DAIVA 05

335 31 7
                                    

Exfard High School

Mengaduk-aduk mie ayam tanpa minat untuk memasukannya ke mulut, di sinilah Daiva berada yaitu kantin Exfard High School selepas berkutat selama 4 jam di kelas. Kepala Daiva terasa sakit, padahal dia hanya tidur selama proses pembelajaran. Hal ini pula yang membuat Daiva sejak beberapa saat lalu hanya memainkan makanan nya.

Pikirannya menerawang ke kejadian kemarin malam. Mengenai bentrok yang terjadi di arena balapan. Ia juga penasaran mengapa Ghava bisa bersama mereka dan sejak kapan? Apakah sang papa tahu akan hal ini? Bagi Daiva, sangat mustahil dengan sifat sang adik untuk bergabung dengan geng seperti itu. Apalagi,  kemarin ia melihat ada seseorang yang merangkul Ghava dengan bersahabat. Adiknya itu memiliki teman sementara sifatnya yang seperti kulkas? Sungguh tidak dapat dipercaya.

Bukan tanpa sebab Daiva mengira jika Ghava tidak memiliki teman, pasalnya adiknya itu tidak pernah mengajak temannya ke rumah. Bahkan berbicara mengenai orang lain saja sama sekali tidak pernah. Daiva mendengus, sepertinya ia harus mencari tahu.

Satu sendok mie ayam akhirnya masuk ke mulut Daiva. Gadis itu mengembuskan napas dan kembali fokus pada mie ayam yang telah dingin.

"Gue pengen es krim deh." Entah keinginan dari mana tiba-tiba Daiva menginginkan sesuatu yang manis dan dingin seperi es krim.

Daiva bangkit, menuju stand penjualan es krim. Jangan kalian kira kantin di sekolah ini sama dengan kantin di sekolahnya dulu. Bisa katakan bahwa kantin Exfard sangat luas dan bersih. Selain itu, untuk sistem makanan menggunakan sistem stand, dimana setiap stand menjual menu yang berbeda-beda sehingga para murid dapat memilih. Ada stand bakso dan mie ayam, stand makanan berat dengan nasi, minuman, hingga es krim. Harga menu yang ada pun terbilang cukup menguras dompet, untuk mie ayam barusan Daiva harus merogoh uang sebesar 25 ribu. Minuman paling murah yang dijual dikantin ini pun seharga 10 ribu.

Sangat mahal bukan? Terutama bagi kaum bawah.

Menyadari jika di sekolah ini tidak hanya kaum elite, melainkan juga ada anak beasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, papanya itu memberikan keringanan kepada mereka. Para murid beasiswa memiliki kantin khusus, dimana di kantin itu tersedia makanan yang dikhususkan untuk para murid beasiswa. Apabila di kantin ini mereka dapat memilih makanan yang diinginkan, beda halnya dengan di kantin beasiswa. Mereka tidak diberikan pilihan. Tidak ada stand es krim ataupun stand makanan ala negara eropa.

Kantin anak beasiswa sendiri berada di lantai paling dasar sekolah di gedung Utara. Sedangkan kantin untuk kaum elit berada di lantai dua gedung timur. Satu peraturan yang ada di kantin adalah, murid beasiswa dilarang untuk masuk ke kantin atas. Apabila melanggar sudah pasti akan mendapatkan hukuman atau lebih parahnya diusir secara tidak terhormat oleh para elite.

Tampak seperti diskriminasi, tetapi kantin disana sudah cukup membantu mereka yang merupakan anak-anak beasiswa ataupun anak-anak yang tidak memiliki uang saku banyak. Apalagi menu yang disajikan akan berganti setiap dua hari sekali. Daiva sendiri cukup menyukai konsep kantin yang seperti ini

Usai membayar es krim strawberry yang ia beli, Daiva kembali ke tempat dimana ia meninggalkan mie ayam yang belum habis. Akan tetapi, saat hendak tiba, penampakan seseorang yang berjalan dari meja yang ia tempati menuju tempat sampah membuat mata Daiva melebar. Pasalnya orang itu membawa semangkuk mie ayamnya!

Daiva berlari, hendak mencegah orang itu membuang mie ayamnya ke tempat sampah. Tetapi, ia tertinggal satu langkah. Mie ayam yang ia beli seharga 25 ribu itu telah masuk ke tempat sampah.

"Anj*ng!" Daiva merebut mangkuk mie ayam membuat sang pelaku berjangkit kaget.

Tidak tersisa. Daiva menatap bak sampah dengan pandangan tidak rela. Merasa kesal, gadis itu menatap sang pelaku dengan nyalang.

DAIVAWhere stories live. Discover now