Lintas Impian - 39

7 3 0
                                    

Setelah mengakhiri semua kalimat permohonannya dengan kata 'Amin', Geisha kemudian membuka mata, melihat ke sekelilingnya, sebelum meniup lilin-lilin yang terpasang di atas bantalan kue itu hingga apinya padam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mengakhiri semua kalimat permohonannya dengan kata 'Amin', Geisha kemudian membuka mata, melihat ke sekelilingnya, sebelum meniup lilin-lilin yang terpasang di atas bantalan kue itu hingga apinya padam.

Yeayy!” sorak Naura paling kencang. “Selamat ulang tahun teman aku yang paling kecehhh. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan bisa mencapai semua mimpinya!”

Geisha memeluk Naura dari arah menyamping. “Makasih, Naura sayanggg.”

“Kak, udahan ucapannya. Buruan potong kue. Aria udah laper daritadi belum makan,” desak Aria melayangkan protes. Tidak lupa, anak laki-laki itu mengelus perutnya dari luar baju, membuat Geisha menatapnya kasihan.

“Kasihan banget kamu, Ar,” ledek Geisha gemas. “Ayo, sekarang kita potong kue!”

“Bentar, Mama ambilin pisaunya dulu.”

Setelah pisau pemotong kue sudah di tangan Geisha, mereka lalu secara bersama-sama—dimulai dari Morena—menyenandungkan lagu.

“Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga, sekarang juga, sekarang ... juga.”

Dalam sekali penekanan, kue tersebut berhasil dipotong. Geisha kembali memotong bagian sebelahnya, lalu memindahkan potongan kue itu ke piring ulang tahun yang terbuat dari kertas berminyak itu.

Yeayy! Ayo, first cake-nya untuk siapa?” seru Naura heboh dan bertepuktangan.

Geisha sendiri bingung. Sebenarnya siapa yang sedang berulang tahun di sini? Dirinya atau Naura? Kenapa Naura yang begitu antusias dan heboh?

“Kue pertama untuk ...,” Geisha mengangkat piring itu tinggi-tinggi, memainkannya sejenak di udara, kemudian melanjutkan kalimatnya, “Papa dan Mama tersayang!”

“Aaaa, romantis banget Geisha,” ujar Naura geregetan ketika melihat Geisha yang tengah menyuapi kedua orangtuanya itu. “Jadi pengen juga disuapin sama Geisha.”

Sementara itu, Morena hanya tersenyum. Meski dia tidak seribut Naura, namun di dalam hatinya, gadis itu bahagia melihat Geisha yang juga tengah berbahagia saat ini. Terlebih, saat Geisha menyuapi kedua orangtuanya. Ada perasaan hangat yang menjalar di hati Morena ketika melihat interaksi antara orangtua dan anak itu.

Mungkin, jika mamanya masih hidup sekarang, Morena bisa merasakan kesempurnaan yang dirasakan oleh Geisha. Memiliki keluarga yang utuh, ada papa, mama, dan juga dirinya.

“Mo, kenapa melamun?”

Pertanyaan Geisha sedikit membuat Morena tersentak. “Eh, iya, Ge?”

“Habis ngelamunin apa hayo? Hati-hati kerasukan.”

Morena menggeleng perlahan dan menyunggingkan senyum. “Enggak ada apa-apa, kok.”

Geisha manggut-manggut saja, mengambil sebuah piring, memindahkan potongan kue, dan menyerahkan piringan kue itu kepada Morena. Hanya sepotong kue brownies yang telah bersih dari balutan butter cream di sekitarnya.

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now