Sedikit Extra Part

13 3 0
                                    

“Jo, ini kita serius bakal ke Korea?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Jo, ini kita serius bakal ke Korea?”

Untuk yang kesekian kalinya dalam sebulan, pertanyaan tersebut terlontar dari mulut Geisha. Beruntung, Jo yang mendengarnya tidak mengamuk dan membatalkan keberangkatan mereka esok hari.

Jo melangkah menghampiri Geisha, lantas mengacak rambut gadisnya dengan gemas. “Iya, Geisha. Kita jadi ke Korea besok,” jawab Jo dengan penuh kesabaran.

Jo paham. Gadis itu tentu masih tidak menyangka bila impiannya akan menjadi kenyataan dalam sekejap. Maka dari itu, Jo berusaha untuk memaklumi pertanyaan-pertanyaan berulang yang selalu disampaikan oleh Geisha.

Geisha menjauhkan tangan Jo yang mengacak rambutnya dari puncak kepala, lantas mendongak guna melihat Jo dari jarak yang cukup dekat. “Jawabnya jawab aja, enggak perlu ngacak rambut aku juga, dong,” ujar Geisha kesal.

Lebih tepatnya, Geisha akan selalu merasa salah tingkat ketika Jo mengacak rambutnya.

'Yang diacak rambut, yang berantakan hati. Parah.' Gadis itu membatin.

“Habisnya, kamu sudah menanyakan hal tersebut sebanyak seratus dua puluh kali, Geisha. Apa sebegitu tidak percayanya kamu dengan saya?”

“Bukan gitu, Jo. Ya, aku cuma enggak nyangka aja. Impian yang aku pikir udah enggak akan pernah aku capai, malah akan terjadi besok,” cicit Geisha.

Jo tersenyum kecil, lantas merengkuh tubuh Geisha ke dalam pelukan. “Jadi, harusnya kamu berterima kasih terhadap saya, Geisha.“

Buru-buru Geisha melepas pelukannya terhadap Jo, menatap lelaki itu tajam. “Haus banget sama ucapan terima kasih? Kamu enggak ikhlas, ya?” tuding Geisha terus terang.

Mendengar itu, Jo tertawa kecil. “Saya hanya bercanda, Geisha. Sini, peluk lagi.”

Geisha lantas menghambur masuk ke dalam pelukan Jo kembali. “Makasih banyak, Jo. Aku sayang banget sama kamu.”

“Apa tadi? Saya enggak dengar,” ujar Jo sengaja mengacau Geisha.

“Enggak ada pengulangan!” tukas Geisha.

“Saya juga sayang sama kamu, Geisha,” bisik Jo di telinga Geisha. Membuat tubuh gadis itu meremang.

Geisha mendongakkan kepala. “Sayang aja? Enggak ada 'banget'nya?”

“Ada.”

“Masa? Coba ulangi!”

“Saya sayang banget sama kamu, Gei—“

“GEISHA, YUHU! WE'RE COMING!"

Refleks, Geisha melepas pelukan dan mendorong tubuh Jo agar menjauh darinya.

“Wah, kalian habis ngapain?” tanya Naura yang berdiri di ambang pintu. Di sebelahnya, ada Morena yang berdiri dengan kalem.

“Siapa yang ngapa-ngapain?” Geisha membeo dengan polos.

“Hmm.“ Naura memicingkan mata, melirik bergantian kepada Geisha dan Jo. “Mencurigakan.”

Sementara itu, Geisha memutar bola matanya. “Apanya yang mencurigakan, sih? Kalian yang mencurigakan. Tumbenan ke sini hari ini.”

“Memangnya, enggak boleh?“ Morena bersuara.

“Ya, boleh, sih. Cuma aku mencium bau-bau yang buat hati enggak tenang,” jawab Geisha.

Naura bergegas mendekati Geisha, lalu mengapit lengan Geisha. “Ah, enggak, kok, Geisha. Tenang aja. Kami enggak aneh-aneh. Cuma sekali aneh aja.”

“Kalian mau minta apa?“ tanya Geisha to the point. Sebab, gadis itu tahu, tentu kedatangan Naura dan Morena kemari hari ini adalah disengaja. Tak lain dan tak bukan ialah untuk mengingatkan perihal oleh-oleh nantinya.

Naura tidak menjawab, memilih mengeluarkan sebuah benda dari dalam tasnya.

Melihat itu, Geisha mengernyit. “Kantong plastik untuk apa, Nau?”

“Buat jaga-jaga kalau oleh-oleh yang kamu beli terlalu banyak. Aku tahu, kamu pasti enggak tega cuma beli sedikit untuk kami. Iya, nggak, Mo?” Naura menaik-turunkan alisnya kepada Morena.

Sementara, Morena mengangkat kedua tangan. “Yang ini, aku enggak ikut campur, Ge.”

Geisha geleng-geleng kepala. Berkacak pinggang terhadap Naura yang kini menampilkan wajah cengengesan. Kenapa dia harus mempunyai teman seperti spesies Naura?

“Geisha, saya ke sana dulu. Mau ngecek barang bawaan kembali, ya.”

Geisha bahkan baru ingat bila masih ada Jo di sekitarnya yang menyaksikan kerecehan dari teman-temannya.

“Iya, Jo.”

Sepeninggal Jo, Geisha menarik Morena dan Naura untuk duduk di sofa ruang tamu.

“Jadi, tujuan kedatangan kalian cuma untuk kasi kantong plastik ini? Enggak ada niatan bawain apa gitu?” Geisha membeo.

Dengan polosnya, Naura menggeleng. “Yang harusnya bawa barang, kan, kamu.”

Geisha menepuk keningnya. “Dosa apa hamba-Mu ini, ya, Tuhan!”

“Udah-udah. Jangan dilanjutin lagi bercandanya, Nau. Kasihan, Geisha. Belum pergi ke Korea, nanti stres duluan,” kata Morena menengahi.

“Nah, ini dia yang gue cari, Bray!” ujar Geisha meniru sound yang viral di TikTok.

“Kami datang ke sini untuk bantu kamu beres-beres, Ge. Tapi, kayaknya udah beres semua barang kamu, ya?“ tanya Morena yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Geisha.

“Udah, tadi dibantu Mama, Papa, sama Jo.”

“Loh, Tante sama Om ke mana? Sama Aria juga. Enggak nampak?” sela Naura.

“Mereka lagi keluar. Mau beli barang katanya.”

“Ohhhh, gituuu.”

“Ge,“ panggil Morena. Gadis itu lantas menyunggingkan senyum. “Impian kamu sebentar lagi bakal jadi kenyataan, ya? Selamat, ya, Ge. Aku sebagai sahabat kamu ikut senang.”

“Aku juga, Geisha!” seru Naura segera. “Aku masih ingat, dulu kamu dengan pasrahnya cerita kalau impian kamu enggak akan jadi kenyataan. Eh, besok tahu-tahu udah mau pergi aja ke Korea. Aku doain, besok perjalanan kamu bakal lancar jaya. Kalau bisa, ketemu sama Ahjussi juga! Nanti aku titip minta tandatangan sama Ahjussi, ya!”

Geisha tidak bisa menahan haru ketika mendengar kata-kata dari Morena dan Naura. Jangankan mereka berdua, Geisha sendiri saja masih tidak percaya akan semua ini.

Dan, semua ini berkat Jo. Seandainya Geisha tidak bertemu dengan Jo waktu itu, barangkali Geisha tidak akan berada di titik ini sekarang.

Geisha melirik kepada Jo yang tengah membereskan barang di dalam kopernya, lalu tersenyum kecil.

Sekarang, Geisha paham. Jika kita hendak mencapai impian, maka kita harus rela mengorbankan sesuatu untuk menggapainya.

Anggap saja, barter. Kita menukar apa yang kita punya untuk menggapai impian itu.

Sama seperti Geisha yang melakukan barter waktu untuk berkuliah, dan sekarang ... impiannya pergi ke Korea ada di depan mata.

TAMAT

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now