CHAPTER 65

7.9K 883 39
                                    

"Apa?" Ucap Sera tak mengerti.

Seketika Ardan kembali menghela nafasnya panjang. "Aku sudah sangat pusing karena kehilangan Jantung Naga Api Abadi. Di tambah orang-orang itu mengacau terus menerus di kawasanku. Lalu kau yang ceroboh." Keluh Ardan.

Lantas Sera mengerutkan keningnya dengan heran. "Jantung Naga Api Abadi?"

"Salah satu benda peninggalan Dewi Valaria lainnya. Selain pedangmu yang harus aku jaga. Aku juga harus menjaga benda itu. Demi keseimbangan alam di dunia ini." Jelas Ardan.

"Sayangnya, saat ini benda itu jatuh di tangan orang itu." Timpal Ardan dengan nada lelah.

Seketika Sera bergeming. Ia masih tak mengerti dengan perkataan yang lontarkan oleh Ardan. Sontak Sera sedikit memiringkan kepalanya.

"Lalu apa hubungannya dengan Pedangku?" Tanya Sera dengan heran.

Sesaat Ardan menatap Sera dengan datar. Lalu tak lama dia mendengus pelan. "Jantung Naga Api Abadi memiliki energi yang bertentangan dengan Pedang Wrath of Ancients. Jika orang itu berhasil mendapatkan Pedangmu. Lalu dia menusukkannya pada Jantung Naga Api Abadi. Maka akan menciptakan entitas baru dengan kekuatan destruktif." Jelas Ardan dengan datar.

"Entitas baru?" Ujar Sera dengan kening berkerut yang terlihat jelas.

"Entitas baru itu disebut Ragefire." Ujar Ardan seraya menghembuskan nafasnya panjang.

"Lalu apa yang terjadi jika Ragefire muncul?" Tanya Sera dengan heran.

"Ragefire akan memancarkan gelombang kehancuran yang dapat mempengaruhi makhluk hidup dan alam di sekitarnya." Jawab Ardan.

"Maksudmu," 

"Kehidupan kalian semua akan musnah." Potong Ardan dengan cepat.

Seketika Sera kembali bergeming. Dengan sedikit membelakkan matanya tak percaya. Sedangkan Ardan kembali memejamkan matanya. Sebelum akhirnya dia kembali menjelaskannya.

"Karena gabungan dari energi api yang berasal dari Pedangmu dan energi gelap yang berasal dari Jantung itu. Dapat menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Maka dari itu sebisa mungkin untukmu menjaga Pedangmu. Agar hal itu tidak terjadi." Timpal Ardan dengan mata yang terpejam.

Namun, sesaat Sera mengerutkan keningnya. Entah mengapa mendengar penuturan Ardan tersebut mengingatkan dirinya. Dengan mimpi yang menghantuinya beberapa minggu terakhir ini.

"Apa yang aku mimpikan itu ada hubungannya." Gumam Sera dengan pelan.

Namun, masih bisa ditangkap oleh Ardan. Lantas Ardan kembali membuka matanya. Lalu menatap Sera dengan sorot mata yang sedikit heran.

"Kau memimpikan sesuatu?" Tanya Ardan dengan sedikit heran.

Sera kemudian menganggukkan kepalanya. "Beberapa minggu ini aku terus bermimpi tentang sesuatu yang aneh." Jawab Sera.

"Apa yang kau mimpikan?" Tanya Ardan kembali.

Sontak Sera sedikit memiringkan kepalanya. Seolah berusaha mengingatnya. "Kehancuran yang sangat mengerikan. Tapi aku melihat seseorang yang berdiri di tengah-tengah kehancuran tersebut." Ujar Sera sambil berusaha terus mengingatnya.

Sedangkan Ardan terus mendengarkan perkataan Sera dengn raut wajahnya yang datar. "Orang itu juga seperti memegang pedangku." Lanjut Sera.

Ardan yang mendengar itu hanya terdiam. Lalu memalingkan wajahnya. Sontak Sera menatap heran pada Ardan.

"Apa kau paham maksudnya? Sejak aku memimpikan itu. Aku ingin sekali bertanya padamu." Ujar Sera dengan penasaran.

Ardan semakin mengeratkan lipatan tangannya di depan dada. "Sepertinya orang itu berhasil mendapatkan pedangmu. Ah, sial kenapa tugasku semakin berat saja." Keluh Ardan dengan kesal.

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now