DAIVA 22

360 18 10
                                    

Alnilam yang hanya berniat untuk mengantarkan Daiva pulang dengan selamat justru berakhir terjebak di kediaman Daiva dan kini dirinya sedang duduk bertiga di meja makan bersama Rembulan dan Althan.

Sesuai perkataan Aydin. Mereka berdua pulang bersamaan. Akibat hujan yang mengguyur di tengah perjalanan membuat dirinya dan Daiva basah kuyup. Selanjutnya saat tiba di kediaman gadis itu, kebetulan pula Althan dan Rembulan baru kembali. Daiva, gadis itu memanfaatkan situasi yang ada untuk menahan Alnilam. Berkat bujukan dari dua orang dewasa dan seorang remaja perempuan yang tergila-gila terhadap dirinya, Alnilam  harus berdiam diri di kediaman mereka setidaknya hingga hujan berhenti.

"Bagaimana kabar papa kamu, Al."

"Baik, om. Papa sedang sibuk mengurus bisnisnya yang berada di eropa," jawab Alnilam seadanya.

"Tante kaget loh, sewaktu kalian tiba-tiba pindah rumah. Apalagi Daiva, anak itu sampai mogok makan saat kamu ga bisa dihubungi. Syukur lah kamu sudah tumbuh dengan sehat. Kalau mama kamu gimana Al? Tante mau main bareng mama kamu."

Alnilam cukup lama menjawab, lelaki itu menampilkan senyuman tipis sampai kehadiran Daiva membuat Alnilam tanpa sadar mengembuskan napas lega.

"Nih. Badan lo sama Ghava lumayan mirip. Yuk gue antar buat ganti baju. "

"Buruan gih. Tante lupa kamu basah kuyup gini. Setelah ganti baju turun kebawah ya, kita makan bareng-bareng. Panggilkan juga adek mu, Va."

"Siap kanjeng ratu!"

Daiva menuntun Alnilam menuju kamar Ghava. Begitu mereka memasuki kamar sang adik, Daiva dapat melihat Ghava yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Sementara Ghava yang menyaksikan sang kakak dan seorang pemuda memasuki kamarnya lantas menatap keduanya dengan bingung. Apalagi saat melihat benda yang berada di tangan ketuanya itu.

"Bang Nilam? Itukan baju gue, kok di elu?"

Daiva berdecak. "Pinjem. Lu ga kasihan lihat Alnilam yang basah kuyup gini sampe nerawang gini?"

"Yaudah, buruan ganti baju bang. Badan lo kelihatan noh, sampe Kak Iva ngiler."

"Ekhm, gue ganti dulu."

Alnilam terbatuk kecil dan pamit menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Sementara Daiva memelototi sang adik yang telah membongkar aib nya.

"Bisa ga sih ga usah bongkar aib orang. Cih!" Berkata demikian, Daiva langsung mendaratkan tubuhnya di kasur empuk sang adik.

"Keluar lu. Gue mau pake baju." Bukannya keluar, kakaknya itu justru tiduran di kasur miliknya. Padahal Ghava hanya mengenakan handuk di pinggangnya.

Daiva membuka salah satu matanya. Harus ia akui jika tubuh Ghava cukup memesona. Tetapi, tidak sekeren milik Alnilam.

"Ganti baju aja. Apaan sih yang perlu dikhawatirkan, badan lo masih kalah jauh dari Alnilam."

Harga dirinya sebagai lelaki cukup tersenggol mendengar kalimat Daiva. Kakaknya yang bucin dengan kaptennya itu tentu tidak akan tertarik dengan tubuh lelaki lain, termasuk dirinya.

"Keluar lo."

Dengan ogah-ogahan Daiva bangkit dari posisinya.

"Dasar, kecil gitu ga perlu bangga."

"DAIVA!"

~.~

Suasana makan malam di kediaman Althan dan Rembulan cukup berbeda malam hari ini, sebab mereka ketambahan satu orang yang tak lain merupakan Alnilam. Rembulan dan Althan hanya saling menggeleng dalam diam tatkala melihat aksi putri sematawayang mereka yang tampak sangat bersemangat memberikan satu-persatu lauk ke piring Alnilam. Ghava yang turut terkena imbas hanya bisa berwajah masam sebab kakaknya itu menghalangi dirinya untuk mengambil lauk kesukaannya yang kedua kalinya. Padahal malam ini sang bunda sengaja memasak rawon yang menjadi makanan kegemarannya.

DAIVAWhere stories live. Discover now