CHAPTER 74

5.3K 615 14
                                    

Begitu cahaya lembut terpancar dari sebuah lilin yang menyala. Ruangan itu seolah-olah hidup dengan bayangan-bayangan yang menari di dinding dan permukaan yang terpantul.

Dengan perlahan Aria menyalakan lilin-lilin itu satu per satu. Cahaya yang dipancarkan oleh mereka tidak hanya menerangi ruangan. Tetapi juga memberikan kehangatan dan kehidupan pada suasana.

Setelah selesai lantas Aria menolehkan kepalanya dengan lembut. Memandang Nonanya yang tengah terdiam dalam pemikiran yang dalam.

"Nona." panggil Aria dengan suara yang lembut..

Sera yang sedang termenung. Seketika terkejut dari lamunannya. Lalu mengerjapkan matanya begitu mendengar panggilan tersebut.

"Ya?" Jawab Sera sedikit terkejut oleh suara Aria yang tiba-tiba.

"Anda baik-baik saja?" Tanya Aria dengan nada yang sedikit cemas.

Refleks Sera mengangkat sudut bibirnya sedikit. Mencoba untuk tersenyum meskipun sedikit terpaksa. "Ya, aku baik-baik saja, Aria." Jawabnya dengan suara yang terdengar lemah.

Aria yang mendengar jawaban tersebut hanya terdiam. Setelah pulang dari perayaan Illuminaria. Nonanya terlihat lebih hampa dari biasanya. Dia juga sama sekali tak melihat raut wajah bahagia begitu kembali dari perayaan tersebut.

Sementara Sera sontak menghela nafas pelan. Sebelum akhirnya ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang dipenuhi dengan cahaya lembut dari lilin-lilin yang telah dinyalakan.

"Ah, kau sudah selesai menyalakan lilin-lilinnya ya." Ujar Sera dengan suara yang lembut memecah keheningan ruangan.

Aria yang berdiri di sisi lain ruangan. Kemudian menganggukkan kepalanya dengan lembut sebagai jawaban.

"Saya juga sudah menyalakan lilin yang anda bawa." Sahut Aria sambil menunjukkan sebuah lilin bergambar Dewa Caelithar yang sempat Nonanya berikan padanya. Setelah kembali dari perayaan tersebut.

Sera melihat lilin tersebut, hanya mengerjapkan matanya sejenak. Kemudian ia sedikit menarik kedua sudut bibirnya ke atas dalam sebuah senyum tipis.

"Terima kasih, Aria." Ucap Sera dengan suara yang hangat.

Dengan cepat Aria kemudian menganggukkan kepalanya. Tetapi ekspresi khawatir masih terpancar sangat jelas dari soroy matanya.

"Apa Nona benar-benar baik-baik saja?" Tanya Aria dengan nada kepedulian yang tak tersembunyi.

"Aku baik-baik saja. Kau tak perlu cemas seperti itu." Jawab Sera dengan lembut. Mencoba menenangkan kekhawatiran Aria.

"Anda tidak banyak bicara setelah pulang dari Festival Illuminaria. Anda bahkan terus termenung sedari tadi. Bagaimana bisa saya tidak mengkhawatirkan anda." Sahut Aria dengan khawatir.

Sera yang mendengar itu seketika tersenyum tipis. Lalu sedikit menundukkan kepalanya. "Nona." Panggil Aria yang membuat Sera kembali mengadahkan kepalanya.

"Jika anda sedang merasa sedih. Sebaiknya anda tidak memendamnya. Terkadang sesuatu yang dipendam seperti itu bisa tumbuh menjadi beban yang semakin berat dan menyakitkan. Bukankah akan lebih baik jika anda mengutarakannya?" Sambung Aria dengan pelan dan lembut.

Sedangkan Sera yang mendengar itu seketika bergeming. Hingga Aria kembali melanjutkan perkataannya. "Sebab, adakalanya hanya dengan mengeluarkannya dari relung hati. Kita bisa merasa sedikit lega. Meskipun luka itu tidak bisa pulih sepenuhnya."

*****

Sementara di luar kawasan mansion, Zephyr berdiri dengan sikap yang tegak. Seiring jubahnya yang melambai-lambai dihembus angin. Mata tajamnya memandang jauh ke arah sebuah mansion yang masih dilindungi oleh lingkaran sihir.

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now