CHAPTER 34

15.4K 1.2K 0
                                    

Sera memberikan sebuah kotak kecil berwarna biru tua yang gelap ke hadapan Aria. Aria yang penasaran, mengerutkan keningnya saat melihat kotak kecil itu. "Apa itu, Nona?"

"Hadiah untukmu, terimalah."

Dengan hati-hati, tangan Aria mengambil kotak tersebut. Dia mencoba meraba permukaan kotaknya yang halus. Dia menatap bingung kotak itu, menebak-nebak benda apa sekiranya yang berada di dalam kotak kecil itu.

"Coba kau buka, Aria." Aria menatap Sera sesaat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membukanya dengan hati-hati.

Ketika penutup kotak terbuka, mata Aria seketika membulat sempurna. Di dalam kotak, terletak sebuah kalung yang mempesona. Dimana batu Rose Quartz dan Garnet menghiasi kalung tersebut yang membuatnya berkilauan.

"Nona, ini. Untuk saya?" Aria tak bisa menahan kekagumannya. Matanya memandang Sera dengan penuh kebingungan campur kekaguman.

"Iya itu untukmu. Saat aku membeli hadiah untuk Rowan dan ayah. Kurasa kau juga harus mendapatkannya." Sera pun seketika tersenyum lembut. "Aria, terima kasih atas perhatianmu selama ini. Maaf, jika aku selalu membuatmu kesulitan selama melayaniku." Sambungnya.

"Nona, anda tak perlu minta maaf. Itu sudah menjadi tugas saya sebagai pelayan anda. Nona, tahu saya sangat bersyukur sekali. Saat pertama kali, Yang Mulia Grand Duke menunjuk saya untuk melayani anda. Saya merasa senang sekali. Karena Yang mulia, mempercayai saya untuk menjaga anda."

Mata Aria mulai berkaca-kaca, namun senyumannya tak pernah pudar. Dia merasa beruntung bisa menjaga dan merawat seseorang seperti Sera di selama hidupnya. Selama dirinya melayani Sera, dia merasa begitu dihargai dan disayangi oleh Sera. Sampai rasanya ia bingung harus membalas kebaikan Nona yang dilayani seperti apa. Selain mengabadikan diri sepenuhnya pada nona yang dilayaninya ini.

"Mau kubantu untuk memasangnya?" Tawar Sera.

Aria menganggukkan kepalanya. Sera pun mengeluarkan kalung tersebut dari tempatnya dan memasangkannya pada Aria dengan hati-hati. Setelah kalung itu terpasang dengan sempurna, Aria memeluk Sera dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih banyak, Nona. Saya akan menjaga ini dengan sangat baik."

Sera pun membalas pelukan itu dengan kelembutan. Namun, momen indah itu harus terhenti tiba-tiba akibat suara terompet yang bergema dengan keras. Seketika Sera langsung melepaskan pelukan. Suara terompet yang bergema dengan keras itu berbunyi sebanyak tiga kali.

"Kenapa terompetnya berbunyi sebanyak itu?" Sera mengerutkan keningnya bingung.

Sera bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Mengapa ada suara terompet di tengah-tengah kompetisi?

Seketika itu juga, terdengar suara teriakan yang sangat histeris dari luar tenda. Aria dan Sera terkejut, pandangan mereka saling bertemu dengan ekspresi kekhawatiran. Tanpa ragu, mereka berdua berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Di luar, Mereka melihat pemandangan yang tak terduga. Sorak-sorak dan suara-suara histeris memenuhi udara, diikuti oleh bayangan-bayangan yang bergerak dengan cepat. Aria seketika mengangga saat melihat segerombolan monster-monster mulai mendekat.

"Nona, nona lihat itu." Sera yang melihat itu seketika membelakkan matanya.

Sera terperanjat. Matanya membulat sempurna, ketika dia melihat sekumpulan para monster mulai masuk bahkan menyerang ke kawasan yang dilindungi oleh para kesatria. Ia bahkan bisa melihat dengan jelas, di tengah kekacauan, beberapa kesatria yang terbaring kesakitan dan berakhir tragis.

"Sera!"

"Ayah." Sera menoleh dengan cepat, ketika ia mendengar seseorang memanggilnya. Tatapan matanya bertemu dengan wajah ayahnya yang dipenuhi kekhawatiran.

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now