DAIVA 04

317 23 0
                                    

Jalan Kenari | 21

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jalan Kenari | 21.40 WIB

Di sinilah mereka berada. Daiva dan kawan-kawan tengah bersiap untuk balapan. 15 menit sebelum Daiva bersiap di belakang garis start, mereka harus memastikan kondisi motor Daiva. Tentu saja hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan yang tidak diinginkan.

"Sip aman!"

"Thanks, guys!"

Dimas bangkit, lelaki yang mengabari Daiva itu menepuk pundak sang teman. "Semangat va! Kita yakin lo bisa menang malam ini."

"Mohon doanya ges, sebenarnya gue ga yakin setelah melihat ga cuman gue sama si bangsat itu yang balapan."

Ucapan Daiva mampu membuat Dimas, Jalu, dan Naiven mengarahkan pandangan ke sisi bersebrangan dari mereka. Memang benar, berbeda dari biasanya malam ini ada 4 orang yang akan mengikuti balapan dan mereka bisa melihat di sebrang mereka lebih ramai. Jika dibandingkan, mereka hanyalah semut diantara para gajah.

"Hmm, Divodas."

Daiva, Dimas, dan Jalu menatap Naiven. Teman mereka yang baru saja kembali dari luar negeri itu tampaknya kenal dengan segerombolan manusia di sebrang sana.

"Lo kenal?" tanya Jalu.

Naiven menggeleng. "Ga, tapi mereka terkenal."

"Masa sih?" Daiva tidak yakin, jika terkenal seharusnya dia tahu kan?

"Keknya gue tahu," timpal Dimas ragu.

"Lo tahu, lu?" Jalu menggeleng.

"Mereka itu geng gabungan dari dua geng motor terkenal sebelumnya. Saking terkenalnya mereka punya fans, bahkan ciwi-ciwi di sekolah kita sering ngomongin mereka."

Kerutan dahi Daiva semakin dalam. "Serius lo mereka punya fans? Bukannya mereka itu nakal? Kan geng motor."

Naiven mengangguk. "Lo aja yang kurang jauh main, Va. Hahahaha."

"Asem."

"Wihhh, sabilah gabung mereka lumayan lah dapat fans." Dimas tampak tertarik.

Jalu menggeleng, menepuk kepala belakang sang sobat. "Ga boleh, dosa."

"Tcih!"

Kemudian terdengar panggilan yang menyerukan agar para peserta segera bersiap di belakang garis start. Dibantu ketiga teman lelakinya, Daiva membawa motor kesayangan.

Menaiki motor tanpa kesusahan, Daiva telah masuk ke dalam kondisi siap. Dibalik helm full face, Daiva melirik ke sisi kanan dan kiri jalan. Seketika dahinya mengerut tatakala melihat sosok sang adik berada di sisi kanan jalan. Dimana itu adalah tempat yang sempat menyita perhatian Daiva dan kawan-kawan.

Ghava?

Tidak melihat batang hidung Ghava saat tiba di tempat balapan, ternyata bocah itu ada di sini dan berada di antara kerumunan orang-orang dengan jaket berlambang huruf D.

DAIVAWhere stories live. Discover now