[45] 00

13 5 8
                                    

.

.

.

"Ketemu, dia yang kita cari."

----------------


Waduh, Jaka langsung kabur begitu saja. Hawanya saja sudah mengerikan melihat para pemuda itu. Tapi, mukanya rada-rada ada yang pernah Jaka liat gitu.

"Mas Nunu! Toilet mana?"

"Sebelum tangga ke lantai 2, itu disana."

"Makasih!" ucap Jaka langsung ngacir.

"Eh iya Mas Nunu, kalo ada yang nyariin saya, jangan bilang kalo saya lagi ditoilet!"

"Hm.."

Jaka merasa menjadi buron untuk saat ini. Begitu melihat simbol toilet untuk pria, cowok itu langsung masuk.

Sialnya disini hanya ada satu toilet.














"Sial, dia kabur!" kata orang yang menunjuk tadi sambil mengernyit, malas dia kalo sudah berurusan dengan lari-larian.

"Salah lo sendiri, pake nunjuk segala. Takutlah bocahnya!"

"Ya tinggal kejar atuh, kayak kembaran lo aja, males lari."

"Hhhh, iye iye!"

Skkrrrt-

"Halo, Ya?"

Pemuda yang menunjuk Jaka tadi-yang dipanggil 'Sahya' menjawab panggilan dari airpods nya.

"Bocahnya kabur ke-"

"Eh bentar, Ya! Gue tiba-tiba kebelet!" Tangannya segera melepaskan airpods dan gantian memasangkan dengan asal-asalan ke telinga temannya.

"Susulin Sahya, dia harus ke toilet dekat tangga. Disana orang yang kita cari."

"Oke! Makasih infonya, Surya!"




Jaka mengambil napas banyak-banyak begitu telah mengunci pintu. Jantungnya terasa dagdigdurser setelah lari-lari. Aduh, Jaka jadi mau pipis beneran kan.

Tok! Tok! Tok!

Tiga menit sudah Jaka istirahat dan membasuh muka.

"Permisi, masih lama gak?" tanya seseorang dari luar.

"Oh iya, ini mau keluar."

Dengan santainya Jaka membuka kunci pintu dan keluar.

Hap!

Kedua lengannya masing-masing dicekal oleh sepasang tangan milik dua orang. Dan orang yang mengetuk pintu tadi langsung masuk ke dalam.

"Thanks Sahya. Kali ini lo kebelet diwaktu yang tepat. Lexy, bawa bareng nih bocah ke pos satpam. Hubungi yang lain kalo bocahnya udah sama kita."

"Lah itukan tugasnya Surya, Han."

"Lupa gue anjirr. Eh, Ya! Kita tinggal yak! Ntar lo ke satpam sendiri aja ya! Mandiri, udah gede harus berani! Bye!"

"Sialan lo Hanief Aldyansyah!" teriak Sahya dari dalam.



"Ampun Bang! Jaka gaada maksud untuk nyari masalah sama abang-abang sekalian!" mohon Jaka sambil meronta untuk dilepaskan.

Rasanya menakutkan saat dibawa oleh seorang pemuda yang otot lengannya kekar. Juga satunya lagi tidak terlalu mengerikan sih, hanya saja ketika Jaka ingin kabur barang selangkah saja, matanya udah melotot sampai seperti mau keluar dari tempatnya. Apalagi suara cemprengnya, aduh membuat pusing kepala.

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now