✿✿ Penguntitan ✿✿

1.9K 217 56
                                    

Vote komennya ya bestie 🤩

✿✿✿

"Aku anterin pulang ya, Kak?"

"Gak perlu," tolak Caka cepat. "Gue balik naik angkot aja."

"Jangan nolak, anggap aja ini sebagai balasan karena waktu itu Kak Caka udah ngijinin aku nebeng ke sekolah." Lauren masih berusaha keras membujuk laki-laki yang sedang berjalan tepat di sebelahnya itu.

"Lain kali aja deh," tolak Caka lagi.

"Lain kali?" ulang Lauren. "Berarti mulai hari ini kita temenan?"

"Gak!"

Lauren berdecak. "Ah Kak Caka jual mahal banget sih!" gerutu gadis itu.

"Berisik! Udah deh gue mau balik."

Lauren hanya bisa terpaku melihat kepergian Caka yang sebentar lagi akan menghilang dari pandangannya. Namun terbesit rencana lain di benak Lauren, ia akan mengikuti Caka dari belakang dengan mobilnya. Gadis itu sangat penasaran di mana rumah Caka berada.

Tanpa sepengetahuan dari Caka, Lauren berhasil mengikuti laki-laki itu sampai angkot yang ia naiki berhenti tepat di depan sebuah rumah yang sangat megah. Lauren dibuat kagum saat melihat gerbang rumah itu yang begitu mewah. Pasti furniture di dalam rumah itu juga tak kalah mewahnya. Setelah turun dari angkot, Caka segera membuka gerbang dengan susah payah kemudian segera masuk ke area rumah itu. Seperti ini kira-kira gambaran rumah Caka;

Caka tinggal di rumah sebesar ini? Pertanyaan itu muncul di benak Lauren

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Caka tinggal di rumah sebesar ini? Pertanyaan itu muncul di benak Lauren.
Namun, bagaimana caranya agar Lauren bisa mendapat jawaban dari pertanyaannya itu?

Lauren akan mencari tahu tentang hal itu nanti. Sekarang gadis itu memilih untuk segera kembali ke kediamannya.

✿✿✿

Di malam harinya. Lauren hendak melakukan rutinitasnya sebelum tidur, hal ini dianggap sebagai ritual penting bagi Lauren. Gadis itu berjalan ke arah meja rias miliknya dan Alexa. Kini Lauren beralih membuka sebuah kulkas skincare berukuran mini yang terletak di nakas samping meja rias untuk mengambil sebungkus sheet mask di sana.

 Kini Lauren beralih membuka sebuah kulkas skincare berukuran mini yang terletak di nakas samping meja rias untuk mengambil sebungkus sheet mask di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajahnya yang glowing itu harus tetap diberikan perawatan khusus agar selalu terjaga kecantikannya.

Setelah membersihkan wajah menggunakan toner dan mengaplikasikan serum di wajahnya, Lauren kemudian memasang sheet mask itu dengan sempurna di sana. Lantas gadis itu beringsut ke arah kasur empuknya, sambil menunggu Alexa keluar dari kamar mandi.

Tiba-tiba terlintas kembali di pikiran Lauren tentang rumah Caka.

Siapa Caka itu sebenarnya? Kalau memang Caka bukan orang berada tapi kenapa bisa Caka tinggal di rumah yang sebesar itu? Apa mungkin Caka selama ini menyamar? Tapi untuk apa dia melakukan itu?

Satu persatu pertanyaan itu muncul dan memenuhi kepala Lauren. Lebih baik Lauren mencari tahu kebenaran tentang hal itu pada Alleta, sepupunya. Pasti gadis itu mengetahui semuanya, pikir Lauren. Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, gadis itu kemudian mengambil ponsel berlogo apel miliknya yang berada di atas kasur untuk menghubungi Alleta.

"Halo."

"Ngapain malem-malem nelpon?" jawab Alleta dengan suara serak khas bangun tidur.

"Eh kamu udah tidur ya? Ya udah gak jadi deh," putus Lauren merasa bersalah.

"Udah bangunin gue malah bilang gak jadi?!"

Lauren menggaruk tengkuknya pelan. "Hehehe." Lauren menampilkan deretan gigi rapinya meskipun ia tahu Alleta tak dapat melihatnya. "Gini, sebenernya aku mau tanya sesuatu. Tapi ini gak penting banget sih," lanjut Lauren basa-basi.

"Udah buruan nanya apa?"

"Jadi tadi siang kan aku ngikutin Caka sampe rumahnya. Tapi kok rumah Caka gede banget ya? Sebenernya Caka itu orang kaya ya?"

"Apa?!" Terdengar seperti suara barang yang terjatuh di waktu yang bersamaan ketika Alleta mengatakan hal itu.

"Eh itu apa yang jatoh, Alleta?" Lauren panik.

"Hp gue," balas Alleta singkat. "Gue masih ngantuk anjir! Lo cuma mau nanya itu doang?" lanjutnya tak lama kemudian.

"Hehe, maaf."

"Itu bukan rumahnya Caka, tapi rumahnya Nicko. Caka kerja di sana," ungkap Alleta menjelaskan.

Lauren mengangguk-anggukkan kepalanya. Kini gadis itu sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang hampir seharian ini memenuhi isi kepalanya. Akhirnya Lauren bisa tertidur nyenyak.

"Cuma itu kan? Ya udah gue lanjut tidur."

"Makas-"

Tut! Tut!

Sambungan telepon diputus sepihak.

✿✿✿

Kapan lagi nih up-nya?
Suka gak sih sama cerita ini?
Atau ceritanya ngebosenin?

Btw makasih ya buat yang rajin vote dan komen
LOVE YOU SO HARD! 🥰

Next terus yok!

CakaNickoWhere stories live. Discover now