DAIVA 21

172 10 0
                                    

Kabar mengenai Daiva Tishya Xaviera yang diboikot oleh Geng Divodas menyebar begitu cepat bak tertiup angin topan. Sejak semalam, baik di media sosial maupun di dunia nyata, semua membicarakan topik tersebut. Kali ini, Daiva berhasil membuat dirinya kembali menjadi bahan omongan anak-anak Exfard.

Sejak dalam perjalanan menuju sekolah barunya, Daiva dihujami oleh tatapan-tatapan yang membuat punggungnya merinding. Setiap anak Exfard yang melihat Daiva pasti akan membicarakan perihal pemboikotan tersebut. Mereka bertanya-tanya alasan dibalik pemboikotan tersebut. Bahkan sejak semalam, berbagai spekulasi bermunculan. Anak-anak Exfard mulai menggiring berbagai macam opini.

Sebagian besar mengutarakan pendapat bahwa Daiva pantas mendapatkan hal tersebut. Hanya segelintir orang yang membela Daiva, salah satunya Keyva yang sejak bel istirahat berbunyi sibuk membalas satu-persatu komentar jahat tentang Daiva.

"Udahlah, keburu dingin bakso lo itu," tegur Daiva. Suara bising dari keyboard ponsel Keyva yang terus-menerus berbunyi membuat telinga Daiva gatal.

Brak!

Keyva menaruh ponselnya ke meja dengan kasar, kemudian menatap Daiva dengan garang. "Ga habis pikir deh, bisa-bisanya mereka ngelontarin komentar-komentar jahat tentang lu padahal mereka ga tahu apa-apa. Lu ga ada niatan buat klarifikasi, Va? Gue gedeg bacanya."

Daiva menggeleng. "Gue bukan artis. Ga perlu begituan."

"Mending lu lapor ke bokap lo deh atau adek lu. Ini tuh ga bisa dibiarkan, Va! Reputasi lu bisa anjlok."

"Gue yang kena, kenapa lu yang ribut deh, Key? Gue malas ambil pusing. Lagian diboikot pun ga ada ngaruhnya dalam hidup gue. Tujuan utama gue nih buat dapetin Alnilam bukan Divodas."

Keyva menelan baksonya dengan kasar, menunjuk Daiva dengan garpu di tangannya. "Kalau lu lupa, Alnilam itu kepalanya Divodas. Pengaruh Divodas di sekolah ini ga main-main. Meski lo anak pemilik sekolah, lo gak akan bisa menghindar dari neraka yang diciptakan anak-anak Divodas buat lu. Gue ga mau lu celaka."

"Gue bisa jaga diri."

Keyva mengembuskan napas berat, gadis itu mengacak rambutnya frustasi. "Sewaktu gue baru masuk sekolah ini ada kejadian anak cowok yang ngusik Divodas. Memang saat itu pengaruh Divodas belum besar, tapi itu cukup untuk ngebuat anak cowok itu tersiksa selama beberapa bulan sekolah di Exfard sebelum akhirnya keluar. Asal lo tahu, pelaku yang nyerang lo malam itu adalah anak cowok yang jadi korban Divodas. Setelah keluar dari Exfard, dia pindah ke Atlantik dan gabung ke Geng Draxio untuk balas dendam ke Alnilam dan anak Divodas yang lain."

Daiva terdiam beberapa saat, kemudian mengukir sebuah senyuman. "Lo memang tahu segalanya ya. Gak usah khawatir, Alnilam ga bakal berani hajar gue. Justru gue yang bakal hajar tu cowok."

Keyva mendengus, menusuk baksonya dengan kasar. "Terserah deh, Va. Gue harap apa yang gue takutkan ga terjadi."

Daiva tertawa. "Gue jamin, gue ga akan kalah dari mereka."

~.~

Daiva berjalan riang menuju tempat anak-anak basket melangsungkan latihan rutin dengan sebotol minuman isotonik dingin di tangannya. Sepanjang jalan, senyuman di wajah gadis itu terus merekah. Dia tidak sabar memberikan minuman itu kepada sang pujaan sebagai salah satu bentuk pengabdian Daiva selama tiga bulan kedepan.

Begitu bel pulang berbunyi, Daiva langsung bergegas menuju kantin untuk membeli minuman. Untunglah kantin belum sepenuhnya tutup, jadi Daiva bisa melancarkan aksinya. Lokasi mengenai keberadaan anak-anak Dicodas pun dia dapatkan dari Keyva. Gadis itu sangat dapat diandalkan dalam hal informasi. Segala informasi bisa Daiva dapatkan dengan mudah melalui Keyva.

DAIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang