DAIVA 14

152 9 0
                                    

"Ghavaaa gue ikut!"

Daiva menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa saat melihat Ghava yang telah mencapai ambang pintu.

"Gak. Lo di rumah."

Daiva bertolak pinggang. "Lo pasti mau nonton balapan Nilam sama cowo kemaren itu kan! Pokoknya gue ikut malam ini!"

Ghava mengatupkan kedua giginya, tampak frustasi. Tidak mungkin baginya untuk mengajak Daiva ke tempat berbahaya seperti itu. Dia takut jika kejadian pasca itu terulang kembali dan ketidakberuntungan berpihak kepada mereka. Lalu tidak mungkin pula Ghava hanya diam di rumah, sedangkan para temannya sedang menghadapi situasi yang serius. Mumpung orang tua mereka sedang keluar kota, Ghava ingin menghadiri acara balapan tanpa takut terkena omelan.

"Lo di rumah aja, entar gue bawain martabak deh."

Daiva yang pada dasarnya keras kepala lantas menolak dengan tegas ucapan Ghava. "Gue cuman mau nonton dari pinggiran kok. Plissss," mohonnya dengan puppy eyes.

Ghava memalingkan wajah ke arah lain. "Lo tunggu di rumah atau gue lapor ke bunda soal kejadian kemarin."

Damn it!

Giliran Daiva yang tak mampu berkutik. Gadis itu menggertakkan gigi-giginya kesal, Ghava--adiknya itu selalu saja mampu membuat Daiva mati kutu ditempat. Jika saja bukan karena kecerobohannya kemarin yang menyebabkan piring kesayangan sang bunda pecah dan kini dia belum mendapatkan ganti piring itu, Daiva pasti akan terus memaksa Ghava. Jika seperti ini, Dia harus bagaimana.

"Fine lo menang! Dasar adik durhaka!" Daiva menghentakkan kakinya kesal dan berlalu dari hadapan Ghava.

Sementara Ghava lantas tersenyum lega. "Entar gue beliin martabak dua kardus!"

"GA USAH, GUE GA MISKIN!" Teriak Daiva dari tangga dengan kekesalan yang tertahan.

Saat tiba di kamar, Daiva lantas menjatuhkan dirinya ke kasur queen size miliknya. Gadis itu semakin menutupi kedua telinganya dengan kesal tatkala mendengar deru mesin motor Ghava yang perlahan menjauh dari perkarangan rumah mereka.

Padahal malam ini dia ingin memulai rencana penaklukan hati Alnilam. Pasalnya, akibat tantangan yang dia lontarkan dua hari lalu kini Daiva memiliki waktu yang terbatas. Hanya tiga bulan dan setelah tiga bulan dia akan menyerah.

Daiva mengacak rambutnya frustasi. Dia 90% percaya diri dengan pesonanya, tetapi ada sisa 10% ketidakyakinan di dalam dirinya. Pasalnya, selama 18 tahun hidup Daiva tidak memiliki pengalaman berkencan satupun dengan lelaki. Dia hanya dekat dengan Alnilam, itupun saat mereka masih kecil. Saat Alnilam pindah, mereka mulai kehilangan komunikasi. Kemudian, para teman-teman punakawannya itu, dia hanya menganggap mereka sebagai teman. Tidak mungkin bukan, dia bersikap di depan Alnilam sama seperti saat dia bersikap di depan para punakawan. Resiko terburuk, Alnilam bisa jijik dengan dirinya.

Ting!

Suara dentingan ponselnya membuat Daiva bangkit untuk meraih benda pipih tersebut. Daiva menyeritkan dahi disaat nomornya baru saja ditambahkan kesebuah grup.

[LAMBE TURAH EXFARD]

Send a picture

Saat hendak mendownload foto tersebut, notifikasi lain yang berasal dari Keyva membuat atensi Daiva beralih pada kolom obrolan antara dirinya dan gadis pecinta Lilac itu.

[Keyva]

P!
Udah join?

Udh. Lo yg add nomor gue?

DAIVAWhere stories live. Discover now