ASMARALASKA 17.30

176 50 31
                                    

GIMANA? KALIAN DI TIM YANG MANA DULU NIH :
   01. Tetap stay di platform wattpad.
  02. Pindah ke Karyakarsa.

FOLLOW DAN VOTE KALIAN SANGAT BERGUNA UNTUK KU DAN JUGA CERITA INI. PLIS😥
.
.
.
.
.
.
.
.
. Selamat membaca ASMARALASKA

Ara terdiam sejenak ketika sudah berada di dalam kelas. Beberapa murid lain berseliweran masuk ke dalam kelas lalu menatap Ara membuat gadis itu tidak nyaman sama sekali.

Terlihat jika Tesa baru saja memasuki kelas setelah insiden di koridor tadi. Gadis itu sudah tampak baik-baik saja.

Ara meneguk ludah kelu, Tesa tampak akrab layaknya sudah berteman lama dengan ... Triska?

Tesa mendudukkan tubuhnya di samping kiri Ara. Gadis itu menoleh. "Tesa, Lo gapapa?" Tanya Ara pelan.

Tesa berdecak. "Ga ada yang bakal baik-baik saja setelah di permalukan di sana tadi." Jawab Tesa dengan nada yang tidak bersahabat.

"Semua itu gara-gara lo!" Suara Tesa naik satu oktaf. "Gue benci sama lo."

Ara terdiam beberapa saat, harusnya yang marah kan dia. Bukan sebaliknya.

"Karena kemarin ulangan sempat di tunda. Jadi ulangannya di adain hari ini ya, Nak." Ujar wanita paruh baya yang baru saja memasuki kelas mengalihkan perhatian semua murid.

Para murid yang mendengar langsung mendesah sebal.

Setelah cukup lama berkutat dengan kertas Ulangan. Semuanya berakhir kala mendengar bel istirahat.

"Baiklah. Semuanya kumpul. Besok ibu akan bagikan hasilnya."

Semua murid serempak menjawab. "Iya bu ..."

Ara mulai membereskan pena dan bukunya ke dalam tas. Bersiap ingin ke kantin, ia merasa perut perlu di isi.

"Ra ..." Suara seseorang menghentikan aktivitasnya. "Gue mau minta maaf soal kemarin."

Ara menoleh ke arah Alaska. "Buat apa?"

"Lo ga salah apa-apa."

"Gue salah karena ga percaya sama lo." Ulang Alaska. "Gue udah denger semuanya dari Arka. Dia udah di danau sejak Triska menceburkan diri sendiri dan ..."

"Arka punya rekaman semuanya untuk itu. Semua kejadian itu."

"Semuanya telat, Ka." Balas Ara sendu. "Gue udah ga butuh bukti itu. Gue udah menerima akibatnya. Jadi percuma."

Ara kembali membereskan pena dan bukunya, pergerakan itu tidak lepas di mata Alaska. Tanpa sadar gadis itu menghela nafas panjang membuat Alaska menghentikan  pergerakannya tangannya  dan menatap mata Ara.

Hening menyelimuti keduanya sebelum akhirnya Ara membuka suara.

"Kenapa lo ga percaya sama gue?"

Alaska terdiam sejenak, sebelum akhirnya meraih buku dan pena milik ara lalu memasukkannya sendiri ke dalam tas gadis itu.

Satu tangannya naik mengusap pipi Ara.

"Mulai sekarang  gue bakal terus percaya sama lo, Ra."

"Maaf kalo kemarin gue lebih percaya sama Triska. Soalnya emang beneran lihat dia tenggelam dan lo diam aja."

Ara mendesah ragu. "Di saat kayak gini aja lo masih nyari pembelaan." Ucap Ara pelan.

"Kenapasih, Ka?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Ara.

"Gue sampai detik ini benar-benar bingung sama lo, gue bingung sama kita. Gue ga ngerti kita sebenarnya apa?"

"Emang lo ga nyadar sama kita selama ini.  kita ga ada hubungan yang jelas, Ka. Tapi kenapa lo harus bertingkah seolah-olah kita ada hubungan. Kenapa lo bertingkah seolah-olah gue ini pacaran sama lo."

ASMARALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang