[51] Pernyataan

15 5 4
                                    

.

.

.

“Aku mencintaimu.”

———————————————




"Jaka?"

"Sssttt! Diam aja, ini kita lagi jatuh!"

"Hah? Aduh, mau pingsan ajalah gue..."

Dasar, dua sejoli ini apakah tidak bisa serius sebentar?

Dibawah sana, Jina dan ciwi-ciwi yang lain sudah membawa kasur angin seperti yang diminta. Para cowok berusaha sekuat mungkin untuk meletakkan kasur yang pas sekiranya untuk mereka berdua mendarat (re: jatuh). Satu orang memompa tapi ditarik-tarik kesana-kemari.

Sedangkan Jaka yang melihat jarak aspal yang semakin dekat, dia langsung melepas pelukannya dan mendorong Kirana ke kanan dimana kasur itu tepat dibawah Kirana sekarang.

Kirana betulan pingsan, dia jatuh dengan aman. Sedangkan Jaka, tubuhnya langsung menghantam aspal dengan keras. Untung saja Jaka sempat melakukan jatuh ala taekwondo. Kepalanya tidak langsung terkena aspal. Meski begitu, dia langsung pingsan karena kesakitan dan kelelahan akibat bertarung dengan Po dan Pi tadi.

***





Kirana membuka matanya perlahan. Hidungnya mencium bau yang baru bulan kemarin dia cium.

Wah, sudah kali ketiga ini Kirana sakit. Dan sudah dua kali dia ke rumah sakit.

Kepalanya dia tolehkan ke kanan dengan susah payah. Sebuah tirai yang menjadi pembatas ranjang sebelah. Bisa dia lihat ada jaketnya Riki yang terletak diatas kursi.

Kerongkongannya sakit.

"A-air...."

Sean yang baru saja masuk langsung buru-buru mendekati ranjang Kirana dan menyodorkan segelas air yang baru tadi dia ambil.

Tangan kanannya membantu Kirana untuk duduk. "Minum pelan-pelan."

Sean meletakkan gelas yang isinya tinggal setengah ke atas nakas. Kirana kembali ke posisi tiduran. "Itu disana Jaka?" tanya Kirana.

Sean mengambil kursi dan duduk disamping Kirana. "Iya. Tenang, ada Riki yang jagain Juan."

"Kata dokter, sore nanti kamu udah boleh pulang. Tapi, harus tetap istirahat. Supaya besok bisa kuliah lagi."

Kirana mengangguk lemah. "Tapi Jaka?"

"Maaf, dokter gak ngasih tau. Tapi Riki mungkin yang dikasih tau. Sementara itu, barang-barang yang kamu bawa pas jalan-jalan tadi udah ku siapin. Tadi dibawa sama Kak Jina. Nanti aku yang anterin kamu pulang."

***








"Gimana keadaan pangeran manja itu?"

"Beres Tuan. Dia sudah jatuh dengan keras. Pasti kepalanya bocor."

"Bagus. Dengan itu, dia pasti kapok dengan perbuatannya. Kalau perlu sih, kita bisa bunuh dia pas lagi gaada yang jaga."

"Beres Tuan!"

***








Kehidupan Kirana mulai berjalan kembali. Pagi; bangun, sholat, mandi, sarapan, kuliah. Siang; pulang kuliah, makan, sholat, fangirling. Sore; mandi, cuci piring, nyapu, masak. Malam; sholat, ngaji, makan, sholat isya, belajar, nonton drakor, tidur.

Selama tiga hari kiranya. Dan gadis itu bosan. Biasanya disaat kegiatan khusyuk ngedrakor, ada Jaka yang iseng tiba-tiba muncul ngerecokin dia. Atau, saat siang-siang, datang-datang sambil bawa boba.

Siang-siang gini dia jadi gak mood untuk makan. Huh, tidak bisa seperti ini. Sepertinya dia tau apa yang tengah melanda hatinya saat ini.

Dia kangen dengan domba imut yang dia beli dipasar hewan sebagai hadiah dari bapaknya. Domba ajaib yang biasa ngerecokin dia, tapi bikin harinya jadi rame.

Dan dia berencana untuk ke rumah sakit, sore nanti.



















***

Ya, kita do'akan saja semoga Kirana masih bisa ketemu Jaka. Umur manusia kaga ada yang tau, ya kan?

Seperti biasa, jaga kesehatan dan bahagia selalu ya!

Dadah!

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now