DAIVA 13

144 8 0
                                    

"Happy Birthday, bunda!"

Suasana meriah dan gembira melingkupi kediaman Althan dan Rembulan. Merayakan ulang tahun Rembulan, seluruh keluarga mereka memutuskan untuk mengadakan pesta kecil di halaman samping rumah. Daiva dengan sebuah kue ulang tahun di tangannya menatap kagum sang bunda yang tampak tetap cantik meski telah berumur.

Bunda kesayangannya itu, semakin tua justru semakin memukau. Bundanya adalah role mode dirinya.

"Selamat ulang tahun, sayang." Althan mengecup pipi kanan Rembulan.

Meski sudah lama menikah dan memiliki dua orang anak yang sudah remaja, kedua orang tuanya itu masih terlihat sangat romantis. Ah...Daiva iri, dia juga ingin memiliki kehidupan seperti orang tuanya.

"Stop bucin! Buruan make a wish bun, tuh Ghava udah ngiler pengen makan kue buatan Daiva."

Althan dan Rembulan terkekeh, sementara Ghava hanya bisa mengembuskan napas pasrah karena lagi-lagi dirinya menjadi bahan lelucon sang kakak.

"Sabar ya Ghava." Ghava hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan sang bunda.

Setelah memohon doa dan meniup lilin, mereka pun memasuki sesi potong kue. Rembulan membagikan kue ke semua orang, termasuk ke para ART yang bekerja di kediaman mereka.

"Ghav, sini selfi."

Ghava melirik sang kakak sekilas, dengan malas dia menjawab, "ogah."

Namun, kakaknya itu sangat keras kepala. Terjadilah keributan antara kakak beradik yang mengundang perhatian dari sang papa.

"Kalian ini berantem terus. Coba sekali-kali akur."

Daiva cemberut. "Adek pah! Ga mau Daiva ajak foto, pasti Ghava malu punya kakak kayak Daiva."

"Ghava."

Tuh kan! Kakaknya itu sangat gemar mendramatis. Pada akhirnya mau tidak mau Ghava harus menuruti permintaan Daiva apabila tidak ingin dicap sebagai adik durhaka di hadapan kedua orang tuanya. "Iya pa."

Mampus! Di sisi lain, Daiva menertawakan kepasrahan sang adik dalam hati.

"Udh sini buruan hp lo. Kita cuman foto setengah wajah kok." ujar Daiva sembari merebut ponsel pintar sang adik.

Sementara di sisis Ghava, putra bungsu Althan dan Rembulan itu terpaksa mendekat ke arah sang kakak walau dirinya merasa curiga.

"Satu...dua...tiga...cekrek!"

Buru-buru Ghava menjauh setelah sesi foto. Dirinya itu paling anti berfoto, dia tidak akan berfoto jika bukan untuk hal penting. Memutuskan untuk tidak ambil pusing, Ghava bergerak menjauh dari Daiva. Bisa bahaya jika dirinya terus menerus berada di dekat sang kakak.

Sementara itu, Daiva sedang terkikik geli tatakala membayangkan rencana licik di kepalanya. Gadis itu berniat membalaskan dendam kepada Ghava yang selalu mengganggu aksinya dalam mengejar sang pujaan hati.

~.~

Terlambat.

Akibat tidur terlalu larut selepas merayakan ulang tahun sang bunda, Daiva bangun 10 menit sebelum jadwal gerbang sekolah tertutup. Itupun, dia berhasil bangun berkat gugahan bundanya yang kelima kalinya.

Berangkat dengan motor scoopy milik sang bunda, Daiva tancap gas membelah jalanan kota Jakarta yang lumayan padat hari ini. Sesekali dirinya menengok arloji pink yang melingkari pergelangan tangan putihnya. Lewat satu menit, sudah dipastikan Daiva terlambat sekolah.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir 9 menit dengan kecepatan yang cukup gila, Daiva tiba di sekitar sekolah barunya. Gadis itu tidak menuju gerbang, melainkan memutar hingga ke bagian belakang sekolah. Saat kedua bole mata jernihnya menangkap warung, tanpa pikir dua kali Daiva langsung menitipkan motor kesayangan sang bunda di sana.

DAIVAWhere stories live. Discover now