[15]'Tipu-tipu?

39 17 37
                                    

Hiruk-pikuk pasar gak membuat Jaka menyerah begitu saja. Dari mulai berangkat ke pasar, dia sudah bertekad buat menolong siapa saja yang membutuhkan.

Seperti sekarang, dia sedang menjaga becak lantaran pemiliknya sedang buang air kecil sebentar.

Tak lama kemudian, si bapak yang punya becak pun kembali. "Nak, makasih ya sudah menjaga becak saya."

"Ah iya Pak, sama-sama. Kalo gitu saya permisi dulu ya pak..."

"Iya, hati-hati..."

***





"Tumbenan si Uwon tiduran aja. Biasanya suka jungkir balik tuh domba. Yaudahlah biarin, mumpung gak banyak tingkah.

PAK! KIRANA BERANGKAT DULU YA!"

"IYA!"

"ASSALAMU'ALAIKUM!"

"WAALAIKUMSALAM!"




***

Jaka mengelap keringatnya dengan lengan hoodie nya.

Hari ini sungguh melelahkan.

Tak lama ada seseorang yang duduk di sampingnya. Jaka memegang erat tangan orang itu.

"Cepet lepasin kutukan saya!" pintanya.

Ya betul! Orang yang tangannya lagi dia pegang saat ini adalah si kakek penjual keong. Tapi si kakek biasa aja mukanya, walaupun dalam hati sebenarnya kaget banget sampe pengen latah. Soalnya penampilan Jaka udah kayak penculik anak.

"Tenang saja, kutukan itu akan hilang jika Anda menyesali perbuatan Anda, serta meminta maaf dengan tulus pada saya."

"Baik, saya menyesal. Dan mohon maafkan saya!" Jaka berlutut dihadapan si kakek membuat kakek itu gak nyaman. Takut kualat dia.

"Ya, sudah saya maafkan. Mohon jangan berlutut, pangeran. Nanti malam pangeran sudah bisa kembali ke wujud aslinya." Kakek itu tersenyum. Senyumannya nular ke Jaka.

"Yaudah, kalau begitu saya pamit dulu. Permisi..."

***











Malam ini Jaka bener-bener gak sabar. Yap, malam ini kutukannya bakal hilang. Jadi, siap-siap dia harus kembali ke istana.

Untuk saat ini, dia bakalan tidur dikandang sebagai Uwon. Yang terakhir kalinya. Kemungkinan dia bakalan kangen Kirana

Gapapalah, kalo bener-bener cinta nanti. Dia mau kesini lagi, buat ngelamar, eak.

Berjam-jam dia udah nunggu, tapi kok gak ada perubahan apa-apa ya?

Akhirnya, dia menunggu sampai tertidur.

***

Pagi harinya, dimana si Jalu sudah berkokok untuk membangunkan manusya manusya yang berjiwa kebo. Ngaku kelen bangun jam berapa?

"Kukuruyuk!"
(Woy! Bangun lah wahai kebo jadi-jadian!)

Disusul oleh kokokan ayam jantan dari rumah lain membuat Jaka terbangun dari tidurnya. Tapi dia tak menyangka, tubuhnya masih saja jadi domba!

"Cih, penipuan terhadap keluarga kerajaan. Hukumannya jadi babu selama 7 tahun, 7 bulan, 7 hari, 7 jam, 7 menit, lebih 7 detik!"

Dia bener-bener marah sekarang. Bisa-bisanya rakyat biasa menipunya yang notabene nya pangeran yang paling disayang. Hmmph! Tidak akan diampuni!

"Bagaimana pangeran? Apakah sudah menjadi wujud semula?"

Tanya sebuah suara. Tapi Jaka tau, ini adalah suara si kakek itu. Sepertinya dia menggunakan kekuatan telepati. Itu artinya, dia tidak jauh dari sini.

"Penipuan ini! Mana, masih jadi domba kok! Saya salah apa?" jawab Jaka kesal.

"Hah? Kok?. Yaudah, bentar ya pangeran. Saya tanya-tanya dulu sama temen saya."

Jaka mendengus. Mau gamau dia nunggu sebentar, demi tau kenapa dia gak bisa ubah diri jadi manusia.

Tak lama kemudian, "pangeran. Barusan saya udah diskusi sama temen saya, ternyata kutukan saya emang udah ilang. Tapi, ada orang yang ngutuk kembali pangeran biar jadi domba!"

DEG!

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now