Chapter 5

1.7K 128 4
                                    


Forth menggigit bibirnya, menahan rasa sakitnya tapi melompat kegirangan di dalam hatinya. Dia memeluk Beam kembali lebih erat. Beam menangis dan ketika Forth mendengar isakannya, dia menarik Beam dari pelukannya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis? Apa kau terluka di suatu tempat?" Forth bertanya dengan cemas. Beam mengambil telapak tangannya yang terlalu kasar karena hukuman yang dia lakukan tadi pagi. Beam meletakkan telapak tangan Forth di sisi kiri dadanya.

"Aku terluka di sini." Dia berkata dengan terisak. Forth tidak tahan melihat pemandangan yang menyakitkan ini dan menarik Beam lagi ke pelukannya.

"Aku minta maaf. Aku minta maaf. Aku sangat menyesal aku untuk semuanya. Tolong... tolong berhenti menangis sekarang, Beam. Ya, aku membuat kesalahan tapi itu tidak disengaja. Percayalah padaku, Beam." Dia mengatakannya sambil terisak dan seluruh universitas menyaksikan adegan ini.

Meskipun mereka tidak dapat mendengarkan percakapan di sana, tapi mereka menonton dengan cinta. Salah satu dari mereka mencoba membuka kamera mereka tetapi Lam menatapnya dan dia segera berhenti.

Beam mencengkeram bajunya. Forth menariknya dan berjalan ke mobilnya. Beam membiarkan dirinya dibawa oleh Forth. Forth menyuruh Beam duduk di kursi Penumpangnya dan mengantarnya ke asramanya.

"Forth, kau terluka."

Beam mencoba mengatakan sesuatu tapi Forth meletakkan jari telunjuknya di bibir Beam. Forth mengangkat Beam lagi dengan bridal style dan membuka kunci kamarnya, membuat Beam duduk di sofa. Dia pergi ke lemari dan mulai menggosok rambut Beam dengan handuk. Beam menatapnya dengan lembut. Forth memberikan Beam satu set pakaian dan handuk baru.

"Ada air panas dan kebutuhan lainnya di kamar mandi. Silakan..." Dia berbisik dan Beam tanpa protes berdiri dan pergi mandi.

Segera Beam keluar. Sementara Forth memesan pengiriman makanan. Lalu, Forth mandi juga.

Forth menyuruh Beam duduk di tengah tempat tidurnya. Lalu dia duduk di sampingnya.

Beam terlihat sangat manis dengan kemeja lengan panjang putih longgar dan celana pendek hitamnya. Forth memegang tangan Beam.

"Apa yang terjadi, sekarang katakan padaku?" Dia bertanya dengan lembut. Beam menatapnya dan mulai menangis lagi.

"Kau.. Kau tidak muncul selama.. Selama dua minggu." Dia berkata dengan air mata.

"Bukannya itu yang kau mau?" Kata Forth kali ini.

"Ketika aku mimpi buruk, kau ada dikamarku, kan?" Forth mengangguk diam-diam.

"Kenapa kau tidak memelukku saat itu?" Tanya Beam dengan cegukan.

"Aku pikir kau akan marah. Itu sebabnya aku mengirimkan boneka itu kepadamu." Kata Forth.

"Aku...takut." Kata Beam dengan putus asa.

"Tarik dia ke pelukannya.. Maafkan aku, Beam... Maafkan aku. Tolong maafkan orang bodoh ini."

"Kau selalu ada di balkon aku selama ini, kenapa kau tidak berusaha lebih keras untuk mendapatkan maafku?" Kata Beam memukul Forth di dadanya.

"Aku takut... Kupikir kau akan meninggalkanku. Kau berada di Bar sepanjang waktu karenaku... Kau tidak pernah pergi dengan siapa pun, lalu kenapa kau bergaul dengan wanita itu?" Tanya Beam dengan isak tangis.

"Aku memprovokasi mu hari itu tapi rasanya seperti yuckkk..."

"Kau.. Kau punya kunci kamarku.. Selama ini kau memastikan bahwa aku tidur nyenyak. Apa kau tidak lelah?" Tanya Beam.

Forth menggelengkan kepala..

"Kau adalah hidupku... Segalanya bagiku.. Bagaimana aku bisa lelah dengan jiwaku sendiri..." Kata Forth.

"Tapi kau menyebut nama Wayo malam itu..." Kali ini Beam menangis keras.

"Ohh Beam... Bagaimana aku bisa membalasnya. Tolong beritahu aku." Kata Forth mencium kepalanya. Beam melihat Forth mencoba mengatakan sesuatu tapi bel pintunya berbunyi.

"Tsk...." Forth mendengus dan Beam tersenyum kecil.

Forth membayar makanan dan mengatur meja kecil di tempat tidur. Dia menyeka air mata Beam dan mangaitkan rambutnya di belakang telinganya.

"Makan dulu, oke.?" Dia berkata perlahan. Beam menggelengkan kepalanya karena memiliki nafsu makan tidak tapi perutnya keroncongan.

Beam menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangannya. Forth terkekeh dan menyajikan makan malam.

"Beam...?" Dia memanggil. Beam menatapnya dan menjatuhkan pandangannya pada makanan.

"Sebanyak ini?" Dia bertanya.

"Yup.. Untuk kesayanganku." Kata Forth. Forth mengambil sesendok penuh nasi goreng lalu taruh di mulut Beam. Beam menatapnya dengan saksama.

"Please..." kata Forth memohon. Beam membuka mulutnya kali ini dan membiarkan Forth memberinya makan. Setelah makan malam Forth menyeka mulutnya dan tersenyum.

Dia membuat Beam berbaring di tempat tidur dan menutupinya dengan selimut. Dia mengambil bantalnya dan meletakkannya di sofa. Beam menatapnya. Forth kembali lagi dan duduk di samping kepalanya.

Dia mulai membelai rambutnya. Beam menatapnya. Beam membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tapi Forth meletakkan jari telunjuknya lagi di bibirnya.

"Stt...Untuk saat ini, tidurlah."

"Oke." Dia berkata dengan tenang.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Beam. Forth mengangguk.

Beam mengangguk sebagai reaksinya dan menutup matanya. Forth pergi ke kamar mandi setelah memastikan bahwa dia tertidur. Dia mengambil krim antiseptik dan mengoleskannya di kakinya dan di beberapa bagian lainnya di lengannya. Seluruh tubuhnya sakit, tapi dia berhasil membunyikannya dari Beam.

Dia melihat langit-langit dan berterima kasih kepada Tuhan.

"Terima kasih.. Semuanya terbayar hari ini." Dia bergumam dan tertidur.

****

Keesokan harinya Beam menemukan dirinya di tempat yang berbeda dan tiba-tiba duduk. Dia sedang memeriksa tempat itu ketika pandangannya tertuju pada tubuh Forth yang tertidur.

Dia datang ke samping Forth dan duduk di lantai. Membelai kepalanya. Dia mengambil telapak tangannya dan melihat semua simpul itu dan kemudian tanda merah.

Dia menangis lagi dan mencium telapak tangannya. Dia ingat bagaimana Forth berlari sepanjang hari. Dia memeriksa kakinya dan melihat lepuh tebal di sana.

"Isshhhhh..." Dia mulai menangis.

Forth Bangun mendengar suara rintihan Beam dan menjadi takut.

"Beam? Apa yang telah terjadi? Kau mimpi buruk lagi?" Dia bertanya meletakkan telapak tangannya di dahinya.

Beam memeluk Forth dan berbisik.

"Aku mencintaimu..."


* * * *

Winter : Tamat? Oh... tentu tidak... Masih panjang say. Tapi aku mau nerusin Love Syndrome dulu ya :)


DATING THE COLD HEAD HAZER [END]Where stories live. Discover now