[49] To Save (1)

15 6 4
                                    

.

.

.

“Aku mencintaimu.”

———————————————

Riki berlari secepat mungkin untuk bisa meminta bantuan kepada kakak laki-lakinya yang sedang melepaskan sifat gilanya itu. "Abang Jino!"

Jino menoleh, ada apa dengan adiknya itu? Datang-datang lari-lari seperti dikejar rentenir. Ayo bilang utangmu berapa, biar Jino tumbalkan tabungan Jina buat bayarin.

Emang dasarnya kembaran laknat.

"Kenapa Ikie kok lari-lari?" tanya Jino penuh atensi. Dia sudah tidak bermain.

"Abang, Kak Kirana mau lompat dari rooftop!" jawab Riki dengan suara keras.

Jino kaget, Lexy yang kebetulan berada di dekat mereka pun kaget. "Apa? Lompat? Ada masalah apa? Seharusnya kalo Jaka yang nembak terus ditolak, yang pantes lompat itu Jaka, ngapain ceweknya?"

"Mulut lo gak pernah sekolah ya?" cibir Lexy.

"Aduh, pokoknya abang sama temen-temen harus segera ke rooftop. Ikie mau kebawah buat manggilin abang-abang yang lain, sama minta tolong Bang Surya buat sedia kasur angin!" Sehabis mengatakan itu, Riki segera berlari secepat yang dia mampu.

"Hati-hati kalo lari di tangga, dek!" Jino berpesan pada adiknya dengan berteriak.

"Ges! Ke rooftop, udahan mainnya! Mau berantem kagak lo pada?"

Jino meninggalkan mereka berlima, ini beneran Mas Nunu masih nyenyak boboknya. Kebanyakan begadang nih pasti. Lexy menghampiri kembarannya dan menyeretnya untuk segera ke rooftop. Tentu Eric memberontak, dia berteriak dan tangannya melambai, tidak mau berpisah dengan kuda mainan yang bahkan ukurannya lebih kecil dari tubuhnya.

"Aaaa tidak! Eric masih pengen main! Lexy apaan sih, lepaaaas!"

"Nanti gue beliin, kuda beneran."

"Gamau! Maunya yang itu!"

"Gue bilangin ayah supaya uang jajan lo dipotong, mau? Kalo gamau, diem dan berdiri, jalan sendiri! Udah gede masih main mainan anak kecil."

Eric kicep.

"Hah? Udah?" Han bertanya dengan gumaman. Kepalanya menoleh ke anak kecil yang ada di pangkuannya. "Dek, kakak pergi dulu ya, mau main! Kita udahan ya..." kata Han sambil menurunkan anak laki-laki itu ke lantai, supaya duduk sendiri.

"Kok udahan? Sini main aja cama Hanji." Anak yang bernama Hanji itu merengut.

"Ya kan kakak udah dipanggil sama kakak rambut panjang tadi, nanti kalo ketemu lagi kita main lagi. Mau main dimanapun dan kapanpun, kakak jabanin!" Han berusaha meyakinkan agar dia bisa pergi tanpa membuat Hanji menangis.

Hanji manyun, lalu mengangguk. "Yaudah, janji ya!"

Han tersenyum, lalu mengangguk. "Dadah, kakak main dulu!"

"Kok kata kakak tadi kakak mau belantem? Kata om Hanji, kalo belantem jan campe kena muka, nanti jadi jelek, gak bisa cayii duit," Hanji berkata dengan serius seolah apa yang dikatakan Om nya itu harus dilakukan.

Han membulatkan mulutnya. "Gitu ya? Oke, Kak Han kalo berantem gak bakal kena muka. Dadah!" Han berjalan mundur sambil melambaikan tangan, tersenyum manis. Hanji membalas melambai, dengan senyuman juga. Anak itu yakin, suatu saat nanti dia akan bertemu lagi dengan pemuda baik itu. Yang mengangkat tinggi-tinggi tubuhnya, seolah dirinya adalah superman yang bisa terbang. Dan saat itu tiba, Hanji akan menagih janji Han dan bermain sepuasnya.

Waah, bayangan yang manis.

Tetap berjalan mundur, satu tangannya menarik Trisna. "Dadah, cil!" Trisna berteriak kepada bocil yang daritadi dia ganggu. "Sampai jumpa!" Trisna melambaikan tangan. Tapi anak kecil itu memalingkan muka dan berbalik arah. Siapa yang mau lagi bertemu dengan manusia jahil yang suka merebut mainannya? Cih, tidak sudi, pikir anak itu.

 Siapa yang mau lagi bertemu dengan manusia jahil yang suka merebut mainannya? Cih, tidak sudi, pikir anak itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









***
Halo!
Apa kabar kalian?
Semoga sehat dan bahagia selalu!

Maaf baru update hari ini. Aku lagi sibuk sama kehidupan nyata.

Tetap semangat menghadapi dunia yang candaannya bikin depresot, sehat terus dan bahagia selalu ya!

Dadah!

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now