Lintas Impian - 26

14 3 0
                                    

Sepertinya Geisha menyesal telah menawarkan diri untuk mengikuti Jo bekerja menjadi tukang foto

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepertinya Geisha menyesal telah menawarkan diri untuk mengikuti Jo bekerja menjadi tukang foto. Sebab, sedari tadi, gadis itu hanya duduk di bangku tanpa melakukan apa pun, selain memilin tali tas milik Jo. Seharusnya, dia tahu bila tak ada yang menyenangkan saat melihat seorang fotografer bekerja. Sekalipun itu pergerakan Jo yang naik-turun—sesekali berdiri dan kemudian berjongkok—untuk mendapatkan angle foto klien yang baik.

Tak terhitung sudah berapa kali Geisha menguap, tabda bahwa dia begitu bosan. Jika saja dia tidak diamanahkan untuk menjaga tas Jo, mungkin dia sudah akan kabur. Tapi, jika dipikir-pikir, waktu pertama kali dia bertemu Jo di tempat ini, Jo meletakkan tasnya di bangku tanpa ada yang menjaga, lalu kenapa sekarang lelaki itu meminta Geisha untuk menjaga tas miliknya?

“Ini tas isinya harta karun kali, ya? Makanya disuruh jagain. Mana isinya berat lagi,” ujar Geisha sembari mencoba mengangkat tas itu ke udara dan menimbang-nimbangnya.

Geisha menghela napas. Rasanya, dia ingin benar-benar kabur untuk mengambil motornya di kampus, tapi di satu sisi, dia sedang malas berjalan kaki. Tidak seperti saat dia berniat untuk berjalan kaki layaknya hari itu. Alhasil, tubuhnya hanya bisa berdiam di sana dan semakin lengket di sandaran bangku.

Geisha mencoba menjelajahi isi taman dengan kedua matanya. Melihat apakah ada objek lain yang bisa menarik perhatiannya atau tidak. Barangkali, ada abang-abang penjual es krim datang atau penjual apa pun itu. Sayangnya, tidak ada.

Tapi, selain beberapa hal yang diharapkan Geisha, ada satu objek yang menyedot perhatian Geisha. Pemandangan seorang bocah laki-laki berkaus lusuh—yang entah sejak kapan duduk di sebuah bangku dekat pintu masuk waterfront—dengan buku bacaannya berhasil menarik kedua kaki Geisha untuk mendekat ke arahnya, meninggalkan amanah dari Jo yang seharusnya dia jaga.

***

“Bukannya saya minta kamu untuk jaga tas saya? Kenapa kamu malah pergi-pergi?” tanya Jo saat Geisha kembali ke bangku tempat mereka duduk tadi.

Geisha menepuk kening mulusnya ketika mendengar itu. “Eh, astaga. Maaf, Jo. Aku lupa, tadi aku pergi sebentar. Barang kamu enggak ada yang hilang, kan? Kalau ada, aku ganti, ya? Berapa kerugiannya? Bilang aja. Aku benar-benar minta maaf,” jawab Geisha panik.

“Enggak usah. Enggak ada barang yang hilang.”

“Beneran?”

“Iya. Sekalipun ada yang hilang, kamu enggak akan bisa mengganti hal itu dengan uang.”

Geisha semakin dibuat merasa bersalah karenanya. “Maaf, Jo, aku enggak maksud.”

Melihat wajah Geisha yang semakin panik, Jo tersenyum. “Bercanda, Ge. Jangan tegang seperti itu wajahnya. Lagian, sudah biasa saya taruh tas di bangku seperti ini dan selalu aman sekalipun saya sibuk pemotretan.”

Seketika, wajah Geisha berubah menjadi datar ketika menyadari bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Jo. “Enggak lucu, ah, bercandanya. Aku udah panik tahu.”

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now