EXTRA PART

14.2K 822 74
                                    

Di dalam ruangan yang terlihat sunyi Lucian memijat pelan pangkal hidungnya untuk sedikit mengurangi rasa sakit kepala yang mulai terasa. Di depannya, deretan dokumen menjadi fokus utamanya. Setumpuk berkas dan dokumen itu memenuhi meja kerjanya hingga meja kerja hampir tidak memiliki celah akibat banyaknya berkas dan dokumen itu.

Setiap lembaran dokumen itu melaporkan setiap wilayah yang terkena dampak dari kejadian seminggu lalu ketika dimana Draven dan pengikutnya mengacaukan sebagian wilayah Emberlyn.

Lucian memandang tumpukan berkas itu dengan tatapan serius. Setelah kejadian itu, pihak Kekaisaran Emberlyn pun mulai sibuk menata ulang wilayah yang terdampak, mencari solusi terbaik untuk merestorasi setiap wilayah.

Lucian yang kemudian ditunjuk untuk mengatasi masalah tersebut pun erasa beban pekerjaannya semakin bertambah. Pelipisnya berkerut saat ia memandang sekumpulan dokumen yang memerlukan analisis mendalam.

Sudah empat hari ini, dia terperangkap dengan setumpuk berkas dan dokumen tersebut. Sembari memeriksa setiap catatan dan perincian, dia juga harus bolak-balik meninjau wilayah-wilayah terdampak secara langsung. Sesaat Lucian menghembuskan nafas pelan.

Namun, seketika Lucian mendongak begitu mendengar suara ketukan dari luar pintu ruangannya. "Masuklah." Ujar Lucian dengan tegas.

Seketika Lucian kembali menghembuskan nafasnya pelan saat melihat Kaelen berjalan masuk ke dalam ruangannya dengan membuat beberapa dokumen di dalam genggaman. Lantas Kaelen membungkukkan badannya begitu berhadapan dengan Lucian.

"Yang Mu-"

"Kau tidak lihat mejaku sudah penuhi dengan dokumen-dokumen sialan ini. Tapi kini justru kau datang sambil membawa beberapa dokumen lagi." Potong Lucian dengan suara yang tajam.

Kaelen yang mendengar itu hanya menarik kedua sudut bibirnya ke atas sambil meletakkan dokumen yang dia bawa di sebuah meja yang lain. Dia tahu sudah empat hari Lucian disibukkan dengan dokumen-dokumen tersebut. Tapi mau bagaimana lagi bukankah itu sudah menjadi tanggung jawab Lucian sebagai seorang Putra Mahkota.

Lantas Kaelen memandang sejenak ke arah Lucian yang terlihat sedang menandatangi sebuah dokumen. "Yang Mulia." Panggil Kaelen yang kemudian disahuti dengan gumaman oleh Lucian.

"Kami sudah menemukan jasad dari Lady Quickbeam." Ucap Kaelen dengan hati-hati.

"Jasad?" Ucap Lucian sambil tatapannya tetap terarah pada sebuah dokumen yang sedang ditandatangani olehnya.

Kaelen menganggukkan kepalanya pelan. "Ya, Yang Mulia. Kami menemukan jasad seorang wanita di hutan tersebut. Jasad itu terlihat seperti Lady Quickbeam tapi sayangnya tubuh dari jasad itu terlihat gosong mungkin akibat ledakan yang mengenainya langsung."

Lucian yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya. Lantas tangan Lucian menutup sebuah dokumen yang baru saja ditandatangani olehnya lalu meletakkannya pada setumpuk dokumen yang sebelumnya sudah ditanda tangani olehnya.

"Kau sudah mencari tahu mengenai latar belakangnya?" Tanya Lucian.

"Kami sedang mencarinya, Yang Mulia." Jawab Kaelen dengan sopan.

Lantas Lucian kembali menganggukkan kepalanya sejenak. "Setelah itu laporkan kembali padaku."

"Baik, Yang Mulia." Sahut Kaelen dengan cepat.

Lantas Lucian pun bangkit dari duduknya. Kaelen yang melihat itu hanya mengerutkan keningnya dengan heran. "Anda akan pergi untuk meninjau wilayah, Yang Mulia?" Tanya Kaelen.

"Tidak." Jawab Lucian dengan cepat.

Sontak Kaelen yang mendengar itu semakin mengerutkan keningnya dengan heran. "Lalu anda akan pergi kemana?"

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang