DAIVA 12

182 16 22
                                    

Festival olahraga yang diadakan di Exfard High School selama tiga hari berturut-turut berlangsung dengan begitu cepat dan meriah. Tidak terasa kini telah tiba pada hari terakhir pelaksanaan festival. Hari yang menjadi pertandingan final antara tim basket dari Exfard dan tim basket dari Atlantik. Sejak pagi tadi, para pengunjung terus berdatangan. Kali ini intensitas pengunjung lebih ramai dibanding dua hari sebelumnya.

Terutama pada bagian lapangan, sorak sorai penonton mengisi keseruan pertandingan. Masa terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama dari suporter pihak Exfard, golongan kedua dari suporter yang mendukung tim lawan, dan yang ketiga adalah tim golongan netral.

Jika Daiva, dia tidak masuk ke golongan mana pun. Karena dia hanya mendukung Alnilam sebagai jagoannya. Hanya Alnilam, bukan yang lain.

"GO GO GO NILAM! SAYANG SEMANGAT!!!!" Mengangkat spanduk di tangannya tinggi-tinggi, tingkah Daiva sontak membuat Keyva merasa malu.

Padahal Daiva yang bertingkah, tetapi justru Keyva yang merasa malu atas kelakukan temannya itu.

"Daiva lo ga malu apa?"

Daiva menatap Keyva dengan kedua bahu terangkat. "Ngapain malu? Kan emang fakta."

Sontak Keyva mendengus. Gadis berbando pink itu sudah menjadi budak cintanya ketua Divodas.

Jika diperhatikan lagi, memang benar bahwa pesona Alnilam adalah yang terbaik. Bisa dikatakan, Alnilam adalah kriteria calon masa depan paling idaman dan dia juga ingin memiliki suami seperti Alnilam. Tetapi, Keyva masih sayang nyawa untuk bertarung dengan para bucin lelaki itu. Tidak main-main, penggemar Alnilam adalah para perempuan terkenal, seperti Daiva yang berhasil mengguncang Exfard pada hari pertamanya bersekolah.

Memang gila temannya itu.

"YUHU MENANG!! That's my man!" Daiva melompat kegirangan di tempat saat Alnilam berhasil mencetak poin terakhir untuk tim mereka.

Begitu peluit terakhir di tiup, secara resmi pemenang pertandingan basket pada festival olahraga tahun ini adalah tim basket dari Exfard High School.

"Duhh minuman!"

"Hati-hati, va!" Keyva hanya geleng kepala tatkala melihat punggung Daiva perlahan menjauh dari tribun penonton sembari membawa sebotol minuman isotonik. Gadis itu sudah pasti berencana untuk memberikan minuman kepada Alnilam.

Berdoa saja semoga Alnilam memilih minuman dari Daiva.

Sementara itu di sisi lain, Daiva bersusah payah membawa tubuhnya menuju sosok Alnilam dan kawan-kawan yang tengah mengelap keringat di pinggir lapangan. Tidak hanya Daiva, banyak gadis lain yang juga memiliki niat sama seperti dirinya. "Duh minggir lo semua!"

Setelah bersusah payah, akhirnya Daiva tiba tepat di barisan terdepan. Gadis itu menatap Nilam dengan sorot penuh binar.

"Nilam buat lo!"

Alnilam menatap botol minum di tangan Daiva, tangannya mengambil botol minum itu. Akan tetapi, tindakan selanjutnya dari Nilam membuat senyuman Daiva luntur sempurna.

"Gill, buat lo!"

Hap!

Gill menangkap botol minum dari Alnilam, lelaki itu sempat bingung tetapi kemudian mengucapkan terimakasih dengan ceria. "Wih makasih bos!"

Sementara Daiva menatap kesal lelaki tinggi dihadapannya. "Kok lo kasih ke cowon lain? Itu buat lo!"

Alnilam menatap Daiva tajam. "Lain kali ga usah kasih gue minuman, gue ga butuh."

"Gue kasih itu karena gue peduli sama lo, Nilam!"

"Gue ga butuh kepedulian lo."

Ingin rasanya Daiva menghentakkan kaki dengan kesal, tetapi dirinya harus tetap stay cool dihadapan sang pujaan hati.

DAIVAWhere stories live. Discover now