DAIVA 15

151 14 3
                                    

Area dilaksanakannya balapan antara Divodas dan Draxio padat oleh berbagai macam pengunjung. Karena skala yang cukup besar, jadilah tidak hanya antara anggota kedua belah pihak yang hadir. Melainkan banyak pula pendukung yang berasal dari luar geng Divodas maupun Draxio. Bahkan diantara banyaknya orang ini, dapat dipastikan terdapat penonton dari geng motor lain. Mereka mungkin menonton untuk memata-matai atau sekadar memenuhi rasa penasaran.

Pertarungan pada malam hari ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kedua geng tersebut sama-sama berasal dari sekolah yang cukup terkenal. Bahkan dominan dari anggota mereka adalah anak-anak dengan uang jajan fantastis. Pantas saja momen hari ini sampai masuk lambe turah Exfard, saking besarnya sampai-sampai membuat Daiva dan Keyva merasa seperti semut kecil diantara semut besar lain.

Bahkan terdapat sebuah tempat perjudian disana. Mereka mempertaruhkan barang berharga yang mereka miliki demi mendukung jagoan masing-masing. Entah sudah berapa nominal yang tertumpuk di tempat itu.

Tata cara balapan pada malam ini cukup unik dan baru. Jika biasanya cukup diwakilkan oleh salah satu anggota dari setiap pihak, maka kali ini mereka mengeluarkan 3 orang dari setiap kubu. Bisa dikatakan mereka melakukan 'lomba estafet motor'. Awalnya kedua pihak berencana untuk mengeluarkan Alnilam sebagai perwakilan Divodas dan Veraz sebagai perwakilan Draxio. Tetapi, karena usulan seseorang, jadilah mereka melakukan lomba estafet dengan lintasan sejauh 10 km dengan garis akhir di titik yang sama saat memulai pertandingan. 3 km untuk peserta 1, 3 km untuk peserta nomor 2, dan 4 km sebagai penentu yang diisi oleh jagoan masing-masing pihak.

Pihak Divodas sendiri mengeluarkan Kevan Jazli Leonard pada posisi 1, Gill Jazztin Naruna pada posisi 2, dan Alnilam Reuel Adiwilaga pada posisi akhir. Sedangkan Draxio menggunakan Braham pada posisi 1, Kaden Sergio di posisi 2, dan terakhir posisi terakhir diisi oleh ketua mereka yaitu Virez Gustaf Mahattama. Pada setiap pos, tentunya Terdapat beberapa orang yang berjaga. Mereka berjaga-jaga apabila terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan, apalagi ini merupakan perlombaan estafet pertama mereka dengan menggunakan motor. Aneh bukan?

Justru keanehan tersebutlah yang membuat para lelaki itu merasa tertantang. Para penonton pun sangat menantikan sosok pemenang dari ajang balapan ini. Termasuk Daiva, yang sangat berharap calon masa depannya memenangkan pertandingan.

Meski ia ingin Alnilam menang, yang terpenting adalah dia ingin Alnilan kembali dengan selamat.

"Lo dukung siapa, Va?"

"Alnilam," jawab Daiva enteng yang direspon dengusan oleh Keyva. Bagaimana dia lupa, tentu saja sahabat satunya ini akan mendedikasikan diri untuk mendukung sang pujaan hati.

Daiva kan bucinnya Alnilan.

"Btw rame bener dah, ngalahin pasar deket rumah gue," ujar Keyva sembari mengunyah bakso bakarnya.

Daiva terkekeh. "Ini belum seberapa."

"Maksudnya?" Tanya Keyva bingung.

Diva mengedikkan bahu. "Lihat aja nanti. Semoga sih ga tambah ribut. Btw Ghava mana ya?" Sejak tiba di area balapan, Daiva sesekali mencari-cari batang hidung adik semata wayangnya itu.

Jika dilihat dari jam mereka berangkat, seharusnya Ghava sudah tiba di lokasi ini sejak 20 menit lalu.

"Ngapain lu nyari Ghava, naksir lo?"

Daiva tak kuasa menahan ekspresi jijiknya. Hell, untuk apa dia naksir dengan saudara kandungnya sendiri. "Ngaco lu!"

"Yaa, kali aja elu pindah dari Nilam ke Ghava. Secara mereka kan mirip."

Kedua tangan Daiva membentuk huruf X sembari menatap horor kearah Keyva. "Big no! Alnilan masih jauh lebih baik dari anak bangsat itu."

Uhuk!

DAIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang