[12] Sang Elang

42 20 35
                                    

"Mbeee?!"
(Siapa kamu?!)









***
Jailani linglung. Kepalanya pusing karena tiba-tiba saja ia jatuh ke tanah. Didepannya sekarang ada seekor domba, seekor kucing oren, dua ekor ayam jantan & betina.

Juga, ia sedang tidak berada di lapangan tadi.

Tapi didepan rumah joglo.

Tombaknya!

Ia menengok ke tubuhnya. Dimana tiba-tiba penuh dengan bulu berwarna coklat kegelapan. Sepasang kaki yang kuat, dan berkuku tajam. Paruh yang melengkung.

"Yak!"
(Elang!)

ps. Maapkeun, aing gatau suara Elang kayak gimana 🙏🏻

"Lo siapa sih?" seekor kucing tadi mengajaknya berbicara. Walaupun ketus sih.

"G-gatau, perasaan tadi masih wilayah kerajaan."

Jailani membawa rileks dirinya agar pikirannya tenang. Mendengar kata Kerajaan, membuat domba dihadapannya menjadi antusias.

"Lo beneran dari Kerajaan?"

Jailani mengepakkan sekali sayapnya sebagai jawaban. "Kok bisa kesini?"

"Sebenarnya gue ini manusia awalnya. Disuruh Raja buat nyari Pangeran Jaka. Tapi malah dikutuk juga sama kakek penjual keong," jawabnya.

"Kok lo tau muka si kakek itu? Lo pengawal pribadi pangeran ya?"

"Iya. Kok lo tau?"

Tiba-tiba domba itu memeluknya. Jailani berontak untuk melepaskan diri agar dirinya tidak jadi Elang Penyet. "C-cuk! Lepasin, sesek!"

"YAAMPUN JAILANI! EMANG SETIA BANGET LO SAMA GUE!"

"Duh, lo siapa sih?"

Domba itu melepaskan pelukan. "Gue, orang yang lo cari. Tuan lo, Pangeran Jaka ter imoed!"

"Hah?! Serius? Ah, yang bener?~"

Plak

Domba itu– Jaka, menampol nya dengan kaki dombanya. Yang membuat Jailani terpelanting. Untuk dia Elang yang baik hati dan penyabar, coba kalau gak?

Udah ngamuk dia ☺

"Yang sopan lo ama majikan!"

"Ampun suhu."

Sehabis itu hening. Yap, mereka adalah Jaka, Muster, Jalu & Piti. Jailani beneran dikutuk jadi Elang. Bener-bener pahit lidah dah tuh orang

Andai gue ketemu kakek itu, minta dikutuk jadi istrinya Beomgyu ☺🙏🏻

"Eh iya. Ini gimana cara gue ke pasar?" Jaka teringat tujuan mereka berkumpul hari ini. Tadi sebelum kesini mereka sempat kontekan lewat telepati.

"Itu sayapnya ada gunanya gak sih?"

Pertanyaan alias sindiran Piti membuat mereka menoleh. Benar juga, sayap Elang kuat kan?

"Jailani. Kapan istana mulai sepi?"










***

"Dih tai. Jadi suruhan mulu hidup gue," keluh Jailani.

Dia kini ditugaskan untuk memberi tahu Pangeran Yahya guna mengambil baju ganti. Pukul 8 malam, lewat telepati, Jailani sudah bersiap untuk terbang menuju wilayah kerajaan.

Dia sudah makan, minum, dan istirahat yang cukup supaya cepat sampai ke istana.

"Udah siap?" - Jaka

"Sip, tenang. Udah semua."

"Makan apa lo tadi? Bukan anak ayam kan?" - Piti

"Aman bestie, cuma anak itik kok."

"DIH, ANAKNYA GEBETAN GUE!" - Jalu

"Play ayam antar unggas lo!"

"Udah sono berangkat. Ingat, jangan kasih tau dimana gue sekarang!"

Jailani mulai mengepakkan sayapnya.

Jadi begini rencananya, kira-kira sekitar 1 jam untuk terbang dari Desa Air untuk pergi ke wilayah kerajaan. Pukul 9 malam, istana mulai sepi. Dan jam-jam seperti itu Pangeran Yahya mudah untuk ditemui karena dia sedang istirahat sebelum tidur.

Jadi nanti Jailani akan menyelinap ke kamarnya, dan berubah wujud. Untuk Jailani, dia bisa berubah wujud hanya saat malam.

Dia akan berubah wujud, dan mengajak pangeran berbicara. Lalu mengambil baju ganti untuk dirinya, serta pangeran.

Tak terasa, akhirnya lampu-lampu khas kerajaan mulai terlihat oleh mata tajamnya. Kamarnya mulai dekat, dan, hap.

Dia berhasil masuk!

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now