EPILOG

6.4K 582 33
                                    

Sera yang mendengar itu seketika mematung. Dengan kedua mata yang sedikit terbelak. "Kau bilang apa?" Gumam Sera dengan pelan.

Seketika Ardan mengedipkan matanya seraya memalingkan wajahnya. "Menjauhlah, aku harus segera menghancurkannya." Ujar Ardan sambil mendorong pelan tubuh Sera.

Namun, Sera justru menahan pergelangan tangan Ardan dengan cepat. "Apa maksudmu perkataan itu?" Tanya Sera dengan tajam.

"Ardan jawab aku." Sergah Sera.

Lantas Ardan kembali menoleh pada Sera. Dia sama sekali tak menjawab pertanyaan Sera justru Ardan memilih memandang Sera dengan raut wajah yang datar. Sera yang melihat keterdiaman Ardan sontak mengerutkan keningnya. Namun, di saat yang bersamaan pikiran buruk mulai menguasai

"Ardan jawab aku apa maksud perkataanmu itu?" Ucap Sera dengan tak sabaran.

Lantas Ardan melepaskan tangan Sera dengan pelan. "Aku tak bisa berada di sisimu lagi setelah ini. Karena aku akan menggunakan kekuatan suci untuk menghancurkan Jantung Naga Api Abadi. Ragefire akan tetap hidup jika Jantung Naga Api Abadi tetap berdetak dan satu-satunya cara untuk memusnahkan Ragefire adalah dengan menghancurkan menggunakan kekuatan suci."

"Maksudmu-"

"Aku akan mengorbankan diriku untuk memusnahkan keduanya." Potong Ardan dengan cepat.

Mendengar itu Sera seketika mematung dengan tatapan mata yang terlihat kosong. Ia benar-benar terkejut hingga takt ahu harus memberikan reaksi seperti apa ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Ardan. Namun, seketika tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau pasti bercandakan. Leluconmu sama sekali tidak lucu, kau tidak cocok bergurau seperti itu." Kilah Sera berusaha menyangkalnya.

Sementara Ardan menggelengkan kepalanya pelan. "Aku serius dan ini terakhir kalinya aku berhadapan denganmu."

Seketika Sera bergeming dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Ardan yang melihat Sera terdiam kemudian mengusap lembut puncak kepala Sera. "Kau tahu, Sera. Di antara banyaknya manusia yang hidup di dunia ini kau satu-satunya manusia yang aku sukai. Aku menyukaimu setiap kau bersamaku." Ungkap Ardan dengan tulus.

Lantas Ardan mengusap pelan ujung mata Sera yang hendak meneteskan air mata. "Ku harap setelah ini kau tetap bisa tersenyum dan bahagia. Karena kau terlihat sangat cantik dan indah ketika sedang tersenyum dan bahagia."

Sesaat Ardan melirikkan matanya sekilas ke arah Lucian yang masih sibuk menyerang Draven. "Aku harus segera menghancurkannya sebelum Draven bisa kembali mengendalikan Ragefire."

"Tidak! Aku tak mau!" Tolak Sera. "Kita cari cara lain untuk menghancurkan Jantung Naga Api Abadi tanpa harus mengorbankanmu." Sambungnya.

"Sera, tidak bisa. Jantung Naga Api Abadi tak akan bisa hancur dengan apapun selain dengan kekuatan suci dan untuk menghancurkannya dengan menggunakan kekuatan suci. Aku perlu mengorbankan diri sendiriku untuk itu." Ujar Ardan dengan penuh pengertian.

"Tidak! Aku tak setuju!" Tolak Sera sambil terus menggelengkan kepalanya. Tubuhnya mulai bergemetar. Air mata yang sedari tadi membendung di pelupuk matanya pun kini mulai tumpah membasahi pipinya.

Ardan yang melihat itu hanya menarik nafas dalam-dalam sambil melepaskan pergelangan tangannya yang digenggam kuat oleh Sera.

"Sera kau harus melepaskan tanganku. Aku sudah tak punya banyak waktu." Pinta Ardan dengan sorot mata yang sendu sambil tangannya melepaskan tangan Sera.

"Tidak!"

Begitu Ardan berhasil melepaskan tangan Sera dari pergelangan tangannya. Dengan cepat Ardan mundur beberapa langkah hingga sebuah sihir pembatas muncul di tengah-tengah mereka. Sera yang melihat sihir yang membentang di tengah mereka sontak membelakkan kedua matanya.

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now