Lintas Impian - 42

10 3 0
                                    

Selain saat mendapat rangkaian kalimat manis untuk pertambahan usianya, Geisha juga suka momen ketika dia menggoyangkan kotak kado pemberian orang-orang seraya mencoba menebak apa isi hadiah yang akan diterimanya tahun ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selain saat mendapat rangkaian kalimat manis untuk pertambahan usianya, Geisha juga suka momen ketika dia menggoyangkan kotak kado pemberian orang-orang seraya mencoba menebak apa isi hadiah yang akan diterimanya tahun ini.

“Ini pasti kado dari mama,” ujar Geisha dengan begitu percaya diri. Bukannya sembarang menerka, dia bahkan sangat percaya bahwa tebakannya itu tidak akan meleset. Sebab, masalahnya adalah Geisha sudah hafal dengan bungkus kado yang dipakai oleh Sintia.

Berwarna biru dengan motif abstrak. Selalu sama sejak beberapa tahun terakhir. Mengingat Sintia yang membeli kertas kado itu sebanyak 1 pak. Katanya, lebih murah dan tidak perlu repot-repot membeli ketika dibutuhkan. Maka dari itu, Sintia sengaja membeli kertas yang netral agar bisa dipakai untuk kado anak laki-laki maupun perempuan.

Sebenarnya, tidak salah jika menerapkan konsep berhemat seperti itu, akan tetapi, Sintia terlalu berhemat, dan itu tidak baik juga. Seperti sekarang, Geisha akan dengan mudah menemukan identitas pemberi kado tersebut.

“Dan, pasti kadonya kalau enggak handuk, ya, piama tidur,” tebak Geisha lagi.

Setelah bungkus kado yang sama dari sekian tahun, maka isi di dalamnya juga selalu begitu. Tak jauh dari kata handuk atau piama tidur. Mungkin, jika dikumpulkan sedari kecil, handuk atau piama tidur milik Geisha sudah bisa dijual. Terkadang, Geisha suka berpikir, apa tidak ada jenis hadiah lain yang bisa dia terima? Benar-benar tidak kreatif. Lebih baik, Sintia memberinya uang tunai seperti Haikal agar dia dapat membeli barang yang dia inginkan.

“Papa udah transfer satu juta sebagai hadiah ulang tahun kamu. Beli barang kamu yang kamu suka, ya, Sayang.”

Mungkin, itu adalah kalimat terindah yang Geisha dengar sepanjang hari ini. Lagi pula, siapa juga yang tidak senang mendengar kata "transfer"? Siapa pun suka mendengarnya, termasuk Geisha.

Walau begitu, dia tetap bersyukur dan berterimakasih pada Sintia yang sudah dengan susah payah mencarikan kado agar motifnya tidak sama dengan kado tahun sebelumnya.

Karena, sudah dapat ditebak luar hingga dalamnya, Geisha menjauhkan kado itu dari daftar kado yang harus dia buka pertama. Geisha beralih ke sebelah, ada sebuah kantong plastik berwarna hitam. Yang satu ini, Geisha juga sudah bisa menebak.

Siapa lagi pemberinya jika bukan Aria, adiknya tersayang? Aria yang tidak bisa membungkus kado dan Sintia yang malas membungkuskan kado itu untuk Aria, membuat adiknya itu langsung memberikan kado dengan kantong plastik. Tapi, tidak apa. Apa pun bungkusnya, Geisha terima. Lagi pula, semua kertas pembungkus itu juga akan dia sobek. Setidaknya, Aria lebih kreatif dalam memilih hadiah.

Geisha meraih tiga kotak yang tersisa. Salah satunya adalah dari Jo. Entah kenapa, dibandingkan dua kado pemberian Morena dan Naura, Geisha lebih tertarik untuk membuka kado dari Jo terlebih dahulu. Maka dari itu, Geisha meletakkan dua kotak lainnya ke atas meja, menyisakan kotak dengan balutan kertas berwarna cokelat di tangannya.

Geisha mengangkat kotak itu setinggi wajah, menggoyangkan kotak tersebut, seraya mencoba menerka isi di dalamnya.

“Padat banget. Mana agak berat lagi. Isinya apa, ya?” gumam gadis itu.

Geisha mengambil cutter di laci, dan secara perlahan menyobek kertas kado itu, lalu membelah potongan lakban bening yang menempel di bagian atas kotak.

“Loh, ada kotak lagi? Jo enggak berniat ngerjain aku, kan?” Geisha berujar dengan curiga. Khawatir bila sehabis ini akan ada kotak lain, dan terus begitu, hingga ukuran kotak terkecil.

Dengan cara yang serupa, Geisha membuka kotak kedua. Gadis itu menghela napas, ternyata hanya ada dua lapis kotak yang membungkus hadiah tersebut.

“Buku apa ini?” Geisha mengeluarkan 2 buku dari dalam kotak, lantas membaca judul buku itu satu per satu.

“Panduan Terlengkap Belajar Bahasa Korea?”

Beralih pada buku selanjutnya. “Swiun Hangugeo, Bahasa Korea itu Mudah?”

Secara perlahan, lengkungan di wajah Geisha mulai tampak. Buku ini ... ah, entahlah, apa gadis itu harus bahagia mendapat buku itu atau malah merasa tidak enak karena harganya yang tentu mahal.

“Jo ngasi aku buku untuk belajar bahasa Korea? Mana dua buku lagi. Pasti ini mahal banget,” gumam Geisha.

Jemarinya mengelus permukaan buku itu. Beberapa waktu terakhir, dia memang kepikiran ingin membeli buku untuk menunjang niatnya untuk belajar bahasa. Namun, belum kesampaian hingga saat ini. Karena, setiap kali Geisha hendak pergi membeli, dia selalu kelupaan untuk mampir ke toko buku. Atau, jika dia ingat untuk singgah, dia kelupaan membawa uang.

Dan, lihatlah sekarang. Buku itu sudah ada di depan mata, bahkan di dalam pelukannya. Geisha memuaskan matanya untuk menatap dua buku itu hingga hatinya menjadi berbunga.

Setelah puas memandangi dua cover buku, Geisha hendak menaruh buku itu kembali ke kotaknya. Akan tetapi, matanya tak sengaja menangkap sebuah kertas di dalam sana.

“Ini kertas apa?”

Geisha kemudian membuka lipatan kertas itu dan mulai membaca kata-kata yang tersusun dengan rapi di sana.

Tulisan ini ditujukan untuk seseorang yang tengah berulang tahun hari ini.

Selamat ulang tahun, Geisha. Mungkin, saya terhitung masih baru untuk mengenal kamu, tapi saya ingin bilang, saya benar-benar kagum pada kamu. Bukan tentang segala sesuatu yang bernilai, ini tentang mimpi-mimpi hebat yang berani kamu lambungkan.

Kamu tahu? Nyatanya, saya tidak sehebat yang pernah saya ceritakan. Saya juga sama seperti kamu, pernah merasa bahwa saya tidak pantas untuk meraih mimpi saya. Tapi, karena kalimat dari guru saya, saya dibuat sadar bahwa mimpi akan selamanya tetap menjadi mimpi, jika kita tidak berusaha untuk menggapainya. Beliau juga yang memberikan saya kalimat yang kamu sebut kalimat ajaib itu.

Sekarang, setelah saya berhasil menjadikan kalimat itu hidup, saya ingin membagikan kalimat-kalimat ajaib itu kepada orang lain yang juga ada di posisi saya. Dan, mungkin orang itu kamu. Barangkali, kalimat-kalimat yang saya berikan tidak ada apa-apanya, tapi percaya sama saya, kalimat itu akan menjadi hidup kalau kamu memberikannya nyawa.

Sudah cukup isi surat ini, karena saya sebenarnya bukan orang yang suka menulis seperti ini. Semoga kamu suka dengan isi kadonya. Buku itu akan sekadar menjadi sebuah buku, kalau kamu tidak mempelajarinya. Maka dari itu, saya harap, kamu bisa membuatnya berguna.

Semangat mengejar mimpi, Manusia Hebat.

Geisha melipat kembali kertas itu seperti semula, dan menggenggamnya erat. Geisha bukan tipe orang yang mudah tersentuh dengan suatu tulisan. Tapi, untuk tulisan Jo, itu adalah suatu pengecualian.

Gadis itu benar-benar tersentuh dan nyaris menangis dibuatnya. Mungkin, itu hanya sebuah tulisan mati yang tak bernyawa, tapi seperti yang Jo katakan. Tulisan itu akan akan hidup jika Geisha memberinya nyawa.

***

1.015 words
©vallenciazhng_

7 September 2022
R

e-publish : 20 Desember 2022

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now