DAIVA 16

131 12 0
                                    

Warning! Terdapat kata-kata kasar yang cukup brutal.

Suasana di lorong sebuah rumah sakit begitu suram dan kacau. Sudah tiga puluh menit berlalu, tetapi tidak ada satupun yang berinisiatif memulai percakapan. Mereka semua terdiam dengan berbagai pikiran yang ada di kepala.

Sedangkan di salah satu ruangan yang menjadi objek kesuraman itu, terbaring Daiva dengan Ghava yang berada di sisi sang kakak. Kepala lelaki itu tertunduk lemas, dengan kedua tangan yang memegang tangan berinfus milik sang kakak.

Keadaan Ghava tidak jauh berbeda dari Daiva. Putra satu-satunya pasangan Althan dan Rembulan itu berpenampilan acak-acakan. Terdapat bercak kemerahan pada kedua tangannya yang dia dapatkan setelah menghajar pelaku yang membuat Daiva pingsan.

Saat itu dalam sekejap, kejadian yang dia takuti terjadi. Sang kakak terkena imbas dari pertarungan mereka. Andai saja dia lebih memilih untuk membawa pergi kakaknya, mungkin Daiva tidak akan terkena pukulan musuh mereka.

Flashback

"DAIVA!!!"

Teriakan kalut dari seorang gadis membuat Ghava kehilangan fokus pertarungan untuk sesaat. Kedua bola matanya bergulir pada dua gadis yang sedang berada di tanah. Ghava sangat mengenali kedua gadis itu, terutama sosok yang berada di pangkuan Keyva--sahabat Kakaknya.

Melihat bagaimana Keyva memeluk kepala seorang gadis di pangkuannya membuat Ghava mengerti satu hal. Kakaknya dalam bahaya dan mata tajamnya telah menangkap seorang lelaki yang berdiri di dekat mereka dengan sebalok kayu di tangannya. Lelaki itu tersenyum puas membuat Ghava kalut tatkala melihat lelaki itu hendak mengayunkan balok untuk yang kedua kalinya.

"Bajingan!" Ghava mendorong orang-orang yang menghalangi langkahnya, remaja itu bergerak cepat menuju posisi Keyva dan Daiva.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Bajingan mati Lo!"

Satu pukulan yang disusul oleh pukulan bertubi-tubi lainnya. Sudah dua tahun semenjak kejadian itu dan ini kedua kalinya sosok iblis dalam diri Ghava keluar.

Amarah Ghava menguar. Bahkan lelaki itu sudah gelap mata, tendangan dan pukulan bertubi-tubi dia layangkan kepada sosok lelaki yang memukul kakaknya. "LO SEHARUSNYA GA NYENTUH KAKAK GUE BAJINGAN!"

"MATI! MATI! MATI!"

Aksi brutal Ghava tentu saja menarik perhatian banyak orang. Bahkan pertempuran besar antara dua kubu yang sebelumnya terjadi terpaksa ditunda saat melihat bagaimana seramnya Ghava memukul musuhnya. Saat ini mereka lebih terkejut dengan pertarungan Ghava VS Pelaku pemukulan Daiva.

"ETAM!"

Geng Draxio dan Divodas tentu saja tidak tinggal diam. Terutama Geng Draxio, mereka langsung berusaha menjauhkan anggota mereka dari amukan Ghava. Akan tetapi, itu tidak berhasil. Ghava masih saja mengamuk bahkan hingga membuat para anggota Divodas turun tangan untuk menahannya.

"LEPAS! MATI LO BERDEBAH!"

"GHAVA STOP!" Teriakan Kavin bahkan tidak dihiraukan oleh Ghava. Remaja itu terus saja memberontak ingin menghajar sang pelaku hingga membuat para anggota yang menahannya kewalahan. Bahkan mereka membutuhkan empat orang untuk menahan Ghava.

"LEPAS ANJING! APA MASALAH KALIAN SAMA KAKAK GUE BANGSAT! GARA-GARA KALIAN KAKAK GUE PINGSAN! LO HARUS MATI KARENA NYENTUH SAUDARI GUE!"

Tentu saja teriakan Ghava membuat mereka terkejut. Bahkan membuat tahanan pada Ghava sempat melonggar. Para anggota Divodas saling tatap, sekarang mereka mengerti mengapa Ghava begitu marah saat itu. Etam, lelaki itu telah menyentuh hal yang seharusnya tidak ia sentuh.

DAIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang