekolah ini. Meskipun Nicko tidak bersekolah di sini, namun guru-guru percaya hal itu bisa menyembunyikan prestasi Caka.  Kalau sampai ada yang tahu tentang rahasia ini, Caka mengancam akan keluar dari SMA Gardapati. Dan pastinya itu akan sangat merugikan pihak sekolah. Ketua yayasan juga membuat peraturan akan memecat siapapun guru yang berani membongkar rahasia itu." Pak Caka menjelaskannya dengan suara yang sangat pelan.

"Tapi, Pak. Kenapa Caka gak mau orang-orang tau soal prestasinya itu?" tanya Lauren.

"Kalau soal itu bapak kurang tau. Tapi dari yang saya dengar, Caka tidak ingin dimanfaatkan karena kecerdasan yang dia miliki itu," jelas Pak Evan.

Lauren mengerutkan keningnya tak mengerti. Masih ada yang aneh di sini. Apa mereka semua tidak sadar, kalau secara tidak langsung pihak sekolah juga memanfaatkan Caka untuk kepentingan sekolah? Kasihan Caka, selama ini laki-laki itu dijadikan boneka oleh SMA Gardapati.

"Jadi maksud bapak memberitahu kamu soal hal ini, supaya kamu berusaha mendekati Caka agar dia mau membantu kamu untuk bisa memenangkan olimpiade nanti."

"Saya akan berusaha sebisa mungkin untuk memenangkan olimpiade itu, Pak. Walaupun tanpa bantuan dari Caka," kata Lauren penuh keyakinan.

"Tapi saya sarankan kamu harus belajar dari Caka, Lauren. Karena jawabannya selama ini tak pernah meleset sekalipun. Kecerdasannya itu sangat sempurna!" paksa Pak Evan.

"Baik, Pak. Saya akan coba," putus Lauren akhirnya.

Setelah sepeninggalan Pak Evan, Lauren langsung berbalik arah hendak kembali ke roof top. Namun sayangnya pintu menuju ke tempat itu sudah terkunci. Rupanya Caka sempat turun kemudian mengunci pintu tempat pribadinya itu. Akhirnya Lauren pun memilih untuk menunggu cowok itu di sana.

Karena tak ada satupun kursi yang berada di tempat itu, Lauren terpaksa duduk beralaskan langsung dengan keramik. Gadis itu menyenderkan punggungnya pada pintu yang tertutup. Lauren berharap semoga jam istirahat akan cepat berlalu, agar dirinya tak perlu berlama-lama duduk di sana dan menjadi pusat perhatian murid-murid yang melewati jalan itu.

Sekitar 15 menit lamanya Lauren menunggu, akhirnya lonceng sekolah pun berbunyi. Gadis itu langsung bangkit berdiri karena pasti sebentar lagi Caka akan segera keluar dari tempat itu. Dan benar saja, tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka pertanda laki-laki itu hendak keluar dari sana. Lauren bersiap untuk menyambut kehadiran Caka.

"Hai!" sapa Lauren.

Caka hanya memicingkan mata, lalu menatap kembali ke arah pintu dan segera melenggang pergi setelah menguncinya.

Lauren berusaha menyetarakan langkahnya dengan Caka. "Namaku Lauren," ungkap gadis itu sambil mengulurkan tangannya.

Tak membalas jabatan tangan Lauren, Caka justru menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. "Mau Lo apa?!" bentak laki-laki itu.

"A-aku mau jadi temen kamu," jawab Lauren mulai gemetar.

"Tapi gue gak mau. Udah sana lo minggir!" Caka kemudian mendorong kasar bahu Lauren. Merasa ditolak, gadis itupun mulai menahan dirinya agar tak mengikuti Caka lagi. Namun Lauren akan tetap berusaha lain waktu.

✿✿✿

Makasih banyak ya buat readers yang  bertahan sampai di part ini
Semoga kalian masih bertahan sampai part akhir 😖🙏🏻

Makasih juga buat yang udah kasih vomen 🙏🏻

Next terus ya jangan sampe macet di tengah jalan 😗

CakaNickoWhere stories live. Discover now