DAIVA 19

147 10 0
                                    

"Tante yakin kalau Alnilam bakal suka hadiah dari aku? Kurang mahal ga sih, Tan? Mending ku beliin mobil aja kalik ya?" Cerocos Daiva kepada Scarlet. Saat ini mereka berdua tengah berada di dalam mobil yang melaju di jalanan padat kota Jakarta.

Scarlet yang berada di kursi kemudi hanya menghela napas jengah. Keponakannya itu sejak tiga puluh menit lalu telah menanyakan pertanyaan yang sama.

"Itu aja udah cukup, Va. Lagian siapa sih Alnilam itu sampe-sampe ngebuat kamu ribet gini."

"Calon masa depan, Tante. Makannya aku ga mau kelihatan jelek di depan Alnilam. Itu beneran cukup? Ga kurang mahal tante?"

"Engga. Hadiah kamu bagus kok. Apalagi ada usaha yang kamu kerahkan untuk membuat hadiah itu."

Daiva memandang dua paper bag ditangannya dengan khawatir. Dia takut hadiahnya ini terlalu biasa. Memang benar jika demi menyiapkan hadiah ini Daiva rela bergadang untuk melipat-lipat kertas. Bahkan Daiva sengaja bangun pagi-pagi untuk menuju apartemen tantenya demi membuat kue bolu untuk Alnilam. Namun, entah mengapa Daiva merasa takut hadiahnya tidak pantas untuk diberikan kepada Alnilam.

Scarlet melirik ekspresi sang keponakan melalui ekor matanya. Daiva tampak murung sembari menatap dua paper bag ditangannya. Melihat Daiva, membuat Scarlet kembali teringat akan memori lampaunya.

"Tenang aja Daiva. Cukup berikan dan katakan permintaan maaf mu itu. Lagipula kamu sudah berusaha menyiapkan yang terbaik untuk dirinya."

"Makasih Tante. Semoga Alnilam suka hadiah dari Iva." Daiva tersenyum. Seperti biasa, dirinya harus semangat.

~.~

Daiva kembali merapikan penampilannya. Gadis itu menyingkirkan beberapa anak rambut yang mengganggu. Sedikit menunduk, Daiva tersenyum kepada Scarlet yang memberikan semangat kepadanya.

"Tante tunggu di warung makan depan sana. Semangat, cantik!"

"Siap Tante!"

Mengembuskan napas, Daiva siap mengambil langkah untuk lebih dekat dengan bangunan di hadapannya. Saat ini, Daiva tengah berada di depan bangunan yang merupakan markas geng Divodas. Berkat Keyva, Daiva berhasil mendapatkan alamat markas mereka. Menurut Keyva pula, Alnilam lebih sering berada di markas Divodas.

Daiva mengetuk pintu putih dihadapannya dengan jantung yang berdegup. Beberapa kali dia mengetuk sampai akhirnya pintu terbuka dan menampakkan wajah seorang gadis.

Daiva tertegun, matanya menatap penampilan gadis itu dari bawah hingga atas. Batinnya bertanya-tanya, siapa gerangan gadis dihadapannya ini? Apakah dia sahabat Alnilam yang itu?

"Siapa lo?" Gadis itu turut mengamati penampilan Daiva dari bawah hingga atas serta dua paper bag yang berada di tangan gadis itu.

"Gue mau ketemu Alnilam. Dia ada?"

Chesa Galenka, menatap curiga Daiva. Bukan hal asing mendapatkan seorang gadis yang berada di depan pintu markas mereka. Biasanya gadis-gadis itu datang dengan alasan modus atau caper dan berakhir membuat keributan di markas. Di markas mereka sendiri terdapat aturan yang melarang setiap anggota membawa orang asing dan bagi Chesa, sosok gadis dihadapannya sekarang adalah orang asing yang tidak perlu diberi tempat.

"Ada. But, mending lo pergi deh dari sini."

Diusir oleh gadis tomboy dihadapannya membuat Daiva jengkel. Dia sudah jauh-jauh kemari bukan untuk menerima sebuah penolakan. Apalagi bukan Alnilam yang mengusirnya.

DAIVAWhere stories live. Discover now