✿✿ Pintu Otomatis ✿✿

1.8K 224 35
                                    

Votenya jangan sampai lupa 🤩

✿✿✿

"Nih gue kasih lima soal." Caka meletakkan sebuah buku tulis di hadapan Lauren. Sesuai janjinya, Caka akan membantu gadis itu untuk mempelajari materi olimpiade sains-nya nanti.

Lauren menyipitkan mata, bermaksud untuk menajamkan pengelihatannya. "Kak Caka yakin soal kaya gini yang bakal keluar di olimpiade nanti?"

"Udah gak usah banyak protes." Caka sontak menatap ke arah lain ketika kedua pasang bola mata itu saling bertatapan. "Tinggal kerjain aja apa susahnya? Masa kaya gitu aja Lo gak tau," gerutunya kemudian.

Bagaimana tidak protes, pasalnya soal yang Caka berikan justru jauh dari dugaan Lauren.
Mau tahu? Seperti ini lah soal yang Caka berikan ;

1. 5 × 8 =
2. 100 : 5 =
3. 10 + 5 × 7 - 45 =
4. Jika Lauren memiliki kelereng 10 buah, maka berapa kali Lauren masak dalam satu hari?
5. Resep! Apa resep masakan Lo?

(Caka kalo jadi pelawak cocok kayaknya ya guys)

Lauren kemudian mencoba menjawab semua soal yang Caka berikan, setelah itu barulah gadis itu mengembalikan pada si empunya. "Nih."

Dengan serius, Caka berusaha menelisik jawaban dari soal nomor kelima. Namun mungkin ini adalah hari kesialan bagi Caka karena Lauren malah menjawab 'rahasia' pada masing-masing kedua persoalan yang terakhir.

"Sialan gue jadi laper," batin Caka sambil mengelus pelan perutnya, tanpa sepengetahuan gadis yang berada di sebelahnya.

"Bener semua." Caka meletakkan kembali buku itu di atas kursi. "Lo udah pinter jadi gak perlu belajar lagi," lanjutnya kemudian.

"Kak Caka yang serius dong!" protes Lauren tak terima. "Ah udah lah aku mau ke toilet dulu," pamitnya, sudah tak mampu menahan buang air kecil.

Lauren kemudian berlari kecil ke arah pintu keluar, dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga di lorong itu. Ketika gadis itu memutar kenop pintu betapa terkejutnya Lauren karena ternyata pintu itu terkunci. Terpaksa Lauren harus kembali lagi untuk meminta kunci pada Caka.

"Kak Caka! Kenapa pintunya dikunci?"

"Siap-"

"Ah mana Kak kuncinya! Udah gak tahan," potong Lauren sambil berjinjit-jinjit.

Lauren pun langsung merampas kunci yang berada di tangan Caka. Sedetik kemudian gadis itu sudah menghilang dari pandangan Caka, padahal laki-laki itu belum sempat memperingati Lauren agar tidak menutup pintu keluar itu lagi. Ya mau bagaimana lagi, Lauren sudah beranjak dari tempat itu.

Sekitar sepuluh menit berlalu, Lauren sudah kembali lagi ke tempat itu. Mendapati Caka yang sudah menenteng tasnya. Ah mau kemana laki-laki itu, sedangkan mereka saja sama sekali belum mempelajari satupun materi olimpiade itu.

"Gue laper, sekarang kita balik aja." Akhirnya Caka mengeluarkan suara.

Lauren meletakan kedua tangannya di pinggang. "Tapi kan kita bel-"

"Besok baru lanjut."

"Besok hari Minggu loh!" protes Lauren tak terima.

"Kalo gak mau ya udah," putus Caka.

Setelah menghela napas panjang, Lauren akhirnya menyerah dan mengiyakan ucapan Caka. "Mau belajar di mana?" tanyanya kemudian.

"Tunggu aja! Besok pagi gue jemput," balas Caka cepat, tak ingin berbasa-basi lagi.

"Em-"

"Gak usah banyak protes!"

"Huftt!" Untuk kesekian kalinya Lauren menghela napas kasar. Padahal Lauren hanya ingin menanyakan pada Caka, dia akan menjemput Lauren di mana? Apa mungkin Caka tahu di mana alamat rumahnya? "Dasar manusia aneh!" gerutu Lauren.

Caka sudah tak ingin mendengarkan celotehan gadis itu lagi, ia lantas berjalan ke arah pintu lorong mendahului Lauren. Namun sama seperti Lauren di beberapa menit yang lalu, Caka mendapati pintu itu terkunci. Terpaksalah ia harus kembali menemui Lauren untuk meminta kunci itu.

Baru saja membalik tubuhnya, ternyata Lauren sudah berada di belakang laki-laki itu. "Mana kuncinya?" pinta Caka kemudian.

"Kunci?"

"Iya kunci!"

Lauren menggaruk kepalanya, mencoba mengingat-ingat kembali di mana dirinya meletakkan kunci itu. "Astaga!"

"Jangan bilang kuncinya hilang," peringat Caka.

"Kuncinya ada di pintu, kok!" jawab Lauren yakin karena sebelumnya gadis itu menggunakannya untuk membuka pintu sebelum kembali lagi ke roof top. Padahal Lauren ingat betul dirinya tidak mengunci pintu itu sebelumnya.

"Bagus! Kita gak bisa pulang sekarang," kesal Caka.

"Kenapa? Mau pulang ya tinggal pulang aja," balas Lauren bingung.

"Pintunya terkunci."

"Kok bisa? Aku tadi gak ngunci kok. Ah jangan-jangan ada yang ngunciin kit-"

"Pintu ini otomatis terkunci kalo ditutup," ungkap Caka dengan suara lemas.

"APA?!"

✿✿✿

Gubrak dan akhirnya Lauren pingsan lalu TAMAT!

ehe canda

Masih ada next chapter lagi 🙏🏻😭

Yuk jangan lupa vote dan komenannya

CakaNickoWhere stories live. Discover now