Chapter 11

1.1K 85 2
                                    


Beam dan Forth sedang berbaring di tempat tidur setelah malam yang beruap dan panas. Forth sedang meletakkan kepalanya di pangkuan Beam. Dan Beam seperti biasa membelai rambutnya dengan jari lembutnya. Forth mengambil tangannya dan menariknya ke mulutnya.

Dia menatap mata Beam dengan penuh cinta dan kemudian mencium jarinya satu per satu. Beam membungkuk dan mencium pelipisnya.

"Apa yang kau pikirkan?" Dia bertanya.

Forth maju sedikit dan sekarang dia menghadap Beam yang masih terbaring di pangkuannya.

"Hmmm...?" Tanya Beam.

"Telepon aku seperti kau mengirimiku pesan."

Beam menjadi merah mengingat apa yang ditanyakan Forth. Beam mengalihkan pandangannya. Forth menarik wajahnya dengan jari-jarinya.

"Please..."

Dan lagi-lagi itu adalah kelemahan terbesar Beam setiap kali Forth meminta sesuatu padanya dengan "Please.."

Forth tahu bahwa kata "Please" darinya ini berdampak besar pada Beam, itu sebabnya dia menggunakan kata ini kapanpun dibutuhkan tapi tidak setiap saat. Beam membungkuk lagi dan mencium bibirnya.

"Apa arti aku bagimu?" Forth bertanya lagi.

"Suamiku." Ucap Beam perlahan.

Forth tersenyum hangat dan menarik Beam ke pelukannya.

"Aku suamimu bukan berarti kau harus berperan sebagai istri. Kau juga seorang suami. Bahkan aku bisa menjadi istrimu." Ucap Forth dengan serius.

"Maksudmu?" Dia bertanya.

"Artinya, aku bisa menjadi yang dibawah untukmu, Sayang."

Beam memandangnya dengan serius. Setelah beberapa saat dia tersenyum dan memeluk Forth.

"Yang aku inginkan hanyalah kau." kata Beam.

Forth mengangguk dan memeluknya.

"Tidur... Kau ada kelas pagi." Kata Forth.

Beam terkikik dan memeluk pinggangnya sambil meletakkan kepalanya di bawah dagunya.

"Selamat malam Suamiku..." Ucap Beam.

Forth mencium kepala Beam yang berada di bawah dagunya.

"Malam sayang."

***

Keesokan paginya Forth mengantar Beam ke fakultasnya dengan mobilnya setelah sarapan di dekat kampus.

Forth mencium kepalanya dan berangkat ke kelasnya. Beam tersenyum sepanjang hari.

"Jadi itu sepadan haa..."

Komentar Phana dan Kit melihat gigitan cinta yang berani di lehernya. Beam memandang keduanya dengan heran.

"Apa yang sedang kau bicarakan?"Dia bertanya.

"Jarak kita."

"Jarak berapa?" Tanya Beam.

Phana menjentikkan jarinya ke kepalanya.

"Bodoh... Apa menurutmu kami telah meninggalkanmu setelah mendapatkan pacar?" Kata Phana.

Beam yang masih bingung hanya bisa mengangguk.

Kit menggelengkan kepalanya.

"Tidak, kami tidak melakukannya. Bajingan sekaligus pacarmu itu memerintahkan kami untuk meninggalkanmu saat makan siang sehingga dia bisa menghantui tempat ini dan menyerang serigala lapar yang ingin mendekatimu. Dia sebodoh yang dia bisa. Selalu menggunakan tinjunya. Bahkan dia memukul Phana saat kita berdebat tentang hubungan kalian." Kit berkata dengan mata berputar.

DATING THE COLD HEAD HAZER [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora