Will You?

78 9 3
                                    

Nonsense - Will You?


Mas Bima tak mengangkat telepon Sarah karena setengah tertidur, juga denganku yang berpura-pura tak melihatnya. Tak ada pembahasan tentang perempuan itu hingga beberapa waktu berlalu.

"Agisti, tolong lihat ke sini!"

"Senyum sedikit!"

"Jadi gimana hubungan Anda dengan Bima?"

"Maaf, saya tidak akan menjawab pertanyaan di luar brand," jawabku segera sambil tersenyum.

Beberapa flash kamera masih ramai menyala bergantian di depan sana. Hari ini adalah launching pertama desain lukisanku yang bekerja sama dengan sebuah brand yang cukup besar. Mereka menjadikan lukisanku sebagai motif seri pakaian musim panas dan disambut baik oleh khalayak. Para wartawan masih mengajukan beberapa pertanyaan yang kemudian akan kami jawab satu persatu. Ini sedikit membingungkan dan membuat kepalaku pusing. Luar biasa karena Mas Bima menghadapi mereka setiap hari seperti ini.

Bulan ini kami sibuk dan sama-sama tak bisa bertemu. Hanya bisa saling mengirim pesan dan berbicara lewat telepon sampai dini hari. Lagipula aku merasa semakin lama semakin banyak orang yang mengikuti setiap kegiatanku. Atau hanya perasaanku saja?

"Mbak, aku liat Mbak di TV lho!" ujar Dhanu lewat sambungan telepon.

"Acara launching-ku hari ini?"

"Bukan, acara gosip yang sama Mas Bima." Ia terdengar tertawa.

"Kamu lho nontonnya acara gosip!"

"Bercandaaaaa!"

"Selamat ya, Mbak. Acaranya sukses," timpal suara Mas Juan. Ternyata mereka berdua sedang bersama.

"Makasih, Mas!"

"Kak Agisti, ini ada kiriman."

Aku menoleh, mendapati salah seorang staff membawakan sebuah buket bunga yang cukup besar. "Makasih, ya."

"Dari cowoknya sih nih kayaknya," goda staff yang lain.

Aku memutar buket itu dan menemukan sebuah kartu. Benar saja, dari Mas Bima.

"Nu, Mas Ju, aku mau balik dulu nanti kutelepon lagi," ujarku sambil menutup telepon.

"Balik sekarang, Kak?"

"Iya, duluan ya semuanya. Makasih banyak!" Aku melambaikan tangan ke arah semua orang yang telah membantu acara kami hari ini. Lalu bergegas menuju tempat parkir dan masuk ke dalam CR-V merah yang kubeli beberapa waktu lalu.

Di dalam kartu yang diberikan Mas Bima, tertulis nama sebuah restoran yang cukup terkenal di kota ini. Aku melaju di jalanan yang cukup ramai hingga sampai di tempat yang telah dijanjikan. Restoran itu berada di lantai dua dengan suasana yang nyaman.

"Kak Agisti?" tanya salah seorang pelayan saat aku baru saja masuk. "Sudah ditunggu Kak Bima, mari," ajaknya sambil mendahuluiku menuju sebuah meja yang berada di balik sekat.

Di sana Mas Bima sudah duduk di salah satu kursi lantas tersenyum saat aku datang.

"Fine dinning, huh?" tanyaku sambil duduk setelah ia beranjak dan memundurkan kursi untukku.

"Sebanding sama pencapaian kamu hari ini. Selamat ya, Sayang."

"Thank you."

"Sebenernya aku lebih suka masakan kamu, tapi gak ada salahnya kita nyobain Angel Hair Pasta Truffle yang katanya paling enak di sini."

Aku hanya mengangguk sambil melihat menu lain yang menggunakan bahasa Prancis. Sebenarnya aku tak terlalu lapar karena sudah makan di acara after party tadi.

Nonsense | Young KWhere stories live. Discover now