[17] Sean

43 15 10
                                    

Halo












Uwon hari ini lemes, pake banget.

Woi ya jelas.
Kan dia gajadi manusia hari ini. Penuturan kakek Suman kemarin bikin dia down banget.

Kayak lo tuh udah siap ngungkapin perasaan ke crush besok, eh tapi ternyata besoknya denger kalo crush lo baru aja jadian.

Potek

Seperti sekarang, biasanya dia sangat antusias ketika Kirana nata rumput. Tapi hari ini gak, tentu saja Kirana jadi bingung dong.

"Ini domba gue lagi galau ya? Dih, galau kok barengan sama authornya."

"Uwon... Tumben lemes?" tanya Kirana.

Uwon menoleh sekilas karena dipanggil, lalu menyahut, "mbe."

Kirana be like : 😐

No comment.

Sangat singkat, padat, dan jelas.

Karena mendapat respon seperti itu membuatnya tidak jadi mengajak dombanya ngobrol. Setelah rumput tertata, dia mengusap kepala dombanya lalu pergi untuk siap-siap kuliah.

***









Kirana hari ini tampak memikirkan sesuatu. Itu yang disimpulkan oleh Sean saat ini.

Sedaritadi, dia hanya diam, tapi tangannya mengaduk minuman.

Sean menjentikkan jarinya didepan wajah bestie nya itu.

"Woy! Ngalamun bae, mikirin apa sih? Kayak berat banget..."

"Hmm, domba gue lagi galau."

"Baru tau gue kalo lo punya domba. Emang pendiem kali dombanya," kata Sean.

"Ih engga tau. Biasanya tuh tingkahnya kiyowo, gemesin. Ini kok kayak lagi diputusin pacar. Kan anehh.."

"Masa sih? Eh gue boleh liat domba lo gak?"

Kirana menyedot minumannya. "Boleh. Kita nanti jam pulangnya sama kan?"

Sean mengangguk. "Abis pulang nanti ya."

"Ok."







***

"Assalamu'alaikum! Kirana pulang!"

Pandangan Pak Ayyub langsung tertuju pada pemuda disamping putrinya begitu dia sampai di ruang tamu. Kebiasaan barunya semenjak cerai, lebih memperhatikan putri sulungnya.

Kirana langsung menyalimi bapaknya.

"Ini siapa?" tanya Pak Ayyub. Tangannya sambil menunjuk.

"Oh, ini kenalin. Temennya Kirana, Sean Wicaksono."

Kirana menyenggol sedikit sikut temannya itu sebagai kode. Sean pun meresponnya dengan langsung salim.

"Sean, Om," ucapnya sambil senyum.

"Oh yaudah. Lungguh¹ dulu yo..."

Pak Ayyub kembali lagi ke dalam.

"Kirain lo yang pindah, Ran," kata Sean saat dia duduk di sofa.

Kirana yang baru saja duduk melepas tasnya, tersenyum kecil. "Gue juga punya hak atas rumah ini. Lagipula Mama kan pengen rumah yang gede, bukan yang kecil gini."

"Eh jadi beneran lo punya domba? Mana?"

"Eh iya. Mau liat sekarang?"

Sean ngangguk.

"Yaudah, gue ambil dulu ya. Dikandang belakang, tempatnya banyak tai ayam. Gue ambilin aja, kecil kok."

Kirana meninggalkan Sean begitu selesai bicara. Tak lama kemudian dia datang sambil membawa Uwon. Menggendongnya dengan gemas layaknya anak kucing.

"Nih, namanya Uwon. Uwon, kenalan sama Sean." Uwon dipindahkan ke gendongannya Sean.

Sean menerimanya dengan hati-hati karena sebenarnya Uwon lagi tidur. Jujur dia grogi karena pertama kali nyentuh & megang domba.

"Ini gapapa gue gendong? Gak bakalan kencing kan?"

"Hahaha, kayak gendong bayi aja, takut di kencingin. Gak kok, Uwon kalo mau pipis tau-tau tempat."

Elusan dikepalanya membuat Uwon terbangun. Dia langsung turun begitu merasa asing dengan bau orang baru. Domba kecil itu langsung lompat ke pangkuan Kirana.

"Loh, udah bangun, Uwon? Kenalan gih, sama bestai Kirana. Namanya Sean Wicaksono."

"Mbee?"
Sean?










***
Kamus Jawa
Lungguh = duduk

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now