CHAPTER 13

26.3K 1.8K 0
                                    

Sera berjalan dengan hati-hati melalui koridor yang dihiasi dengan ukiran-ukiran indah dan nyala obor yang hangat. Ia merasa kagum saat berada di kuil suci Flammae Eternae. Tempat yang di jaga dan dipercayai untuk menjaga Pedang Wrath of the Ancients hingga penerus selanjutnya datang.

Ketika Sera melangkah lebih dalam ke dalam kuil. Ia melihat Ardan sudah berdiri dengan tegap di dekat altar seolah menunggu kedatangnya. Cahaya yang terpancar dari api yang terus menyala membentuk bayangan yang dramatis di belakangnya.

Pria itu mengenakan pakaian kuno yang terbuat dari kain berwarna merah api, melambangkan ketaatan pada dewi penguasa perang. Pria yang memiliki rambut hitam legam yang panjang yang dikumpulkan dalam kepang yang dirantai dengan simpul emas yang elegan. Wajahnya yang gagah dan sikapnya yang tegap mengisyaratkan keberanian dan ketenangan.

Membuat Sera merasa terkesima dengan penampilan tersebut yang sangat berbeda dengan penampilan sebelumnya. Sesaat Sera merasakan aura yang tenang dan kuat yang dipancarkan oleh pria itu.

Lantas Ardan membungkuk sedikit memberikan penghormatan terakhirnya pada Pedang Wrath of the Ancients sebelum dia mengangkatnya dengan tangan yang penuh penghormatan. Pedang itu memiliki bilah yang terbuat dari logam yang langka dan mengkilap. Dengan hiasan-hiasan kuno yang bercerita tentang sejarah panjang dan perjuangan yang telah dilalui oleh para pahlawan sebelumnya.

Berjalan mendekati Sera dengan langkah yang mantap. Aura penuh wibawanya memenuhi seluruh ruangan. Begitu berhenti di hadapan Sera, dia merunduk sedikit dalam tanda penghormatan yang tulus. Pandangannya yang tajam menembus mata Sera dengan kebijaksanaan.

"Aku adalah Ardan Vaelstrum, seseorang yang telah diutus oleh Dewi Valaria untuk menjaga kuil ini dan melindungi warisan agung yang telah ditinggalkan oleh para leluhur sebelumnya." Ucap Ardan dengan tegas.

"Dengan hormat, menyerahkan pedang suci Wrath of the Ancients pada penerus selanjutnya. Tugasmu bukan hanya merawatnya. Namun, memastikannya juga agar Pedang Wrath of the Ancients tidak digunakan untuk hal yang tak seharusnya." Sambungnya.

Ardan mengulurkan Pedang Wrath of the Ancients ke arah Sera dengan penuh penghormatan, memberikan tanda bahwa tanggung jawab yang besar dan berat kini akan menjadi miliknya. Sera merasa dadanya berdenyut kencang saat dia menerima Pedang Wrath of the Ancients dari tangan Ardan.

Dia merasakan getaran dari bilah pedang yang memancarkan kekuatan dan sejarah yang terbungkus di dalamnya. Pedang itu terasa berat dan kuat di tangannya. Sebagai simbol dari tugas yang akan diemban dan peran penting yang akan ia jalani.

Saat Pedang Wrath of the Ancients berada di tangannya. Entah bagaimana ia merasa seolah-olah dia telah menyatu dengan kekuatan-kekuatan luar biasa yang pernah ada. Ia merasakan energi yang mengalir melalui tubuhnya. Memberinya kepercayaan dan keyakinan bahwa telah diberikan amanat yang besar dan mulia.

Ardan tersenyum dengan penuh penghargaan saat Sera memegang Pedang Wrath of the Ancients dengan tangan yang mantap. Dia tahu bahwa sekarang Sera adalah penerus yang layak dan bahwa warisan para leluhur akan tetap terpelihara di bawah tangannya.

Dengan langkah yang mantap, Ardan membungkuk sekali lagi dalam tanda penghormatan pada Sera. "Semoga keberanianmu selalu bersinar. Pedang ini akan senantiasa mendampingimu dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Hati-hati dan jagalah warisan ini."

Sera merasa terhormat dan rendah hati. Dia merasakan tanggung jawab besar yang kini dipercayakan padanya. Tetapi juga dia merasa tekad dan semangatnya semakin membara.

"Terima kasih, Ardan. Aku berjanji akan melindungi Pedang Wrath of the Ancients dan mengabdi pada tugas ini dengan setulus hati."

Sera menatap kagum Pedang tersebut. Ia tak menyangka jika ia merupakan penerus selanjutnya benda peninggalan itu. Tapi seketika Sera merenung seraya mengerutkan keningnya.

Merasa sedikit aneh dengan momen yang terjadi saat ini. Jika ia penerus selanjutnya lalu kenapa di kehidupan sebelumnya Pedang ini bisa dimiliki oleh Lucian dan Eva.

"Apa ada yang ingin kau tanyakan mengenai pikiran yang ada di benakmu saat ini?" Tebak Ardan. Sekali lagi, Sera terkejut dengan intiusi tajam yang dimiliki Ardan.

"Kau benar-benar seorang cenayang."

Ardan terkekeh geli. "Itu salah satu kemampuanku."

Sontak Sera ber-oh ria. Sedangkan Ardan hanya tersenyum melihatnya. "Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Apa pedang ini bisa dimiliki oleh orang lain selain penerus yang ditakdirkan?" Tanya Sera dengan hati-hati.

"Tidak. Karena hanya penerus selanjutnya yang mampu mengendalikan besarnya kekuatan dari pedang itu." jawab Ardan dengan tegas.

"Namun, hanya seseorang memiliki kekuatan pendamping yang bisa mengendalikannya juga." Sambungnya.

Sera mengerutkan keningnya bingung. "Maksudmu?"

"Pedang Wrath of the Ancients memiliki kekuatan yang tak terhingga. Seperti Namanya Wrath of the Ancients yang artinya kemurkaan para leluhur. Tak ada pedang lain yang bisa mengimbangi pedang ini." Ucap Ardan menjelaskan.

Lantas Mata Ardan menatap Pedang yang dipegang oleh Sera dan mulai menceritakan sesuatu yang membuat Sera sedikit terkejut.

"Tapi suatu hari Dewa Caelithar membuat satu pedang untuk bisa mengimbangi kekuatan Pedang Wrath of the Ancients yang di buat oleh Dewi Valaria. Lalu Pedang itu di beri nama Soulforge Eternity. Pedang yang di buat khusus untuk menjaga keseimbangan dunia. Setelah di buat kacau oleh Pedang ini." Ucap Ardan sembari mengelus pedang tersebut dengan lembut.

"Dewa Caelithar pernah jatuh cinta pada Dewi Valaria. Namun, karena takdir yang tak bisa menyatukan keduanya. Akhirnya ia membuat Pedang Soulforge Eternity sebagai bukti cintanya. Itu sebabnya hanya pedang tersebut yang bisa mengimbangi pedang yang di buat oleh Dewi Valaria." Sambungnya.

"Jadi, maksudmu." Ucap Sera dengan ragu.

Mata Ardan menatap serius Sera yang menatap ragu padanya. "Hanya orang yang memiliki pedang Soulforge Enternity yang bisa memiliki dan mengendalikan Pedang Wrath of the Ancients."

Sera terperangah. Seketika ingatannya terlempar kembali ke kehidupan sebelumnya. Dimana Lucian selalu membawa sebuah pedang yang digantung di pinggang kemanapun. Bahkan saat acara formal pun ia selalu membawanya.

Ia juga pernah sekali mencoba menyentuh pedang tersebut. Namun, yang ia dapat adalah sebuah tepisan serta caci maki yang diterimanya. Ia pun tidak diijinkan selama sebulan menginjakkan kakinya di istana.

Ia juga baru ingat jika kekaisaran Emberlyn merupakan Kekaisaran yang di berkati langsung oleh Dewa Caelithar. Itu sebabnya di kehidupan sebelumnya, Lucian membawa pedang ini karena dia memiliki memiliki pedang Soulforge Eternity.

Kenapa ia bisa melupakan hal itu. Tapi, kenapa ia bisa membawa pedang ini bersama dengan Eva saat itu. Bukankah itu sangat aneh. Apa hubungan pedang ini dengan Eva.

Seketika Sera di buat linglung dengan pemikirannya sendiri. Sontak Ardan mengerutkan keningnya saat melihat ada raut keterkejutan serta kebingungan di wajah Sera.

"Kau tak apa-apa Sera?"

Sera pun langsung tersadar. "A-aku tak apa-apa."

"Kau yakin?"

"Aku yak—"

Trangg!

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now