Lintas Impian - 38

8 3 0
                                    

"Kenapa rumah gelap gulita kayak gini, sih? Voucher listriknya habis apa gimana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa rumah gelap gulita kayak gini, sih? Voucher listriknya habis apa gimana. Mana gorden ditutup semua, bikin tambah serem. Aku berasa lagi ikut uji nyali aja," cerocos Geisha. Geisha yang pada dasarnya memang sedikit penakut dan parnoan cukup gelisah dengan keadaan seperti ini.

Gadis itu berusaha menguatkan nyalinya sebelum berjalan untuk mencari sakelar guna menghidupkan lampu. Kakinya melangkah kecil dengan tangan yang terus meraba-raba dinding. Tubuhnya panas dingin, takut bila ada makhluk halus yang mendadak muncul dan mengagetkannya. Geisha terus mengucap beberapa baris doa yang sekiranya dapat mengusir makhluk-makhluk itu.

Tiba-tiba saja, kaki Geisha yang tidak dibungkus apa-apa menginjak sesuatu yang kenyal, sebelum beberapa saat kemudian, suara ledakan terdengar memekakkan telinga. Geisha sontak berteriak sebagai refleks. Gadis itu segera berlari hingga tubuhnya kepentok lemari kayu setinggi pinggang dan mengaduh.

Di sela-sela Geisha yang berusaha mengelus bagian yang terpentok tadi, ada cahaya yang muncul dari belakang sofa, membuatnya semakin ketakutan dan mencari sakelar yang berada tak jauh di atas lemari itu.

"SURPRISE!!!"

Untuk kedua kalinya setelah suara ledakan tadi, jantung Geisha rasanya hendak lepas dari tempatnya, ketika mendengar suara dengan intonasi kuat itu. Berulang kali, Geisha mengucapkan permintaan maaf pada makhluk-makhluk halus yang tadi sempat dia singgung. Namun, keterkejutan itu berubah haluan menjadi rasa bahagia ketika melihat apa dan siapa yang baru saja meneriakinya.

"Happy birthday, Geisha!"

"Happy birthday anak Mama dan Papa!"

"Hepi bersdei, Kak Ge!"

Kedua sudut bibir Geisha bergerak dan terangkat ke atas membentuk sebuah kurva. "Papa, Mama, Aria, Morena, Naura, kalian .... "

Seolah tidak membiarkan Geisha melanjutkan acara terkejutnya, Morena yang tengah memegang ponselnya tinggi-tinggi—hendak mengabadikan momen—menyeletuk.

"Naura, kue untuk Geisha mana?"

Mendengar itu, Naura menepuk kening. "Astaga, kuenya masih di dalam. Tadi buru-buru karena Geisha pulang, jadi kelupaan," seru gadis itu, kemudian berlari ke dalam.

"Aria, terompetnya mana?"

"Om, kok lampu kelap-kelipnya enggak nyala?"

"Tan, topi sama selempang ulang tahunnya mana?"

Geisha yang tidak paham dengan kekacauan itu dibuat melongo. Kue? Terompet? Lampu kelap-kelip? Topi dan selempang? Apa-apaan ini? Kejutan ulang tahun yang gagal? Benarkah?

Geisha beralih melihat ke lantai, beberapa balon yang sudah diisi udara itu berserakan di sana, entah terlepas dari ikatan di dinding atau memang sengaja dibiarkan seperti itu.

Sebentar. Geisha baru menyadari, berarti benda yang tadi mengeluarkan suara ledakan adalah balon yang tidak sengaja dia injak.

Gadis itu seketika terkejut ketika Sintia datang secara tiba-tiba dan memasangkan selempang bertuliskan "Birthday Girl" ke tubuhnya. Jangan lupakan topi kerucut khas topi ulang tahun yang mendarat sempurna di atas kepalanya. Geisha menyentuh topi itu dengan kedua tangan, memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.

"Kita ulang, ya. Satu ... dua ... tiga ...."

"Happy birthday, Geisha!"

"Happy birthday anak Mama dan Papa!"

"Hepi bersdei, Kak Ge!"

Potongan-potongan kertas yang dimuncratkan dari sebuah terompet yang dipegang Aria menambah keramaian suara tadi. Geisha menilik ke sekitar, lampu kelap-kelip begitu menghiasi kondisi rumahnya.

Dengan menahan haru, gadis itu berujar, "Makasih semuanya. Aku kira, kalian semua bakal lupa sama hari ulang tahun aku. Tapi, ternyata, enggak."

"Enggak ada yang lupa sama ulang tahun kamu, Ge. Kami semua ingat, kok," kata Morena seraya tersenyum.

"Tapi, kamu enggak ngucapin aku, Mo," lirih Geisha pelan.

"Selamat ulang tahun. Udah, kan?" ucap Morena.

Geisha mendesah. Bukan ucapan tidak ikhlas seperti itu yang Geisha ingin dengar. Gadis itu hendak melayangkan protes, namun Morena segera berjalan mendekat.

Morena meluruskan kedua tangannya dan memeluk Geisha dengan erat. "Selamat ulang tahun untuk sahabat aku yang paling receh. Maaf kalau untuk ulang tahun kamu yang sekarang, aku enggak bisa jadi yang paling pertama ucapin kayak tahun-tahun sebelumnya. Soalnya, udah diwanti-wanti sama Naura buat enggak ucapin kamu."

Geisha mengurai pelukannya, menghapus jejak air yang masih tertahan di pelupuk mata, kemudian menatap Morena dan Naura secara bergantian dengan aneh. "Naura? Dari mana Naura tahu hari ulang tahun aku?" tanyanya heran.

"Nanti kamu juga bakal tahu," kata Morena, kemudian beringsut mundur untuk memberikan ruang pada Haikal dan Sintia untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada putri mereka.

"Selamat ulang tahun putri Mama satu-satunya." Sintia memeluk Geisha. Tangannya terangkat untuk mengelus puncak kepala Geisha dengan lembut. "Maaf kalau Mama sering marahin kamu dan nuntut kamu ini itu. Itu semua Mama lakukan karena Mama sayang kamu dan Mama ingin yang terbaik untuk kamu. Mama sayang sama kamu, Ge."

Geisha meletakkan kepalanya di sekitar leher Sintia, berusaha mencari kenyamanan di sana. "Iya, enggak pa-pa, Ma. Ge paham, kok. Mama ngelakuin itu karena Mama peduli sama Ge.  Makasih karena udah sayang dan sabar ngedidik Ge, ya, Ma. Ge juga sayang banget sama Mama."

Beralih pada Haikal, pria paruh baya itu tersenyum, sebelum mendekat kepada Geisha dan mengecup kening putrinya lama. "Selamat ulang tahun putri kecil Papa yang udah enggak kecil lagi. Papa benar-benar enggak nyangka, kamu udah segede ini. Padahal, dulu Papa suka gendong kamu waktu bayi. Eh, sekarang, udah enggak, mau peluk aja udah mikirin gengsi."

"Udah gede, lah, Pa. Masa kecil terus. Ada kelainan, dong," ujar Geisha berkelakar,  membuat Haikal dan Sintia yang ada di sampingnya tertawa kecil mendengar itu.

Sementara itu, Aria mengacungkan tangannya sembari meloncat-loncat kecil. Anak laki-laki itu tersenyum riang, sebelum melontarkan maksud dan tujuannya. "Aria juga mau! Aria juga mau ucapin selamat ulang tahun ke Kak Ge! Sel—"

"Eh, udah dulu ucapannya. Ini lilinnya kapan mau ditiup. Keburu mati nanti apinya," seru Naura heboh sembari menjaga keutuhan api yang nyaris mati karena tertiup angin.

"Eh, iya, gara-gara ngasi ucapan selamat ulang tahun, kamu sampai lupa tiup lilin. Kasihan Naura megang kuenya," kata Haikal menatap Naura iba.

Baik Haikal dan Sintia yang tadi mengelilingi Geisha, memberikan jalan bagi Naura untuk mendekati Geisha.

"Happy birthday teman kuliah aku yang paling receh! Sebelum tiup lilin, make a wish dulu, yaa," pesan Naura.

Geisha mengangguk, lantas mulai memejamkan mata. Merapalkan beberapa baris kalimat sebagai permohonan di ulang tahunnya yang ke 19 ini.

Dan, salah satu permohonan yang tidak pernah luput dari daftar permintaannya adalah ....

'Semoga suatu saat nanti, aku bisa mewujudkan semua mimpi yang sempat terkubur, bisa menginjakkan kaki ke Korea dan buat mama percaya, bahwa enggak ada mimpi yang sia-sia di dunia ini.'

***

1.009 words
©vallenciazhng_

15 Agustus 2022

Re-publish : 18 Desember 2022

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now